Selasa, 08 November 2011

Max planck institute : cerita singkat

Pagi kemarin (7/11) saya ngetweet gini.
"heading to max-plank institute #dresden #intertek2011 "
Karena twitter (@aria_sky) terhubung dengan facebook. Maka, tweet tersebut juga masuk jadi status di fb saya (aria wiyana).

Setelah berselang beberapa saat. Saya cek juga akun fb. Dan terdapat beberapa komentar salah satunya dari sdr riska ayu (@rizuka_sarachsi). Yang katanya pengn banget ke sana. Hee (aku doakan kamu juga bisa kesini,someday yaa nak) *berdoamulai

Maka dengan ini saya ingin berbagi.cerita singkat kunjungan kami ( saya dan lima orang sahabat). Dalam rangkaian internship #intertek2011 di #dresden ini.

Johannstadt

Kami bertemu dengan mr. Sven seperti biasanya di technische universität dresden. Kali ini di halte muchsterplatz, tepat didepan kampus. Perfect, begitu turun dari trem 03 yang kami tumpangi dari albertplatz. Kami bertemu dgn mr. Sven dan putar balik naik trem 03 kembali dan turun di halte dekat kardstat (salah satu kompleks-pusat belanja/mall di dresden). Kemudian pindah naik buslinien 062 menuju johannstad. Sekitar 25 menit dari kardstat tadi.

Sesampainya, saya belum menemukan papan nama penunjuk max-planck yang terkenal itu. Tetapi masuk kawasan kawasan kampus Tü dresden faculty medicine (kya kedokteran gitu kyanya). Lalu berjalan mengikuti Mr. Sven berjalan cepat-cepat. Kami yang langkahnya setengah dari langkahnya harus bergerak cepat-cepat-cepat juga.

Ach so! Akhirnya, ini toh rupanya inatitut riset yang terkenal itu. *mata berkaca-kaca

Dinamika MPI-CBG

Max-planck institute yang kami kunjungi pagi tadi adalah atau fokus dibidang biologi molekuler (cell, biology, and genetic; CBG). Begitu membuka pintu (sebenernya ga perlu dibuka sih, karena dengan baik hati, pintunya sudah terbuka). Suasana yang terlihat adalah meja-meja bulat dangan empat bangku di sisinya. Meja dan kursi untuk minum kopi atau hanya sekedae berbincang singkat. Dan memang demikian, maksud dari desain interior bangunan ini, tutur mr. Florian. Mr. Florian frisch namanya, public relation Mpi-Cbg. Diajaknyalah kami duduk di auditorium, mendengar dan bertanya singkat kegiatan mpi-cbg saat ini. Sekitar 20 menit didalam auditorium tersebut. Diajaknya kami turun satu lantai menuju ruang riset. Rupanya adalah ruang riset untuk.pembenihan zebra fish. Disini para researcher yang adalah phD student dan atau post.Doc, lanjut mr. Florian dipilih 40-45 orang/tahunnya dari 1000an aplikasi yang masuk berasal lebih dari 109 negara.

Melakukan upaya untuk mencari data lebih lanjut tentang sains dasar (basic sains) adalah kekhasan max-planc institute. Sekitar 16 mio euro digelontorkan dari pemerintah federal jerman untuk MPI. Sebagai bentuk dukungan besar pemerintah terhadap kegiatan riset/RnD. Jerman
menempati posisi kedua dunia, soal dukungan dana setelah USA.

Hal menarik lainnya adalah, bagaimana upaya penelitan/riset dengan sumber daya (infrastruktur) dan target dapat dilakukan, meskipun hasilnya terkadang bukan luaran yang diharapkan. We always expected but also ready for unexpected. Mr florian menganalogikan. Seorang colombus berlayar menuju Hindia. Karena mekanisme alam. Ternyata ia mendarat di pulau lain yang ia pikir adalah Hindia. Karena "kesasar" columbus dianggap sukses sebagai penemu benua Amerika. Demikian juga dengan peneliti. 'Hindia' yang ditargetkan namun hasil yang didapat 'Amerika'. Tidak masalah.

Suasana organisasi pun dibuat ringkas. Tidak ada perintah atasan-bawahan. "you do this. And u do that" organisasi dibuat ringkas, tidak ada hierarki, flat. Dengan pembagian seperti kelompok kerja tim, yang bergabung dalam fokus riset yang sama. Sehingga ruang gerak-komunikasi lebih luas dan leluasa untuk bertukar ide. Apa yang sedang dan sudah dilakukan, how was it?! Bahkan, saban jumat sore. Di cafetaria depan pintu masuk. Disediakan wine time dan music, untuk berdiskusi santai. Tentu saja, karena sesama peneliti. Obrolannya pun soal penelitian yang sedang dikembangkannya. Demikian seloroh mr. Florian. Namun inilah keunikannya, bagaimana manajemen MPI. Mampu menghadirkan "kehangatan" untuk menjalin komunikasi apik didalamnya.

Selepas ruang riset 'zebra fish'. Kami diajak naik hingga lntai 4. Tiga lantai menaiki tangga yang dibuat melingkar, dengan kerangkeng kawat. Dugaan saya tepat. Desain tangga tersebut dibuat menyerupai struktur molekul DNA/RNA. Disetiap lantainya terdapat sofa dan meja. Untuk ruang tunggu atau sekadar menyeruput kopi hangat. Pun terdapat ruang untuk small meeting.

Desain interior ini mengakomodasi kelompok-kelompok peneliti. Untuk.bertukar informasi. Pun ketika diajaknya kami berkeliling masuk area lab lantai 4 ini. Deretan lemari berpintu kaca berisi bejana, gelas ukur, erlemenyer. Masuk dalam ruang-ruang para peneliti. Terkagum dengan yang dibalut perlengkapan mutakhir dan layout computerr set yang disekat kaca dengan alat2 lab. Peneliti dibuat nyaman antara peraga dan area menulis hasil. Karena memang luaran utama dari MPI adalah hasil.penelitian / project tersebut dapat dipiblikasi dalam jurnal ilmiah internasional.

International office

Dua blok dari gedung utam empat lantai tersebut. Terdapat sebuah bangunan tingkat tiga. Mengingatkan saya seperti asrama saat kuliah dahulu. Dengan deretan pintu-pintu penanda kamar-kamar.

Mr. Sven dan mr. Florian memberitahukan perihal kedatangan kami. Sebagai peserta magang untuk bidang technology-transfer dari Indonesia. Kepada wanita berambut pirang, yang lebih tinggi dari mr. Florian. Satu satinya orang yang kami temui di.sebuah ruang dilantai dua, bangunan seperti asrama itu.

Kegiatan utama 'international office' ini berbeda dari dugaan Neisya sebelumnya. Adalah membantu peneliti2 untuk dapat mengakses beberapa fasilitas yang diperlukan. Bagaimana prosedur mengurus paspor, visa, atau bahkan dimana dapat menyekolahkan anak-anak yang dibawa ilmuan-ilmuan tersebut selama masa riset di MPI. Bukan untuk mengurus paten dan atau berkunpulnya ilmuan internasional membahas masalah tertentu. Tambah mr. Florian, "it's a boring place" yang rambut pirangnya berponi hanya sebelah kiri, menutupi dahi, hampir menyentuh kacamata retronya yang besar. Seperti anak-anak muda era 80'an.

Dr. Christian Klose

11.45 waktunya lunch. Kembali ke gedung utama di lantai dasar. Terdapat kafetaria dan kantin, yang hanya buka saat sesi makan siang.
Sebelum masuk kantin tersebut. Mr. Sven tampak berbicara dengan koleganya. Seorang dengan roda sepeda di tangan kananya dan jeans yang digulung selutut di sebelah kanannya.

Setelah saya menghabiskan satu croissant dan secangkir kopi hitam, begitu pun dengan kawan yang lain. Entah untuk tujuan apa. Kami ikut saja di belakang mr. Sven, kembali ke lantai 4. Dalam ruangan small meeting untuk 8-10 orang. Meja.oval dan bangku disisinya dan sebuah monitor LCD 32" yang tak lain untuk menunjuk presentasi (biasanya dengan projktor kan O:-)).

Sebuah presentasi dari kordinator project yang menginisiasi teknologi-transfer dari riset yang ada di MPI-BCG ini. Begitu mr. Sven menjelaskan kepada siapa kami akan bertemu hari ini.

Ternyata orang yang ditemui mr. Sven didepan cafetaria siang tadi. Dengan macbook pro. Berbicara tentang lipotype, sebuah inovasi pengujian lemak darah dengan cepat (>5min) dengan bantuan software yang sedang dikembangkan untuk membaca spektrum lipid yang ada dlm darah uji.

Sampai pada, slide team management. Ternyata orang membawa roda sepeda dan bergaya anak muda itu dengan jeans dan kaos agak ketat itu Dr (doktor) Christian klose. I love your style, sir ;-)

Here we are..

Kiri - Kanan : Andri - Me - Intan - Mr. Sven - Burhan - Neisya (special photographer : Rif'an)
Published with Blogger-droid v1.7.4

Minggu, 06 November 2011

Dresden - prague

Lagi lagi selalu ada keajaiban. Satu.menit yang luar biasa, kawan. Jadi begini ceritanya :

Tiket reservasi menuju prague (praha) dari Dresden hauptbanhof (hbf) adalah pk.7.08. Dari hostel, kami berjalan dengan tenang dan hati gembira-syalalala. Menuju halte albertplatz, halte biasa menunggu trem 03 ke Technische universität Dresden. Sesampainya disana.. (naif mode). Ach so! Trem 03 baru ada 25 menit lagi. Jam saat itu menunjukkan pk.06.40. "Waduh gimana inih?"

Tetapi, ada jadwal trem 07 yang akan datang 11 menit lagi. Hitung estimasi waktu albertplatz-hbf, 11menit. Maka sesampainya didepan hbf, harus berlari 2 menit untuk mengejar kereta. Naik ke gleis 1 lantai 2. Oke sanggup dah.

06.58 trem 07 datang. Duduk didalam. Menghablur dingin yg menyergap. Menghitung menit ke menit yang dilalui di sepanjang.halte yang dilalui. 06.59, 07.02, 07.04 dan..ach so! Trem 07 ini tidak melalui hbf. Turun di halte dekat kardstat 07.05, 3 menit buat lari ga mungkin dah. "yaudahlah, ga sempet men!"

Yang kepikir saat itu. Tiket kami untuk reservasi jadwal yang 07.08 ( meskipun ada juga, kereta selanjutnya pk.9.30). Mulai bermunculan pertanyaan di kepala "tiket + reservasi kita bisa balikin ga yah? Lumayan men 48€".
Udah bermunculan opsi lain, cari starbucks atau sejenisnya untuk pesan hot choclate dan makan roti. Belum sarapan. Sekaligus cari tau money changer. Ternyata praha, chezk belum pake euro. Ach so! Bisa aja sih semua dilakuin buat ngebunuh waktu.

Sambil terus jalan. Enam orang nekad ini. 170 hauptbahnhof, dipapan petunjuk jalan terpampang (gatau artinya apa. 1,7km kah, entah). Emang ga mngkin juga sih buat sprint 3 menit. Tapi niatan usaha terus ada. Akhirnya jalan cepat dan lari2 kecillah kami. Sudah 07.08, posisi saat itu baru setengah jalan lagi.

Jalan terus, semakin dekat, hauptbanhof nord, 2 menit lagi jalan dan...
Intan teriak, "itu keretanya kali. Lari". Sekekita masuk pintu stasiun, lihat ke arah kereta itu, tapi itu gleis 19. Bukan gleis 1. Jalan cepat (dalam hati masih ada harap). Tapi kok di papan pengumuman besar yang biasa menunjuk jadwal "kok gada lagi tulisan apapun".

Rifan yang sudah didepan teriak. "ayo, praha 1 menit lagi" satu jarinya teracung. Disusul neisya, saya, andri. Melihat papan yan
g bertuliakan gleis 1 prag 1 min.

Belok kiri, berlari naik lantai ke 2. Huaaa.. Inilah keretanya. 7.18 disusul intan terakhir naik tangga dan masuk gerbong. Seketika itu juga. Sumringah bukan main. "gila ya kita, keajaiban lagi!" dan...pluit ditiupkan, lampu sinyal siaga. Pintu tertutup. Kami yang berada di gerbong untuk sepeda. Diminta bergeser ke gerbong kompartemen sebelah oleh petugas. Masih mengatur nafas dan cengar cengir "mantap men, satu menit lagi." "Untung aja kereta telat 10 menit" balas intan.
Berjalan kedepan terus diantara gerbong berkompartemen. Intan mengeluarkan tiket dan membaca gerbong dan no duduk. Tertulis 259. Ach so! Kita berada di gerbong yang tepat. Tinggal cari tempat duduk no 31-36. Dan inilah kami. Saya ngwteet : heading to prague *hampirsajatelatsatumenit


Pesan moral :
Jadwal ontime tidak selalu baik. Hee
Published with Blogger-droid v1.7.4

Dresden - prague

Lagi lagi selalu ada keajaiban. Satu.menit yang luar biasa, kawan. Jadi begini ceritanya :

Tiket reservasi menuju prague (praha) dari Dresden hauptbanhof (hbf) adalah pk.7.08. Dari hostel, kami berjalan dengan tenang dan hati gembira-syalalala. Menuju halte albertplatz, halte biasa menunggu trem 03 ke Technische universität Dresden. Sesampainya disana.. (naif mode). Ach so! Trem 03 baru ada 25 menit lagi. Jam saat itu menunjukkan pk.06.40. "Waduh gimana inih?"

Tetapi, ada jadwal trem 07 yang akan datang 11 menit lagi. Hitung estimasi waktu albertplatz-hbf, 11menit. Maka sesampainya didepan hbf, harus berlari 2 menit untuk mengejar kereta. Naik ke gleis 1 lantai 2. Oke sanggup dah.

06.58 trem 07 datang. Duduk didalam. Menghablur dingin yg menyergap. Menghitung menit ke menit yang dilalui di sepanjang.halte yang dilalui. 06.59, 07.02, 07.04 dan..ach so! Trem 07 ini tidak melalui hbf. Turun di halte dekat kardstat 07.05, 3 menit buat lari ga mungkin dah. "yaudahlah, ga sempet men!"

Yang kepikir saat itu. Tiket kami untuk reservasi jadwal yang 07.08 ( meskipun ada juga, kereta selanjutnya pk.9.30). Mulai bermunculan pertanyaan di kepala "tiket + reservasi kita bisa balikin ga yah? Lumayan men 48€".
Udah bermunculan opsi lain, cari starbucks atau sejenisnya untuk pesan hot choclate dan makan roti. Belum sarapan. Sekaligus cari tau money changer. Ternyata praha, chezk belum pake euro. Ach so! Bisa aja sih semua dilakuin buat ngebunuh waktu.

Sambil terus jalan. Enam orang nekad ini. 170 hauptbahnhof, dipapan petunjuk jalan terpampang (gatau artinya apa. 1,7km kah, entah). Emang ga mngkin juga sih buat sprint 3 menit. Tapi niatan usaha terus ada. Akhirnya jalan cepat dan lari2 kecillah kami. Sudah 07.08, posisi saat itu baru setengah jalan lagi.

Jalan terus, semakin dekat, hauptbanhof nord, 2 menit lagi jalan dan...
Intan teriak, "itu keretanya kali. Lari". Sekekita masuk pintu stasiun, lihat ke arah kereta itu, tapi itu gleis 19. Bukan gleis 1. Jalan cepat (dalam hati masih ada harap). Tapi kok di papan pengumuman besar yang biasa menunjuk jadwal "kok gada lagi tulisan apapun".

Rifan yang sudah didepan teriak. "ayo, praha 1 menit lagi" satu jarinya teracung. Disusul neisya, saya, andri. Melihat papan yan
g bertuliakan gleis 1 prag 1 min.

Belok kiri, berlari naik lantai ke 2. Huaaa.. Inilah keretanya. 7.18 disusul intan terakhir naik tangga dan masuk gerbong. Seketika itu juga. Sumringah bukan main. "gila ya kita, keajaiban lagi!" dan...pluit ditiupkan, lampu sinyal siaga. Pintu tertutup. Kami yang berada di gerbong untuk sepeda. Diminta bergeser ke gerbong kompartemen sebelah oleh petugas. Masih mengatur nafas dan cengar cengir "mantap men, satu menit lagi." "Untung aja kereta telat 10 menit" balas intan.
Berjalan kedepan terus diantara gerbong berkompartemen. Intan mengeluarkan tiket dan membaca gerbong dan no duduk. Tertulis 259. Ach so! Kita berada di gerbong yang tepat. Tinggal cari tempat duduk no 31-36. Dan inilah kami. Saya ngwteet : heading to prague *hampirsajatelatsatumenit


Pesan moral :
Jadwal ontime tidak selalu baik. Hee
Published with Blogger-droid v1.7.4