Minggu, 12 Desember 2010

undangan : Azkaahmad (bagian 2)

Surat Untuk Calon Menantu

Sejak mula, kami memahami bahwasanya pernikahan bukanlah menjalinkan dua orang saja, melainkan menyatukan dua keluarga. Maka ketika tercurahkan restu dari keempat manusia terindah dalam hidup kami, yakni orang tua kami, keping-keping syukur tiada habis kami panjatkan kepada Allah. Kami amat bersyukur memiliki orang tua yang jauh lebih memahami dibandingkan kami, bahwa segala sesuatu memang terletak pada niatnya.
Dari Umar bin Khaththab r.a., Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu (dinilai) hanya berdasarkan niatnya  (innamal a'malu binniyyati) --di dalam riwayat lain: berdasarkan niat-niatnya-- dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan; barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan An-Nasa'i, shahih).
Maka begitu pula dengan menikah. Kami percaya benar, bahwa apabila menikah diniatkan untuk melaksanakan sunnah rasul, mendapatkan keridhaan Allah, dan mendekatkan diri kepada jannah-Nya, insya Allah akan dimudahkan oleh Allah. Hal ini terdapat dalam suatu riwayat: "Ada tiga golongan orang yang pasti Allah tolong: seorang yang menikah untuk menjaga kesuciannya, seorang budak yang ingin menebus dirinya (untuk merdeka), dan orang yang berperang di jalan Allah."
...
Ada sebuah kisah yang juga menginspirasi kami dalam perjalanan menuju pernikahan ini. Suatu malam, Khalifah kedua Umar bin Khatab bergegas pulang agar dapat melamarkan seorang gadis bagi putranya, 'Ashim bin Umar, di keesokan hari. Pernikahan gadis ini dengan 'Ashim menghadirkan seorang cucu istimewa, khalifah kelima, Umar bin Abdul Aziz. Gadis seperti apa yang membuat Umar menyegerakan langkahnya untuk dinikahkan dengan putra beliau? Seorang bidadari jelitakah? Atau perempuan dari keturunan bangsawan? Bukan.
Gadis itu yang hadir dalam kisah "Penjual Susu dan Anak Gadisnya". Kau tahu, Nak, tentang cerita tersebut? Tentu. Ini kisah yang sering dikaitkan dengan materi ihsan, merasa selalu dalam pengawasan Allah. Tertutur bagaimana dengan indah ia mencegah ibunya yang berniat mencampurkan susu kambing dengan air sebelum dijual, "Bu, aku tak berani. Bukankah selalu ada yang memantau gerak-gerik kita?"
"Siapa?" tanya sang ibunda.
"Bu, tidak pernah lepas barang sekejap Allah memerhatikan kita."
Kata-kata itulah yang menggerakkan hati Umar untuk menjadikan gadis itu istri dari anaknya. Bukan kecantikannya, bukan pula keturunannya sebagai sebab-sebab utama. Melainkan ke-Islam-an yang terpatri indah pada dirinya. Selain karena memang demikian bening pula hati Umar yang melihatnya.
Pemahaman akan konsep inilah yang kuyakini setidaknya ada dalam kalbu bapak dan ibu kami. Mereka paham, bahwa keindahan Islam yang ada dalam diri seseorang adalah hal terpenting dalam kriteria pendamping hidup dan mati bagi anak-anak mereka. Maka pada malam ketika keluarga calon mempelai lelaki datang, ibu dari calon mempelai perempuan membacakan puisi. Puisi yang mengharubirukan suasana kala itu;
Apa yang sungguh bisa aku lihat darimu
Wahai pemuda yang datang meminta anakku
Pasti bukan tampanmu
Tidak, sama sekali tidak
Tak tertarik aku untuk tahu berapa hartamu
Pula gelar atau kepandaianmu

Lalu apa yang berharga darimu?
Kesungguhanmu untuk menjadi
Imam bagi putri sulungku
Bahwa kau akan nakhodai
Biduk rumah tangga
Berlayar dalam lautan jihad
Berjuang meraih ridha  Allah
Untuk berlabuh pada jannah

Lagi
Apa yang sungguh-sungguh dapat dibanggakan darimu?
Tentu bukan
Berapa berkilat mahar emas perakmu
Justru
Tekadmu untuk menjadi mulia dengan memuliakan isterimu
Berbahagia dirimu karena membahagiakan belahan jiwamu
Kesadaranmu untuk akui kekuranganmu
Yang menyiapkanmu menerima ketidaksempurnaan permata hatiku

Ia  pendamping hidupmu
Tak hanya di cantik mudanya
Tanpa beda sedikit pun pada saat  pudar cahaya di senja usianya
Janji bahwa kau mencintai ia ketika  sehat berlari riang bertualang bersamamu
Tapi  tetap kau genggam  sayang tangannya dalam sakit lemahnya

Jadi
Apa yang mata hatiku akan teropong tajam dirimu?
Cita-citamu  untuk anak-anak yang lahir kelak
Bila asma Allah semata pertama kau perdengarkan di telinga suci mereka
Bila lantunan Alquran adalah abjad awal yang kau ajarkan
Bila berani, bangga, dan bahagia ber-Islam kau tanamkan

Pada
Cucu-cucuku yang diamanahkan padamu
Maka, untuk semua itu
Bismillah...
Cukuplah alasan bagiku
Untuk mengikut  ucapan  Nabiullah, Kekasih Allah
Saat menyambut Ali yang mulia
Meminang Fathimah  binti Muhammad
:  "Marhaban wa Ahlan..."
...
Sampai di sinilah, selaksa rasa yang dapat kami bagi bagi saudara dan sahabat sekalian. Mohon maaf apabila tidak banyak yang dapat kami persembahkan sebagai wujud terima kasih kami atas segala doa restu yang mengalir bagi kami. Hanya Allahlah yang akan membalas kebaikan saudara dan sahabat yang kami sayangi ini dengan kebaikan berlipat ganda, sebagaimana dalam Surat Ar-Rahman ayat 60, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula."
Akhir kata, setulus hati kami berdoa; semoga keberkahan akan selalu terhimpun dalam setiap mozaik kehidupan kita, hingga kita semua dapat berjumpa lagi di surga Allah kelak. Berkasih-kasihan selamanya.
"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS At-Tahrim [66]:8)

Wallahua'lamu bishowab. Wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.







4 komentar:

  1. assalamu'alaikum..
    mas aria.. terima kasih ya.. atas doanya.. juga karena secara khusus memposting kabar kami, hehe.. mohon perkenan dari aria untuk menyertakan kami dalam doa di kesunyian yang akrab, agar keberkahan terlimpah bagi dan atas kami.. sebagaimana kami insya Allah akan mendoakan aria juga dalam munajat kami.. :)

    BalasHapus
  2. Wasalmualaikum.
    wah ada kunjungan "istimewa" niyh dari sang 'penulis' tulisan dipostingan ini merangkap calon mempelai wanita-nya. Insya Allah, Secara sdr, Muthi itu temen maen "gundu" saya di TIN. kami akan hadir..
    barakallahu laka

    BalasHapus
  3. Nah, lho... ahaaahaaa....
    ke-gap ngambil tulisan di e-wedding azka *marahin, azk, marahin....

    BalasHapus
  4. #Deezeka = kan udah diijinan sama sang empunya. wkwk

    BalasHapus

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc