Selasa, 30 November 2010

Wind of Change (scorpion)

I follow the Moskva 
Down to Gorky Park 
Listening to the wind of change 
An August summer night 
Soldiers passing by 
Listening to the wind of change 

The world closing in 
Did you ever think 
That we could be so close,like brothers 
The future's in the air 
I can feel it everywhere 
Blowing with the wind of change 

Chorus: 
Take me to the magic of the moment 
On a glory night 
Where the children of tomorrow dream away 
In the wind of change 

Walking down the street 
Distant memories 
Are buried in the past forever 

I fallow the Moskva 
Down to Gorky Park 
Listening to the wind of change 

Take me to the magic of the moment 
On a glory night 
Where the children of tomorrow share their dreams 
With you and me 

Take me to the magic of the moment 
On a glory night 
Where the children of tomorrow dream away 
In the wind of change 

The wind of change blows straight 
Into the face of time 
Like a stormwind that will ring 
The freedom bell for peace of mind 
Let your balalaika sing 
What my guitar wants to say 

Take me to the magic of the moment 
On a glory night 
Where the children of tomorrow share their dreams 
With you and me 

Take me to the magic of the moment 
On a glory night 
Where the children of tomorrow dream away 
In the wind of change 

Aku Orang Indonesia

Aku Orang Indonesia : tidak kurang tidak lebih
Untuk negeriku Indonesia, 17 Agustus 2010 :

Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri.
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan.
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami.
Sejak lahir sampai dewasa ini.
Jadi sangat tepergantung pada budaya.
Meminjam uang ke mancanegara.
Sudah satu keturunan jangka waktunya.
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula.
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni.
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi.
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini.
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi.
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia.
Kita gadaikan sikap bersahaja kita.
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta.
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka.
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita.
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia.
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama.
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia.
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi.
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri.
Sambil kepala kita dimakan begini.
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti.
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi.
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni.
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama.
Menggigit dan mengunyah teratur berirama.

Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi.
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini.
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam.
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang.
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang.
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya.
Meminjam kepeng ke mancanegara.
Dari membuat peniti dua senti.
Sampai membangun kilang gas bumi.
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi.
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi.
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri.
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis.
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis.
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa.
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa.
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya.
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami.
Kalian lah yang membuat kami jadi begini.
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi.
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini.

Merdeka! /
Belum /

Taufik Ismail (1998)

Top of Form
Bottom of Form


Minggu, 28 November 2010

Pelajaran Cinta

Memang tidak mudah. Sebab tidak karena kamu mencintai, lalu hendak memberi, atau kamu menebar pesona kematanganmu melalui itu, maka cintamu berbalas. Fakta itu mungkin pahit. Tapi begitulah adanya: kadang-kadang kamu harus belajar menepuk angin, bukan tangan lain yang melahirkan suara cinta.


Sebabnya sederhana saja. Cinta itu banyak macamnya. Ada cinta misi: cinta yang memang kita rencanakan sejak awal. Cinta ini lahir dari misi yang suci, didorong oleh emosi kebijakan dan didukung dengan kemampuan memberi. Misalnya cinta para Nabi kepada umatnya, atau guru kepada muridnya, atau pemimpin pada rakyatnya, atau ibu kepada anaknya. Jiwamu dan jiwa orang yang kamu cintai tidak mesti bersatu. Cinta ini sering tidak berbalas. Bahkan sering berkembang jadi permusuhan. Lihatlah bagaimana nabi-nabi itu dimusuhi umatnya, atau pemimpin yang baik dibunuh rakyatnya, atau guru yang dilupakan murid-muridnya.


Inilah cinta yang paling luhur. Paling suci. Sebagian besar kebaikan yang kita saksikan dalam kehiupan kita, bahkan dalam sejarah umat manusia, sebenarnya merupakan buah dari cinta yang lain. Ambilah contoh: 1,3 milyar umat islam saat ini adalah hasil perjuangan berdarah-darah sang Nabi berserta para sahabat-sahabatnya. Itu cinta misi.


Tapi ada jenis cinta yang lain. Cinta jiwa. Cinta ini lahir dari kesamaan atau kegenapan watak jiwa. Jiwa yang sama atau berbeda tapi saling menggenapi biasanya akan saling mencintai. Cinta ini yang lazim ada dalam hubungan persahabatan dan perkawinan atau keluarga. Cinta ini mengharuskan adanya respon yang sama: cinta tidak boleh bertepuk sebelah tangan disini.


Inilah cinta yang paling rumit. Serumit kimia jiwa manusia. Suatu saat, misalnya, Umar bin Khatab hendak melamar Ummu Kultsum binti Abu Bakar, adiknya Aisyah ra. Gadis itu sangat belia dan tumbuh diantara jiwa-jiwa lembut nan penyayang. Aisyah ra jadi gusar. Wataknya tidak bertemu dengan watak Umar. Tapi siapa berani menolak lamaran manusia paling shalih dimuka bumi ketika itu? Namun dengan diplomasi yang sangat halus, melalui kepiawaian Amr bin Ash, Aisyah menolak lamaran itu sembari menawarkan kepada sang Khalifah menikahi Ummu Kultsum binti Ali bin Thalib, adik Hasan bin Husain. Kali ini lamarannya diterima: Ali dan Umar memiliki watak yang sama. “Tidak ada alasan menolak lamaran manusia terbaik dimuka bumi,” kata Ali ra.


Ada cinta ketiga. Cinta maslahat. Cinta ini dipertemukan oleh kesamaan kepentingan. Mereka bisa berbeda watak atau misi. Tapi kepentingan mereka sama maka mereka saling mencintai. Misalnya hubungan baik yang lazim berkembang didunia bisnis. Suara ramah dari penjawab telepon, atau senyum manis seorang pramugari, atau layanan sempurna seorang resepsionis hotel: semua berkembang dari kepentingan tapi efektif menciptakan kenyamanan jiwa (confortability). Anda adalah bagian dari pekerjaannya. Bukan jiwanya. Anda adalah kepentingannya. Bukan jiwanya

. ~ Anis Matta ~ 

Sabtu, 27 November 2010

Desa mandiri 2045

Desa Mandiri 2045 itu apa yah maksudnya?


sebuah spanduk tergantung diatas perpustakaan LSI IPB. Dengan tagline " kita ciptakan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap masa depan bangsa?" 

Qus custodiet ipsos custodes


Siapa yang akan mengawasi para pengawas! Demikian arti dari judul artikel ini. Adalah  satire karya Juvenal. Kalimat ini begitu terkenal dan menjadi ide cerita utama dari penulis fenomenal the DaVinci Code, Dan brown.  Sekilas mengulas dalam novel karya Dan Brown berhasil menghipnotis pembaca menyelami kejadian demi kejadian yang tak terduga. Buku berjudul Digital Fortress, setebal 366 halaman tersebut sebenarnya adalah cerita 64 jam yang dikemas dengan gaya penyelidikan yang memukau. Adalah Ensei Tankado seorang programer yang tergila-gila pada satir tersebut dan memahatkannya pada cincinnya. Benda tersebut yang menjadi perburuan beberapa agen detektif untuk menyingkap kode rahasia sebagai password atas worm (cacing) yang menjangkit dalam TRANSLTR—superkomputer yang dimiliki NSA (Agensi Intelijen Amerika).

TRANSLTR merupakan superkomputer canggih yang pernah diciptakan sebagai unit untuk menyandi pesan dipergunakan sebagai bagian dalam keamanan dokumen rahasia milik negara. Tidak hanya sebagai penyandi pesan, unit tersebut dapat melakukan program ‘mata-mata’ terhadap email dan dokumen elektronik lain yang lalu lintas dalam jagad web  dunia. Pada akhir kisah tersebut. Worm yang masuk—atau sengaja dimasukkan—untuk menguji keamanan TRANSLTR itu sendiri justru terus berkembang dan berhasil masuk hingga menembus tingkat keamanan yang terdiri atas cincing-cincing firewall (dinding api) puncak. Hingga pasword yang diminta dapat dimasukkan dengan tepat tanpa membuat worm tersebut menginfeksi lebih lanjut. Dan pada akhirnya, pada saat yang tepat, waktu yang tepat kata sandi yang dimaksud dapat ditelusuri dan berhasil menghentikan worm tersebut.

Ada pesan yang menarik dari kisah tersebut terutama dari kutipan satir Juvenal tersebut: siapa yang akan mengawasi para pengawas? Tentu saja dalam cerita tersebut Pengawasan NSA terhadap dokumen  masyarakat dengan dalih untuk keamanan negara. Lalu siapakah yang  menjamin bahwa sang pengawas tersebut bekerja dalam koridor yang disepakati? Pertanyaan dasar itulah yang kini dibelahan dunia manapun, termasuk Indonesia kian menghangat.

 Siapa yang akan mejamin hakim dalam persidangan dapat membuat keputusan tepat?Siapa yang akan menjamin anggota dewan dapat dengan bijak merumuskan aturan perundangan?siapa akan menjamin suara rakyat benar-benar teraspirasi oleh penyelenggara ini ?bahkan siapa yang akan menjamin aparatur negeri ini termasuk presiden dapat dengan benar memimpin negeri ini? Satu Kasus menarik yang baru-baru ini terjadi adalah polemik yang terjadi dalam tubuh kepolisian dan KPK yang sempat bersitegang tentang wewenang terkait penyadapan sambungan pribadi yang dituding menyalahi koridor yang ada menjadi topik tersendiri dalam pengamat hukum, politik, HAM, bahkan pengamat teknologi informasi. “Siapakah yang akan menjamin KPK jika ia terlibat skandal korupsi. Padahal lembaga tersebut adalah motor-nya gerakan anti korupsi?”

Dalam amandeman UUD 1945 yang digulirkan pada era Amien Rais (2000-2004) kala itu sebagai ketua. Hingga akhirnya dibentuk lembaga tinggi baru yakni komisi yudisial (KY) dan mahkamah konstitusi (MK). Yang bertujuan untuk mengatur jalannya penyelenggaraan negara sesuai dengan amanat dasar rakyat yang dirumuskan para founding father kita.  MK sebagai lembaga peradilan tertinggi diberikan wewenang untuk menguji kasus yang melibatkan aturan perundangan tidak bertentangan dengan semangat UUD 1945 dan penjelasan yang dimaksud. Kasus terakhir yang menjadi perhatian adalah putusan diperbolehkannya pemilih yang memiki hak memilih meskipun tidak mendapatkan kertas undangan (tidak tercantum dalam DPT) dapat memilih hanya  dengan memberikan kartu identitas diri yang masih berlaku. Tentu saja ini merupakan terobosan besar yang dilakukan oleh lembaga peradilan yang dikenal kaku dalam memahami peraturan/ prosedur yang ada.

Ada dua hal yang akan menjadi catatan dalam memahami polemik atas pertanyaan ini. Pertama, bahwa sesungguhnya orang-orang yang berada dalam satu organisasi di manapun mereka berada adalah mereka yang memiliki amanah untuk dilaksanakan. Seorang kepala desa memiliki wewenang untuk mengatur kebijakan perangkat desa. Seoranga camat, bupati, hingga presiden memiliki tugas utama yang sama–tentu saja dengan ruang lingkup yang berbeda. Bukankah dalam Al Quran ketika Allah akan memjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin), para malaikat berseru ‘mengapai Engkau (Allah) akan menjadikah khalifah orang-orang yang akan berbuat kerusakan..’ (QS 2:30) dalam ayat lain disebutkan Ketika ‘ Allah berseru kepada langit dan bumi, gunung-gunung  semuanya enggan memikul amanat, namun dipikullah amanat itu oleh manusia. Padahal manusia itu amat zalim dan bodoh’ (QS 33:72). Jika kita sebagai pemegang amanah itu lalai sedikit saja hal itu merupakan bentuk kedzoliman kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

Kedua, berbicara tentang pengawasan. Bukankah dalam setiap diri kita telah terdapat pengawasan melekat oleh malaikat. Setiap ucapan, tindakan, bahkan niat saja di dalam hati akan menjadi catatan tersendiri. Pengawasan tersebut lebih canggih dari sekadar ilustrasi superkomputer TRANSLTR yang dimiliki NSA. Lebih canggih dari mesin pengawas lainnya. Jika dua hal ini saja menjadi landasan gerak kita. Siapapun, dimanapun, dan kapapun kita berada. Maka pengawasan itu akan semakin melekat. Lalu siapakah yang akan mengawasi para pengawas itu? Allahlah sebagai pengawas sejati. Sejatinya kita tunduk dan patuh kepada Nya. Wallahu ‘alam.

Bogor, 26/2/2010

Time Value of Yourself

Menyaksikan pemaparan inspiratif Mario teguh dalam The golden ways. Minggu, 26 July 2009 di Metro TV. Dalam tema : sukses di usia muda. Berikut beberapa hal yang dapat saya sampaikan dari pemaparan Mario teguh tersebut. Dalam suatu sessi pertanyaan, seorang Audiens bertanya. Bagaimana agar bisa sukses dalam waktu cepat dan tepat tetapi juga konsisten. ”

Mario teguh kemudian menuliskan di atas tablet computer yang bisa langsung di tampilkan di layar besar di belakang. Sebuah kalimat, sambil berkata kepada audiens. “Tentunya kita sudah mengenal tentang konsep time value of money, yang sekarang kita tinggalkan itu, dan beralih kepada ‘time value of  yourself'
Seberapa tinggi Anda dapat menghargai diri sendiri. Berapa Anda di bayar dalam satu jam. Sehingga setinggi itu-lah, besar ketinggian kita dalam menghargai waktu. Sering kita jumpai, di Mall atau di pertokoan atau dalam suatu pameran, obralan. Banyak orang-orang pegawai negeri sipil, yang masih berseragam KORPRI berada disana pada saat jam kerja. Hal inilah, yang membuat waktu kerja mereka tidak efektif, terbuang percuma.
Suatu ketika, saya menyaksikan pekerja-pekerja kasar, kuli panggul. Yang bekerja mengangkat kardus-kardus, plastik-plastik besar belanjaan dari bawah ke atas. Sementara mereka melepaskan pakaian atas—bertelanjang dada. Kemudian saya bertanya, “kenapa anda tidak berpakaian, bukannya akan membuat badan anda kedinginan atau kepanasan.” Apa jawaban dari pekerja-pekerja itu, “kami di bayar kiloan pak”. Itu artinya, bayaran mereka diukur dengan jumlah berat (kilogram) barang yang dapat mereka panggul. Itulah mengapa mereka bertelanjang dada, untuk meringankan beban yang melekat di badan mereka. Lalu saya bertanya kembali “kenapa anda begitu rajin melakukan hal ini?” jawabnya “ kami di bayar kecil pak, jadi harus kerja keras untuk dapatkan upah tambahan”
Mereka bekerja keras karena di bayar kecil. Sehingga untuk mendapatkan upah besar, maka kerja yang di lakukan harus semakin keras, barang  harus di angkat juga harus besar. Tetepi kita, pada umumnya dengan gaji kecil, kecenderungan untuk bekerja keras sangat kurang. Kenapa? Jawabnya dari statement saya di awal. Bagaimana dia dapat menghargai dirinya. Dalam satu jam, seberapa besar nilai kerja yang di hasilkan. Seribu, lima ribu, seratus ribu. Karena nilai itu akan membuat waktu yang kita miliki juga menjadi berharga. Maka kunci sukses yang ingin saya sampaikan sederhana. Hargai diri anda, time value of yourself. Posisikan diri anda, dalam setiap satuan waktu yang anda miliki begitu berharga. Sehingga tidak boleh ada yang terlewatkan dengan percuma. Itu !

*ditulis saat PL di Kampar, Riau.

Menunggu Novorsky

Pernah menonton film the terminal? Film yang mengusung tema humanisme ini, tidak mengusung banyak visualis efek bahkan latar dan settingnya hanya sekitar bandara. Adalah Victor Novorsky, pria yang mengadakan perjalanan dari negara asalnya, krakozhia. Dengan tujuan newyork, Amerika Serikat. Terkena permasalahan seputar administrasi imigrasi sehingga ia tidak dapat keluar dari bandara JFK, chicago. Sebelum  ada izin resmi dari kementrian luar negeri Amerika Serikat.

Cerita bermula ketika petugas imigrasi bandara tidak mengizinkan untuk menerima victor sebagai touris amerika. Setelah mendapatkan penjelasan dari kepala keamanan bandara, diketahui bahwa negara asal victor, krokazhia. Sedang  berada dalam kondisi darurat akibat kudeta oleh militer, akibatnya hubunga diplomatis dengan negara luar terputus, termasuk Amerika. Sesuai hukum imigrasi amerika, negara yang tidak memiliki hubungan diplomatis tidak berhak menerima visa, itu artinya tidak berhak pula berada di berada di kawasan amerika. Tanpa visa, tanpa paspor yang diakui. Victor mengalamai kasus keimigrasian khusus dan di nyatakan tidak berwarganegaraan.

Kepala keamanan bandara tersebut, meminta victor untuk menunggu sampai departemen luar negeri dan ke imigrasian memberikan dokumene resmi tentang statusnya berada di amerika. Kemudian di tempatkan viktor berada di kawasan  transit internasional di terminal 64. Sehari, seminggu, sebulan. Viktor berada di sana, menunggu!

Yang menarik dari cerita film ini adalah pesan moral tentang hal membosankan yang selama ini menjadi momok sebagian orang, menunggu. Aktivitas menunggu dalam hal ini menjadi hal luar biasa yang memberikan tokoh utama dalam cerita tersebut, Victor Novorsky, menjadi tokoh yang di kagumi di bandara tersebut. Cerita itu ketika, victor membantu seorang warga negara Azerbaijan, negara pecahan uni soviet yang memiliki masalah keimigrasian karena membawa obat – obatan. Karena petugas kesulitan dalam berkomunikasi dengan pria tersebut, yang berteriak-teriak dan mengancam akan bunuh diri  jika permintaan nya di tolak. Novorsky di minta langsung oleh kepala keamanan bandara yang menilai victor mengerti bahasa yang di ucapkan pria tersebut.

Dalam hukum amerika, seseorang yang membawa obat – obatan untuk manusia tanpa di sertai dokumen resmi dari negara berisi keterangan tentang penggunaan obat tersebut di anggap ilegal. Konsekuensi nya adalah penyitaan dan jika terbukti termasuk obat terlarang, si pembawa dapat di kenakan ancaman pidana. Si pria tersebut, mengaku membawa obat tersebut untuk ayahnya yang sekarat dan membutuhkan obat tersebut di Canada. Karena pesawat yang di naikinya transit di amerika, maka tetap saja aturan tersebut berlaku. Dalam bahasa rusia novorsky mengajak berkomunikasi untuk membantu pihak imigrasi menaati peraturan tersebut. Tetapi si pria tersebut memohon ke pada petugas –termasuk kepada kepala keamanan bandara untuk tidak menyita obat tersebut dan di izinkan untuk di berikan ke pada ayahnya di Canada.

Dalam sekejap, pria pembawa obat tersebut di bekuk untuk di periksa lebih lanjut. Novorsky yang melihat hal tersebut melihat iba, dan merevisi perkataannya bahwa maksud si pria tersebut bukan “ayah” tetapi “kambing” dalam di alek rusia memiliki bunyi yang sama. Dan, pria tersebut lepas dan berhak untuk membawa obat tersebut. Sejak saat itu novorsky di kenal banyak orang. Pedagang dalam bandara, penjaga restaurant, satpam hingga cleaning service. Dengan nama viktor “kambing” novorsky.

Bumi kampar, Riau, 19/8/2009

Kamis, 25 November 2010

Mudik bersama Kereta Api


Sudah menjadi pemandangan umum. Berdesakan berupaya merangsek masuk ke dalam kereta Api. Meskipun hanya salah satu kaki terjejak dan kaki lainnya menjuntai. Karena hampir-hampir sudah tidak mampu lagi memasukkan badan. Berdiri berjam-berjam sudah hal lumrah. Dan memang beginilah rasanya berada  di kereta Api Indonesia terutama kelas Ekonomi. Alih-alih pemerintah menambah jumlah rangkaian dalam kereta bantuan mudik setiap tahunnya. Tetap saja ratusan bahkan ribuan penumpang tetap berdesakan.

Laporan arus balik yang terpantau di media televisi mempertontonkan seorang ibu dengan balita di gendongnya memaksa masuk kedalam gerbong yang sudah penuh sesak di stasiun Purwokerto (16/9). Seorang nenek lansia yang terekam akhirnya memilih keluar dari gerbong dan memilih menunggu kereta selanjutnya. Karena pengab dan tidak kuat untuk terus berdiri hingga Jakarta. Nampaknya tidak harus menunggu mudik untuk melihat fenomena tersebut.

Saya sebagai penumpang setia Kereta Api pun menjumpai hal yang sama. Bersama kereta jurusan Jakarta-Rangkasbitung. Sebagai salah satu jalur kereta Api yang padat penumpang, hampir setiap hari penumpang berdesakan hanya untuk berpindahtempat dari satu stasiun ke stasiun yang dituju. Bukan hal aneh jika atap dipenuhi oleh penumpang, meskipun sudah banyak larangan bahkan duri-duri kawat sempat saya lihat di atas gerbong untuk menyulitkan penumpang yang nekat naik.

Hakikatnya kegiatan mudik, merupakan tradisi yang sudah menjadi kebiasaan warga urban untuk berbondong-bondong kembali ke rumah. Kembali ke desa untuk berbagi kebahagiaan merayakan hari raya. Mereka yang telah lama merantau baik untuk kegiatan perniagaan mencari nafkah maupun seperti saya yang tengah menuntut ilmu. Wajib untuk kembali ke kampung, kembali me-recharge diri bersama keluarga tercinta. Tampaknya energi itulah yang mendorong exodus besar-besaran manusia dalam ritual mudik.

Menjadi warga urban sekaligus pengguna tetap kereta Api Indonesia. Bagi saya, kelumrahan tersebut tidak bisa dibiarkan berlanjut. Manajemen atau tata kelola yang profesional selayaknya sudah dapat diterapkan di perkeratapian Indonesia. Sebagai angkutan massal dan murah, jelas kereta api sulit untuk digantikan. Bahkan negara semaju Jepang, menggunakan kereta Api sebagai moda transportasi utama. Sehingga tak heran, jika gerbong rangkaian jepang sering pula terlihat ada di rangkaian kereta api Indonesia terutama jabodetabek. Jika di jepang gerbong-gerbong tersebut sudah—maaf—tidak layak pakai. Maka oleh PT.KAI disulap menjadi kereta bisnis dan eksekutif.
Saya pernah merasakan naik kereta api kelas Ekonomi dari Manggarai hingga Jogjakarta. Meskipun tidak dalam kondisi mudik lebaran. Tetap saja masih banyak penumpang yang rela berdiri berjam-jam diatas rangkaian. Memang benar  ‘jika ingin duduk, naik nya bukan ekonomi atuh’. Dengan harga karcis murah, jangan harap dalam pelayanan baik. Tetapi untuk kasus nenek yang harus keluar rangkaian dan Ibu dengan balita yang tidak bisa merangsek masuk. Apakah mereka tidak mendatkan perhatian yang serius untuk terus dan terus berbenah.
Pada akhirnya semua pihak dan manajemen kereta Api sudah harus menapak pedal gas akselerasi untuk pelayanan dan infrastruktur yang baik. Terutama untuk tren mudik ditahun tahun berikutnya. Jika saja angkutan publik seperti moda kereta api ini ter manage dengan baik, bukan tidak mungkin pengguna angkuta pribadi akan bergeser dan melirik angkutan massal yang lebih efektif. Mungkin saja dapat mereduksi kemacetan yang tidak terkendali pada arus puncak mudik H-2 atau H-3 sebelum lebaran atau H+5 dan H+6 setelah lebaran sebagai arus balik,


Kini, poyek yang tengah terlihat perkembangan yang sangat baik bagi saya diantaranya pembangunan Double Track dari Serpong hingga parung panjang. Instalasi listrik untuk menggerakkan KRL dari Serpong hingga Maja dan perapihan struktur peron dan bangunan fisik stasiun di jalur Jakarta – rangkasbitung. Serta pemberlakuan gernbong khusus wanita untuk KRL AC di Jabodetabek. Selamat bertugas kepada jajaran PT.KAI. kami menantikan akselerasi yang lebih baik kedepannya. 

tigaraksa, 17 / 9/ 2010

I Think I’m In Love - Mocca


if you got an eerie feeling after hanging up the phone
sort of happy feeling but you’re not sure what it’s called

if you’re haunted by his face whenever you’re asleep at night
and think you hear his silly voice just calling out your name

oh, no! I think i’m in love with you..
on, no! i’m hoping you’ll want me too
so, please..don;t let me down!

just can’t help but talk about him every conversation
till your friends are sick and tired of that same old crap

if you start wearing make up even when you go to bed
crying like a baby when you hear a mellow song

*courtesy of LirikLaguIndonesia.net

Secret Admirer (Mocca)

Oh, secret admirer?
When you’re around the autumn feels like summer
How come you’re always messing up the weather?
Just like you do to me..

My Silly admirer
How come you never send me bouquet of flowers?
It’s whole lot better than disturbing my slumber
If you keep knocking at my door

Last night in my sleep
I dreamt of you riding on my counting sheep
Oh how you’re always bouncing
Oh you look so annoying. (Please!)

Dear handsome admirer
I always think that you’re a very nice fellow
But suddenly you make me feel so mellow
Every time you say: ”HELLO!”

And every time you look at me
I wish you vanish and disappear into the air
How come you keep on smiling?
Oh! You look so annoying?. (Not again!)

My secret admirer
I never thought my heart could be so yearning
Please tell me now why try to ignore me
‘Cause I do miss you so

My silly admirer (’cause I do miss you so..)
My handsome admirer (’cause I do miss you so..)
Dear secret admirer?
‘Cause I do miss you so?

Daftar Singkatan (dalam bahasa inggris)

Iseng2 ngeposting hal ini. Ane rasa masih ada agan/ aganwati yang belum pada tau. Monggoh disimak. Semoga bermanfaat.

OTA = On The Air
AFAIK = As Far As I Know
ASAP= As Soon As Possible
BTW = By The Way
CMIIW = Correct Me If I’m Wrong
LTNC = Long Time No See
OIC = Oh, I See
OMG = Oh, My God
OTOH = On The Other Hand

CP = Cross-Posting
OT = Off Topic
OOT = Out Of Topic
VOOT = Very Out Of Topic
POV = Point Of View
PS = Post Scriptum; PostScript
SOL = Sorry, One Liner - kalau pesan anda pendek, cantumkan ini.
FYI = For Your Information
HTH = Hope That Helped/Hope This Helps
IAC = In Any Case

IIRC = If I Recall Correctly
IMO = In My Opinion
IMHO = In My Humble Opinion (rarely: In My Honest Opinion)
IMNSHO = In My Not-So-Humble Opinion
IOW = In Other Words
ISO = In Search Of
LOL = Laughs Out Loud
ROTFL = Rolling On The Floor Laughing
ROTFLMAO = Rolling On The Floor Laughing My *** Off
SSIA = Subject Says It All

TBE = To Be Expected
TBH = To Be Honest
TWIMC = To Whom It May Concern
TBYB = Try Before You Buy
TMA = Take My Advice
TIMTOWTDI = There Is More Than One Way To Do It
TINALO = This Is Not A Legal Opinion
TINAR = This Is Not A Recommendation
TIA = Thanks In Advance
TFTT = Thanks For The Thought

TYVM = Thank You Very Much
WOMBAT = Waste Of Money, Brains, And Time
WBS = Write Back Soon
WRT = With Regard To; With Respect To
WYGIWYPF = What You Get Is What You Pay For
WYSIWYG = What You See Is What You Get
WTB = Want To Buy
WTS = Want To Sell
WTI = Want To Inform
WTA = Want To Ask

Sejarah Hari Guru Nasional

Diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.namun Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.


Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :



1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;

2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;

3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.



Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.


Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun

tulisan ini repost dari Kaskus

Terimakasihku Guruku

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu

Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa

Terakhir kalinya lagu tersebut saya senandungkan dengan khidmat adalah saat pelepasan/ wisuda SMP. Itu artinya sudah hampir delapan tahun lamanya. Seketika itu rasa haru biru membuncah. Terkenang peristiwa-peristiwa yang membentang yang tak boleh lekang dari ingatan. Tiba-tiba saja, memoriku juga melonjak jatuh ke peristiwa empat tahun sebelumnya, saat kelas 4 SD.

Ketika sosok baru itu datang. Salam. Memperkenalkan diri. Membuat  kita takjub, rupanya masih ada orang yang mau bersusah payah. Harus berjalan kaki satu dua kilometer jauhnya. Ditambah saat hujan, hampir-hampir kami tidak bisa memakai alas kaki karena lumpur basah membuat kami melepasnya. Guru baru itu bernama bu guru Martha. Lulusan dari salah satu PTN di Jakarta.

Di SD kami, SD inpres Cibayana. Kata inpres di sana berarti atas perintah langsung (instruksi ) Presiden. Akhirnya sekolah itu didirikan. Kau artinya apa kawan? Sekolah kami termasuk daerah pinggiran. Hampir-hampir seperti sekolah laskar pelangi. Hanya ada 3 kelas saat aku bersekolah saat itu. Artinya 3 kelas lainnya (kelas 4-6 ) harus masuk siang. Dengan langit-langit yang sepenuhnya koyak. Dengan atap yang bocor, manakala hujan rintik sekalipun. Dengan meja dan bangku yang kaki-kakinya goyah, lantaran ditempati tiga orang. Buka dua-dua seperti sedianya. Setiap kali musim penghujan-- seperti saat ini, tim piket harus berjibaku dengan tambahan tenaga. Karena tanah yang melekat di alas sepatu (sandal dan sepatu) anak-anak yang datang dengan seenaknya di lepaskan dilantai kelas dan ditempelkan dibawah meja -kursi. Memang brandal sekali anak-anak itu, yang juga teman satu kelasku.

Kemarin, setelah tiga tahun lamanya, lebaran idul adha kembali ke rumah. Bertanya kabar keluarga dan kerabat disana. Tak kusangka adikku yang ke tiga, baru masuk kelas 1 SD di sekolah inpres itu (kini berganti nama SDN Cikasungka III). Dengan struktur bangunan yang lebih tangguh. Alas yang setengahnya di plester semen. Lantai yang sudah di keramik. Rupanya sekolahku sudah banyak berbenah. Dan betapa takjubnya aku. Masih dengan seragam korpri seorang guru. Sosok dengan wajah yang kukenal berdiri didepan kelas. Membariskan anak-anak itu. Tersenyum. Dengan ramah tangannya dikecup satu persatu barisan anak itu. Sebagai tanda salam pulang. Kelas telah usai. Kuperhatikan lamat-lamat. Masih dengan seragam khas guru. "Bu guru Martha". Jelas tertulis di dada sebelah kanan. kali ini dengan senyuman hangat, seperti sepuluh tahun yang lalu.


Terima Kasihku Ku Ucapkan
Pada Guruku Yang Tulus
Ilmu Yang Berguna Slalu Di Limpahkan
Untuk Bekalku Nanti

Setiap Hariku Di Bimbingnya
Agar Tumbuhlah Bakatku
Kan Ku Ingat Slalu Nasihat Guruku
Trima Kasihku Guruku

Selamat hari guru nasional, 25 November 2010

Minggu, 21 November 2010

Tantangan kini adalah sikap apatis!

Sebuah babak baru dari dinamika kampus kembali bergulir. Setelah dua tiga bulan lamanya disuguhkan dalam peran politik pencitraan untuk sebuah nama. Begitu kami mengenalnya sebagai PEMIRA, adalah kosakata untuk babak babak baru tersebut. Saat era baru dan perubahan ramai-ramai di gaungkan ditambah dengan riuhnya jargon dan genderang yang ditabuh. Inilah bung, saat dimana kebijakan menjadi sedemikian penting untuk disuarakan.

Ah, lagi-lagi aku dihadapkan pada situasi yang sama. Tentang nama, nomor dan pamflet-pamflet yang disebarkan. Begitulah kata seorang sahabat berseloroh. Tentang kemajemukan menjadi tema yang memukau. Tentang "warna" yang harus ditorehkan. Juga tentang catatan evaluasi dan prestasi yang membahana. Ah, lagi-lagi aku lelah dengan fase ini. Begitu kawan lain berceloteh. Ada atau tidak dari fase ini seperti tidak banyak berarti. Kemenangan apa yang mereka mau? bagiku sama saja. Lagi-lagi seorang kawan yang lain merasa risih dengan dinamika ini.

Sahabatku sekalian sebelum menuliskan hal ini. Aku dengar dari seorang kawan. "Tantangan kita dalam periode PEMIRA ini adalah sikap apatis. Ini bukan soal kalah-menang, tetapi bagaimana kita bisa menghargai    sebuah usaha". Dalam sebuah episode lain, seorang guru mengajarkan tentang 'berpikir sistem'. Sebuah algoritma sederhana untuk logis- taktis. Jika A maka B, jika bukan A maka C. Seperti itulah kawan pemaknaan akan sistem. Jika lapar maka aku makan. Jika makan maka aku kenyang. Jika lapar dan makan, aku kenyang. Aku sebenarnya tak pandai soal hal ini. tetapi itulah kurang lebih yang pernah diajarkan guruku.
kemudian aku berpikir sejenak bahwa babak dalam PEMIRA tahun ini adalah sikap untuk kembali berpikir sistem.


Walaupun ada anekdot: aturan dibuat untuk dilanggar. Atau guyonan yang lain: "tau gak kenapa jadwal KA  dibuat dan dipasang besar-besar di stasiun. supaya kita tau kalo KA itu telat satu atau dua jam lamanya". Itulah kenapa sistem itu dibuat, berusaha disosialisasikan untuk diaplikasikan. Begitulah sebuah paradigma "perubahan" itu digaungkan bukan seperti negeri diatas awan yang tak tergapai. Tetapi membumi untuk dipijak, tempat kami bersama merasakan.

kampusku kini tengah berada disimpang jalan. Seperti fenomena yang sudah-sudah. Aku kembali memanggil jiwaku yang rapuh akan dibawa kemana hembusan angin perubahan ini. Retorika tak bertepi atau Skeptis yang berlebihan. Aku hanya bisa berujar: setidaknya aku menjadi salah satu bagian dari transformasi ini. Tidak boleh berdiri menunggu tetapi berlari mengejar untuk mencetak gol, begitulah filosofi yang diajarkan sepakbola.

Aku berbisik pada awan yang terus berarak siang tadi. Tentang angin yang berhembus. Tentang matahari yang menyala-nyala. Tahukah kawan apa yang kubisikkan? aku hanya berseloroh, tidak ada yang baru di kolong langit yang sama. Tetapi tidak ada yang sama di dalam catatan sejarah. dan kukatakan pada awan : Akulah bagian dari catatan sejarah itu


PS : mari bersama sukseskan PEMIRA IPB tahun ini ya...^^

Selasa, 16 November 2010

Fukai mori

fukai fukai mori no oku ni ima mo kitto

okizari ni shita kokoro kakushiteru yo
sagasu hodo no chikara mo naku tsukarehatete

hitobito wa eien no yami ni kieru


chiisai mama nara kitto ima demo mieta kara

bokutachi wa ikiru hodo ni nakushite'ku sukoshi zutsu

itsuwari ya uso o matoi tachisukumu koe mo naku


aoi aoi sora no iro mo kidzukanai mama

sugite iku mainichi ga kawatte iku


tsukurareta wakugumi o koe ima o ikite

sabitsuita kokoro mata ugokidasu yo


toki no RIZUMU o shireba mou ichido toberu darou

bokutachi wa samayoi nagara ikite iku doko made mo

shinjiteru hikari motome arukidasu kimi to ima


bokutachi wa ikiru hodo ni nakushite'ku sukoshi zutsu

itsuwari ya uso o matoi tachisukumu koe mo naku


bokutachi wa samayoi nagara ikite iku doko made mo

furikaeru michi wo tozashi aruite iku eien ni

tachisukumu koe mo naku

ikite iku eien ni



Perfect (Simple Plan)

Hey dad look at me
Think back and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time doing things I wanna do?
But it hurts when you disapprove all along

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't pretend that
I'm alright
And you can't change me

'Cuz we lost it all 
Nothing lasts forever
I'm sorry 
I can't be perfect
Now it's just too late and 
We can't go back
I'm sorry 
I can't be perfect

I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care anymore

And now I try hard to make it 
I just want to make you proud 
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's alright

'Cuz we lost it all 
Nothing lasts forever
I'm sorry 
I can't be perfect
Now it's just too late and 
We can't go back
I'm sorry 
I can't be perfect

Nothing's gonna change the things that you said
Nothing's gonna make this right again
Please don't turn your back
I can't believe it's hard
Just to talk to you
But you don't understand

'Cuz we lost it all 
Nothing lasts forever
I'm sorry 
I can't be perfect
Now it's just too late and 
We can't go back
I'm sorry 
I can't be perfect

'Cuz we lost it all 
Nothing lasts forever
I'm sorry 
I can't be perfect
Now it's just too late and 
We can't go back

I'm sorry 
I can't be perfect 



*suka banget dengan lirik ini...