Kamis, 25 November 2010

Mudik bersama Kereta Api


Sudah menjadi pemandangan umum. Berdesakan berupaya merangsek masuk ke dalam kereta Api. Meskipun hanya salah satu kaki terjejak dan kaki lainnya menjuntai. Karena hampir-hampir sudah tidak mampu lagi memasukkan badan. Berdiri berjam-berjam sudah hal lumrah. Dan memang beginilah rasanya berada  di kereta Api Indonesia terutama kelas Ekonomi. Alih-alih pemerintah menambah jumlah rangkaian dalam kereta bantuan mudik setiap tahunnya. Tetap saja ratusan bahkan ribuan penumpang tetap berdesakan.

Laporan arus balik yang terpantau di media televisi mempertontonkan seorang ibu dengan balita di gendongnya memaksa masuk kedalam gerbong yang sudah penuh sesak di stasiun Purwokerto (16/9). Seorang nenek lansia yang terekam akhirnya memilih keluar dari gerbong dan memilih menunggu kereta selanjutnya. Karena pengab dan tidak kuat untuk terus berdiri hingga Jakarta. Nampaknya tidak harus menunggu mudik untuk melihat fenomena tersebut.

Saya sebagai penumpang setia Kereta Api pun menjumpai hal yang sama. Bersama kereta jurusan Jakarta-Rangkasbitung. Sebagai salah satu jalur kereta Api yang padat penumpang, hampir setiap hari penumpang berdesakan hanya untuk berpindahtempat dari satu stasiun ke stasiun yang dituju. Bukan hal aneh jika atap dipenuhi oleh penumpang, meskipun sudah banyak larangan bahkan duri-duri kawat sempat saya lihat di atas gerbong untuk menyulitkan penumpang yang nekat naik.

Hakikatnya kegiatan mudik, merupakan tradisi yang sudah menjadi kebiasaan warga urban untuk berbondong-bondong kembali ke rumah. Kembali ke desa untuk berbagi kebahagiaan merayakan hari raya. Mereka yang telah lama merantau baik untuk kegiatan perniagaan mencari nafkah maupun seperti saya yang tengah menuntut ilmu. Wajib untuk kembali ke kampung, kembali me-recharge diri bersama keluarga tercinta. Tampaknya energi itulah yang mendorong exodus besar-besaran manusia dalam ritual mudik.

Menjadi warga urban sekaligus pengguna tetap kereta Api Indonesia. Bagi saya, kelumrahan tersebut tidak bisa dibiarkan berlanjut. Manajemen atau tata kelola yang profesional selayaknya sudah dapat diterapkan di perkeratapian Indonesia. Sebagai angkutan massal dan murah, jelas kereta api sulit untuk digantikan. Bahkan negara semaju Jepang, menggunakan kereta Api sebagai moda transportasi utama. Sehingga tak heran, jika gerbong rangkaian jepang sering pula terlihat ada di rangkaian kereta api Indonesia terutama jabodetabek. Jika di jepang gerbong-gerbong tersebut sudah—maaf—tidak layak pakai. Maka oleh PT.KAI disulap menjadi kereta bisnis dan eksekutif.
Saya pernah merasakan naik kereta api kelas Ekonomi dari Manggarai hingga Jogjakarta. Meskipun tidak dalam kondisi mudik lebaran. Tetap saja masih banyak penumpang yang rela berdiri berjam-jam diatas rangkaian. Memang benar  ‘jika ingin duduk, naik nya bukan ekonomi atuh’. Dengan harga karcis murah, jangan harap dalam pelayanan baik. Tetapi untuk kasus nenek yang harus keluar rangkaian dan Ibu dengan balita yang tidak bisa merangsek masuk. Apakah mereka tidak mendatkan perhatian yang serius untuk terus dan terus berbenah.
Pada akhirnya semua pihak dan manajemen kereta Api sudah harus menapak pedal gas akselerasi untuk pelayanan dan infrastruktur yang baik. Terutama untuk tren mudik ditahun tahun berikutnya. Jika saja angkutan publik seperti moda kereta api ini ter manage dengan baik, bukan tidak mungkin pengguna angkuta pribadi akan bergeser dan melirik angkutan massal yang lebih efektif. Mungkin saja dapat mereduksi kemacetan yang tidak terkendali pada arus puncak mudik H-2 atau H-3 sebelum lebaran atau H+5 dan H+6 setelah lebaran sebagai arus balik,


Kini, poyek yang tengah terlihat perkembangan yang sangat baik bagi saya diantaranya pembangunan Double Track dari Serpong hingga parung panjang. Instalasi listrik untuk menggerakkan KRL dari Serpong hingga Maja dan perapihan struktur peron dan bangunan fisik stasiun di jalur Jakarta – rangkasbitung. Serta pemberlakuan gernbong khusus wanita untuk KRL AC di Jabodetabek. Selamat bertugas kepada jajaran PT.KAI. kami menantikan akselerasi yang lebih baik kedepannya. 

tigaraksa, 17 / 9/ 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc