Senin, 30 Agustus 2010

Kebun daun

Habis nguli lagi hari ini untuk bukber FKRD- Faperta. huff. Sambil Menghela nafas yang tersengaal. Mentari menyengat sekali siang ini. (pengen banget minum es buah, *hushh..puasa euy inget).
postingan kali ini saya ingin bercerita tentang 'pekerjaan' yang sedang ku kerjakan. Dibawah bendera Program Mahasiswa Wirausaha 2010 binaan Career and Development Alumnie (CDA-IPB). Ini tahun ke dua setelah pada tahun 2009 lalu saya pernah mengajukan proposal bisnis, namun tidak lolos.

Sekilas tentang PMW 2010
Adalah Program inovasi atas kerjasama DIKTI dengan kampus-kampus di Indonesia. Program ini bertujuan untuk men suplai lulusan suatu perguruann tinggi untuk dapat bersaing tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeker) tetapi mampu menciptakan kerja (job creator). Mengingat dari tahun ke tahun angkatan kerja baik terdidik maupun tidak terdidik kian bertambah, namun jumlah lapangan kerja tidak mampu untuk menyerapnya. Di khawatirkan lulusan sarjana dari perguruan tinggi pun mengalami hal yang sama. Lulus dan menjadi pengangguran baru negeri ini. Sasaran program ini pun dibatasi untuk mahasiswa/kelompok mahasiswa tingkat III dan IV (tingkat akhir), dimana pada level ini diharapkan mampu untuk berkreasi dengan usaha yang akan ditekuninya tanpa kesulitan akan beban kuliah/ akademik. Sekaligus sebagai persiapan dunia pasca kampus.

Tentu saja program ini dimulai sosialisasi dan seleski yang cukup ketat. Dimulai dengan studium general  pengenalan dunia wirausaha dan motivasi pengusaha sukses. Sebanyak lebih dari 3000 mahasiswa yang tergabung dalam grup (max. 5 orang) mampu memenuhi gedung Graha Widya Wisuda-IPB dalam tahap sosialisasi ini. Kemudian setiap kelompok diminta untuk menuliskan ide/ judul usaha yang akan dijalankan sekaligus prakiraan modal awal yang dibutuhkan dan sumberdaya yang sudah dan/atau yang diperlukan dalam mendukung usaha tersebut. Melalui seleksi tertutup oleh tim CDA-IPB--berdasarkan penilaian kelayakan judul usaha dan modal awal--terpilih sekitar 700 mahasiswa yang tergabung dalam 100-150 tim. Seleksi selanjutnya adalah kegiatan training wirausaha selama 2 hari berturut-turut (Tentu saja bagi tim yang tidak mendaftar ulang dan atau tidak hadir dalam setiap sesi kegiatan tersebut dianggap gugur/mengundurkan diri). Output dari pelatihan tersebut adalah gagasan usaha tersebut dapat tertuang dalam proposal bisnis. Mencakup ringkasan eksekutif, latar belakang, lingkup usaha, jenis usaha, hingga penyusunan anggaran dana dan kelayakan bisnis (IRR, NPV, BC ratio, dan PBP).

Setelah penyusunan proposal bisnis tersebut dilakukan proses wawancara oleh mentor CDA dan perwakilan inverstor. Dalam wawancara tersebut sebenarnya adalah penegasan akan usaha yang akan dijalankan disesuaikan dengan proposal yang telah ditulis, termasuk didalamnya adalah pembuktian arus kas yang telah dibuat dan pemasaran usaha. Setelah seleksi wawancara terpilih sekitar 300 mahasiswa yang berhak mengikuti seleksi berikutnya dalam psikotes, yang pada akhirnya menghasilkan 150 mahasiswa/ kelompok mahasiswa yang siap didanai dan pendampingan usaha.


Leaf Garden
Awal mula nama ini muncul saat pelatihan wirausaha selama 2 hari tersebut. Ketika salah seorang mentor saat itu minta dijelaskan ide usaha yang ada dalam kelas itu. Kami masuk dalam kelas budidaya pertanian. Termasuk didalamnya adalah budidaya pepaya IPB9, jahe gajah, pohon sengon, hingga sayuran organik. Kami saat itu mengatakan usha kami adalah usaha dibidang Budidaya tanaman hias dan Event Organizer dekorasi taman.

lalu kami diminta untuk membentuk nama tim sebagai bagian dari pencitraan/ marketisasi. Dikepala sudah ada beragam memori nama yang lazim disematkan dalam usaha serupa (tanaman hias). Saung hedjo, kebun hijau, Kebun kembang, de es be. entah kenapa? diatas secarik kertas, saya menuliskan leaf garden yang berarti kebun daun. Sederhana saja, karena segementasi kami bukan pada bidang per-bunga-an (floorist). Tetapi tanaman hias : Sansivieria, Aglaonema, Puring, Lili Paris, Anthurium, dll. Notabene jenis tanaman tersebut memiliki ke-khas-an tersendiri di bagian daunnya. Tak ayal banyak hobies rela merogoh kocek dalam untuk mengkoleksinya.



(bersambung)

Sabtu, 28 Agustus 2010

Berkelana dalam pilihan

Judul diatas merupakan salah satu bagian dalam buku karya Salim A. Fillah yang baru saja selesai saya baca. Banyak pelajaran dan hikmah menarik yang saya ambil dari sana. Sesakali tersungging senyum menahan tawa atas kejenakaan polah tingkah Sahabat dan Sahabiyah. Dan tak dinyana pipi saya turut hangat karena lelehan air mata karena haru menahan pilu atas syahid sahabat. Pengorbanan untuk Allah dan rasul Nya. Judul Buku tersebut adalah Jalan Cinta Para Pejuang


Dalam tulisan ini saya ingin meng-share hal yang membuat saya tersungging senyum menahan tawa
berikut saya tuliskan dari buku tersebut :
Alkisah, seorang pemuda dihinggapi perasaan gelisah saat kuliah. Godaan yang mengancam yang agama dan kehormatannya terasa kian keras mendera. Puasa dan aktivitas positif telah dilakukannya. Tetapi kadang justru itu, aktivitas dakwah justru mempertemukannya dengan si jilbab biru yang selalu tertunduk malu. si Jilbab hitam yang elegan, dan anggun, juga si jilbab pink yang lucu, manis, dan cerdas. Hatinya kian gerah. kepada ayahanda dan bunda diungkapkan perasaannya. dikuatkan hatinya untuk berkata : " Pak..bu, boleh gak saya nikah sekarang?"

tentu saja ada empat mata yang terbelalak di ruang tengah selepas isya hari itu
" nikah....nikah....? ngomong opo kamu, gundhul-mu"
kepalanya menunduk.
"Mbok ya sadar nak.." kali ini suara yang terdengar lebih lembut, sang ibu kembali menambahkan " Ibu tidak pernah melarang aktivitas mu...opo iku?"
"da'wah bu.."
"iya da..wah! yo jangan aneh-aneh. Nikah saat kuliah, emangnya anak-istrimu mau kamu kasih makan apa? Sudah dipikirkan sana dulu. Jangan ngomong nikah dulu. Sebelum kamu lulus ya!"

"tapi, banyak godaan bu, Nggak kuat!"
"Puasa..puasa..!katanya belajar agama, gitu aja gak ngerti" sang ayah menambahkan
wajah pemuda itupun terdiam tergugu. sendiri. Matanya berkaca-kaca. Hatinya pecah-belah.

beberapa waktu berlalu, hingga tibalah esok adalah hari wisuda yang dinanti-nanti. Maka malam ini adalah saatnya bicara, begitu sang pemuda bergumam "Pak..ehem, saya sudah sudah lulus...tentang pernikahan?"

"eh..lulus itu artinya kamu pengangguran baru lho.." sang ayah beringsut masuk kamar dan tak berkata-kata lagi. Harapan yang berkecambah kini telah tersiram air panas.
Waktu berganti. Dan kini pekerjaan pun sudah dalam genggaman.
"pak..bu...Emm,...saya sudah kerja sekarang"

" kerja apa kamu, serabutan gitu! gak nyambung degan kuliahmu! H-h, gini dengarkan bapakmuabaik-baik! kamu kerja dulu yang mapan. Baru kita bicarakan pernikahan"

pucuk harapan kembali pupus, hangus terbakar.
Tetapi Allah Maha Kuasa, beberapa waktu berjalan. Pekerjaan di Instansi bergengsi pun didapat. Dengan berseri-seri wajah pemuda itu menghadap Ayahanda " Bapak, saya sudah bekerja seperti harapan bapak."
"lha..kamu ke kantor saja masih pake motor yang Bapak belikan. Ngomongin nikahnya nanti saja, kalau kamu sudah punya mobil..."

beberapa waktu kemudian.
"Pak, bu'e... saya sudah punya mobil. Alhamdulillah pendapatan kerja juga sudah lumayan.."
"Tapi nanti kamu mau tinggal dimana nak?" sang ibu menambahkan " Masa kamu mau ajak istri dan anakmu nanti di rumah ini. Coba ya, kamu usahakan punya rumah dulu?!" luluh juga hati karena perkataan ibunda tersayang. Ia menyerah lagi.

hingga suatu hari.
"Bapak..ibu...saya sudah mendapatkan pekerjaan tetap, mobil, dan rumahnya alhamdulillah sudah jadi! jadi, kapan saya dinikahkan??"
Bapak dan ibunya saling berpandangan. Dan mereka menangis...
" Aduh Nak..Usiamu sudah 55 tahun. Siapa.. yang mau??"




(Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah, Hlm. 122-124)