Senin, 20 September 2010

Stay Hungry Stay Foolish

Berikut ini merupakan pidato Steve Jobs di acara wisuda Stanford University.
tulisan ini saya dapatkan dari milist PPSDMS yang juga ditulis di blog Ryan
"Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:
“Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua sayaberjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu

contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam halkaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu.

Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.


Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda.Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.

Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang.

Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley.

Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernamaNeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple.

Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun asangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.


Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda.

Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut
konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog“, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips idealdan ungkapan-ungkapan hebat.

Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” (Jangan Pernah Puas. Selalu
Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka.

Stay Hungry. Stay Foolish.
Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.

 PS : tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat-sahabatku yang akan segera di wisuda akhir September ini. Selamat bekerja untuk Indonesia Lebih baik dan bermartabat!

5 tempat yang ingin sangaad dikunjungi (Indonesia)

Dalam postingan kali ini, gw pengen ngasih tau tempat-tempat yang selama ini jadi idaman gw untuk mengunjuginya. Konon katanya, tak terlupakan. cekidot

1. Gunung Bromo, Jawa Timur
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.



 
2. Masjid Islamic Centre Samarinda, Kalimantan Timur


Adalah masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia, yang merupakan masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal.
Bangunan masjid ini memiliki sebanyak 7 menara dimana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Selain menara utama, bangunan ini juga memiliki 6 menara di bagian sisi masjid. Masing-masing 4 di setiap sudut masjid setinggi 70 meter dan 2 menara di bagian pintu gerbang setinggi 57 meter. Enam menara ini juga bermakna sebagai 6 rukun iman
 

3. Raja Ampat , Papua Barat
 

 Letaknya terpencil di Papua Barat. Kawasan ini menyimpan sejuta keindahan bawah laut. Wisata bahari Raja Ampat dikenal sebagai salah satu dari 10 wisata menyelam terbaik di dunia.

Pesona dan kekayaan alam bawah laut, menjadi andalan Kabupaten Raja Ampat menembus persaingan dunia pariwisata di Indonesia dan dunia. Kawasan ini dikenal sebagai pusat sumber daya alam tropis terkaya di dunia




 4. Pantai Losari, Makasar

Semburat merah jingga dari mentari yang akan rebah di kaki cakrawala memantul pada laut di hadapan pantai Losari, membawa nuansa dan pesona tersendiri bagi yang menyaksikannya. Beberapa perahu nelayan kecil nampak di kejauhan, kian memperkaya warna senja yang luruh di sana.
Dan debur ombak yang menerpa lembut tanggul pantai bagaikan musik syahdu yang membawa suasana terasa kian sentimental diiringi hembusan angin sepoi-sepoi dari arah laut. Banyak fotografer yang mengabadikan kejadian ini untuk menyimpan kenangan keindahannya, akan senyum senja Pantai Losari


 5. Tugu Nol Kilometer, Sabang, NAD


 Sejak kecil kita sering mendendangkan lagu perjuangan "Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau". Sebenernya kaya gimana sih Sabang itu. Dan berada di posisi nol kilometer akan berasa sangat membanggakan sepertinya.

gambar ini diambil dari Agan Kaskuser. konon, kondisi tugu nol kilometer sudah banyak coret-coretan. nggak keurus katanya, gan






 (bersambung)

tunggu edisi Asia Tenggara, Asia, dan Dunia. haha

mudah-mudahan dalam waktu dekat, setelah gw terbebas dari tugas akhir ini. jeda antara wisuda. gw pake buat jalan2 ala bekpekaran. Amiin. mudah-mudahan bisa terealisasi (Nov-Des 2010)



Menjaga Rahasia

Dahulu saat masih cupu-cupunya pake celana merah dan kemeja putih yang perlahan jadi ladur. alias masa sekolah dasar. saat itu lagi nge-trend di kalangan putri-putrinya memiliki buku seukuran setengah A4 dengan lembaran kertas warna-warni dengan gambar yang lucu-lucu. Mereka menyebutnya Diary,  berisi catatan  harian, apa ajaa.

"eh, jangan coba buku diary ku yah, awas lo!"
"emang kenapa ga boleh?"
"biariiin. week. rahasia gue dong"

jadi yang menarik, diary itu dilengkapi dengan gembok berkunci. jadi kalo buku itu gak dibawa sang empunya atau ditinggalkan disuatu tempat, gak sembarang orang bisa buka atau tau isi didalamannya. pernah juga nanya ke salah satu teman yang punya diary. emang apa aja yang ditulis disana?

"terserah gue dong. apaa aja. yang penting hati gw legaa. bisa soal cowo yang keren banget di kantin tadi, salah pake seragam pas ke sekolah, banyaak deh"

waktu berjalan, dan gw juga dah gak pake seragam merah-putih itu lagi. Sekarang eranya facebook, twitter, myspace, blogspot, wordpress etc. dimana semua orang bisa nulis apa aja yang lagi kepikiran. apa ajaa. Tentang ibu yang bangga dengan si anak. tentang mahasiswa yang sedang dikejar deadline. Tentang si cowok yang naksir si cewek. semuanya di tulis di status di wall mereka dan di komentar in. Tapi dengan begitu, malah lebih legaa. Ini bukan zamannya diary dengan gembok kecil itu. Feel free with Ur Expression guys!

Tapi bagiku esensi utama dari diary gembok adalah : Menjaga rahasia. (gw kasih bold, underline, italic. biar nampol, hehe) kalo si putri kecil waktu punya diary untuk dirinya sendiri. mungkin saja si putri yang sudah besar punya diary untuk menjadi pelajaran hikmah bagi sahabat yang lain dengan menuliskannya di atas lembaran blog, facebook ,twitter.Boleh-boleh saja kenapa tidak! Meskipun datas jejaring sosial. menuliskan apa saja yang membuat hati legaa. Tetap saja 'gembok' itu harus ada. Gak mau kan, hal-hal privacy lo diketahui orang dengan mudahnya. Itu sama saja membuka 'pakaian' mu satu persatu. Dan akhirnya, kau akan tertelanjangi oleh waktu.

bicara soal pakaian, aku ingat ayat berikut :

"....Isteri-isterimu pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka.." (QS. Al-baqarah :187)

Fungsi pakaian adalah melindungi dari dingin dan terik panas, memperindah penampilan, wibawa, identitas, dan pembeda (cirikhas) tapi yang lebih penting adalah menutup aurat. (aurat: hal-hal yang tidak boleh diketahui/dilihat orang lain).

maka, suatu saat nanti aku akan beristri (amiin, insya Allah). Rahasiaku adalah rahasianya dan rahasianya adalah rahasiaku juga. Masing-masing saling menjaga, memperindah, dan melindungi. seperti fungsi pakaian tadi.Sehingga kukatakan padamu, saat ini (karena aku masih single..hehe). Maaf, Rahasiaku adalah milikku. biarlah Aku dan Allah yang Maha Mengetahui yang menggenggam rapat.

Jumat, 17 September 2010

Giving purpose to your trash


The Jakarta Post | Tue, 07/29/2008 2:42 PM 


Landfills are struggling to keep up with the amount of trash coming out of Jakarta. Remember the scavengers who were killed in a landfill when a mountain of trash collapsed on them? The soil upon which these landfills rest is entirely polluted, making it poisonous and barren, unable to sustain life.Jakarta also seems to lack any serious waste management system. I have seen people treat our city as nothing more than a big wastebasket, throwing trash wherever they please. This trash, in turn, clogs drains and rivers, worsening floods and polluting water. In several places in Jakarta, people no longer use groundwater because it is just too polluted.
No amount of tree planting, biking to work or using of alternative energy sources is going to alleviate this problem—a problem so big that one day we might just be engulfed by a tsunami of trash. So, if other things are negotiable, managing our waste isn't.
One way to manage waste is by sorting it into different categories and treating each one accordingly. Sorting and recycling waste also allows us not to feel frustrated when the garbage collector fails to turn up. It also reduces the need for landfills and the number of trips that garbage trucks must make to the landfill. This means less fuel used and less pollution released, minimizing our carbon footprint in the process.
But we cannot just sit and wait for this to happen. Here are some ways to start (or re-start) your waste sorting project:
1. Separate organic waste (foodstuff, leaves, etc) from reusables/recyclables (e.g. plastic bottles, glass, milk cartons, aluminum cans). Keep the recyclables separate, clean and dry. I use a large container to keep them all in one place.
2. Trash you cannot reuse can be given to a passing pemulung or your community garbage collector. They’ll be happy to receive waste that is clean and not yet degraded. But in my experience, not all garbage collectors and pemulung care for the same things. One pemulung who sometimes passes through our small side street prefers plastic mineral water cups or bottles and not much else. Another prefers newspapers (no glossies, please, although he'll take printer paper). So it's best to check with them about what they'd like to have and what would be better to palm off on others.
3. Your waste collectors’ preferences should help you categorize your recyclables. For example, at home I have a separate container for plastic cups and bottles, as well as another to keep the newspapers dry.
Batteries are considered hazardous waste and should not be disposed of carelessly. Right now, there are no battery recycling facilities or organizations here in Indonesia. Nevertheless, you can collect them in a clean and dry container and return them to the manufacturers. You can also minimize battery waste by using rechargeable batteries. But remember, once they can no longer be used, rechargeable batteries should be treated as typical dead batteries since they retain their hazardous chemical properties.
4. For the rest of the recyclables (or if you can’t find any pemulung) here are some recycling centers or organizations that are willing to take the items off your hands. Not only do they collect waste, they also create beautiful and useful products that they sell to help fund their programs. Contact them to find out about their projects, pick-up points, pick-up days or how you can deliver your waste to them:
Perkumpulan Hijau (Gamulya, 08158019813, or kodokyanghijau@gmail.com): Perkumpulan Hijau will take most of your dry recyclables (plastic, paper, etc). They do collection runs every Friday and some Saturdays. Call ahead to arrange pick up.
Pak Warno (0818982834) collects plastic products, especially from around Kelapa Gading.
Pak Surani (021 46821978) collects Styrofoam waste, although we do encourage you to find alternatives to Styrofoam because it is considered a harmful substance.
Used cooking oil can be collected and delivered to various biodiesel fuel projects. Transpakuan inBogor is one example. Contact Jelantah Project (ask for Ariawiyana, 085697738808) or Pak Hadim Hanafie (08161126264) for more information. By the way, if you like gardening, used cooking oil is a good mulch mixture. It is exceptionally useful to keep weeds at bay. Brush or roll your used cooking oil (you can strain it through a cloth to clear out the impurities) over some used newspaper and place at the bottom of your mulch.
5. You can also start an art project or two with those recyclables. Over several weekends, I’ve made many things out of shampoo and body lotion bottles. The bottles are surprisingly versatile and quite easy to cut out and shape into various pretty trinkets. So far I’ve managed to make bracelets, hair scrunchies, bookmarks and coasters. My nieces cut colorful magazine pages to size, to use as origami paper. Organizations like Gropesh (contact Dieng, 08176877911) also arrange recyclable arts and crafts training for schools and the public. Call ahead if you would like to book a training session.
Finally, ask your neighbors to join in the recycling if they haven’t already. Of course, some of them may be cool to the idea at first, but plug along and your determination will eventually influence them. If they don’t join in immediately, do the sorting for them. I did this with one of my neighbors. I asked for their waste (mostly plastic bottles, detergent and instant food packages, and compostable stuff), then I showed them that the pemulung really do appreciate cleaner waste, and I showed them my compost bin and the art things I made. It took quite a while, but they finally saw the benefits and have started their own waste-sorting effort.
Once you’ve established a collective awareness, sorting waste becomes even easier. A few places, most notably Banjarsari, a small community off Jl. Fatmawati in South Jakarta, have successfully implemented such waste management practices. They have set up sorting bins in public spaces, built a composting station, started a community garden using the compost they have produced and even have an art project for all ages (and an economically fulfilling one at that).
So, there you have it: sorting waste, a small act that goes a long way.

source here