Sabtu, 12 Mei 2012

Masjid ke Masjid

Saya pernah memiliki keinginan, sampai sekarang masih ada ingin itu. Yakni rukuk dan sujud di setiap masjid masjid agung di Indonesia. Biasanya di setiap kota setiap provinsi memiliki setidaknya masjid besar yang jadi simbol atau ikon kota tsb.

Sebut saja istiqlal, kalau tidak salah masih memegang rekor masjid terbesar di ASEAN. Kemudian ada Samarinda Islamic Centre yg juga tidak kalah megahnya. Beraksitektur seperti kompleks masjid Nabawi di Madinah sana. Di Tangerang, kota dimana saya tinggal juga ada masjid unik dimana struktur bangunannya tidak memiliki tiang tengah penyangga dengan kubah bersusun tiga seperti di Brunei Darusalam.

Masjid lain yang pernah saya kunjungi : masjid agung Riau di Pekan baru dengan empat menara menjulang di sisi sisinya. Bila diperhatikan saksama, mirip dengan Taj Mahal yg masyhur itu. Kemudian masjid At tin, TMII. Masjid At taawun, puncak Bogor. Masjid Islamic Centre Cirebon. Masjid Agung Keraton Surakarta. Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Hingga Masjid di Paris peninggalan masa kekhalifahan.

Saya sempat mengungkapkan niatan ini pada kawan : Wawan Dinawan, Junasah, dan Sepriyadi Rihi. Pertengahan Maret 2011 silam. Saaat itu, di Masjid At taawun Puncak. Kami namakan kegiatan kami itu sebagai padepokan sambel. Yang kepanjangannya saya lupa. Dimana kegiatan kedepannya, kami akan menjelajah masjid ke masjid rukuk dan sujud disana, bertafakur, dan ikut menyelam dalam sejarah masjid tersebut. Rencana saat itu, kami akan memulai roadshow ke masjid agung Bekasi (Bekasi Islamic Centre) sekalian mampir ke rumah agan Wawan. Kemudian ke Jakarta Islamic Centre di Jakarta utara sekalian mampir ke Agan Junasah dan terakhir ke masjid Kota Tangerang sekalian mampir ke rumah saya. Namun sayang, setelah dari taawun sampai saat ini padepokan sambel belum melakukan kegiatan lagi. (Atau saya nya saja kali ya yg blm sempat bareng2 kalian lagi. Hehe). Eniwei, demikian postingan kali ini. Have a nice weekend. *siap2nyuci*

Wasalam
Published with Blogger-droid v1.7.4

Jumat, 11 Mei 2012

Milad di Sushi Tei

24th Milad di Sushi Tei

Saya sedang bergairah untuk menulis. Selagi masih dapat jaring wifi. Inspirasi bisa datang dari mana saja. Termasuk dari foto -foto yang saya simpan di HP saya ini. Salah satu gambar yang akan saya ceritakan adalah seperti terlihat diatas.

Saya akan perkenalkan kawan kawan yang turut serta dalam judul : Buka shaum bersama (meskipun saya tidak berpuasa). Senin 13 Februari 2012 lalu. Dr. Edi Sukur, Intan Sutarto , Riska Ayu, Wulan Prima, Abdul Rohman, Sofa Multazam, dan Raditya Sunu.

Berawal dari ajakan iseng sore-sore setelah meeting atau lebih tepatnya silaturahim. Karena tidak ada bahasan khusus saat itu. Saya, Wulan, dan Burhan dari BIC, Serpong. Hendak mampir ke markas MITI di Alam Sutra, Serpong. Tidak jauh memang jaraknya, hanya saja kadang kepadatan kendaraan di sore hari membuat jarak menjadi jauh oleh waktu tempuh. Kedatangan kami pun sederhana. Ingin berjumpa dengan kawan-kawan Intertek Intan dan Radit yang oleh karena satu dua hal saat itu mereka diminta untuk bergabung di MITI.

Singkat cerita, sesaat sebelum pulang tercetus idea untuk makan-makan sebagai pembuka shaum. Saya awalnya, ingin langsung pulang saja. khawatir jalanan sepi menjelang Isya. Pertimbangan lainnya adalah, sayang banget tawaran ini ga disambut (#mentalmahasiswa). Saya, Burhan, Rohman, membawa Motor. Sisanya ikut di Freed nya pak Edi. Kami mengikuti dari belakang, hendak kemana masih belum tahu. Ikut aja dulu. Dan tak dinyana, saya kehilangan jejak di bundaran terakhir pintu utama Alam Sutra. Merasa kehilangan jejak saya putar arah dan berhenti di sisi jalan dan mengirim pesan via wasap ke wulan dan riska (gada pulsa sms/Telp saat itu). Saya biarkan sejenak dua jenak menanti jawaban.

 Sambil terus berjalan ke arah Pom Bensin untuk mengisi bahan bakar. Masih mennti jawaban, belum ada yang merespon. "saya kehilangan. kalian ada dimana?" Sejurus kemudian. Saya kirim pesan ke Burhan. tidak ikut langsung pulang ke Depok, jawabnya. Maka tinggallah saya di persimpangan. Langsung pulangkah, saat itu adzan maghrib mulai bersahutan. Saya dapat panggilan dari Riska. Sedang dimana? Saya jawab masih disekitar bundaran utama Alam Sutra yang ada jam gedenya itu. Saya sebutkan nama restoran saat itu. kalau kalau mereka ada disana. Saya minta dikirimkan sms saja. Karena suara panggilannya kalah bersaing dengan bising jalan.

Masuk ke Alam Sutera lagi. Seberang mall sebelahn sama Starbucks ada Sushi Tei. Saya parkirkan motor di depan, entah salah atau tidak di samping persisi Freed pa Edi. Kemudian, mendapati mereka duduk duduk, sesampainya saya datang. Agak kagok pas ditanya. Pesen apa? Liat-liat menu yang disajikan. Waduh mau pesen apa? Tanya ke Sunu, Riska, Wulan mereka pesen apa. Kemudian saya juga tanya ke mba-mba nya. Yang enak apa y mba? kemudian diperlihatkan menu dari ikan salmon. Okeh, tapi saya pilih yang dimasak dan ada kecap dan sausnya plus pake nasi (saya lupa namanya) dan minumnya teh hijau dengan buih semacam cream.

menu pesanan saya :9
Salmon segar dan telurnya diatas nasi

Kemudian, Pa Edi sebagai alumni Jepang dan bertahun tahun tinggal disana. Mulai memberikan kuliah umum tentan per sushi an termasuk cara memakan Salmon segar dengan di campur wasabi (sambal ala jepang warna hijau dari dedaunan serupa mint, aneh gimana gitu). Sebagai tambahan oleh pihak sushi tei. Bagi yang berulang tahun pada bulan itu akan mendapatkan paket tambahan seperti pada gambar dibawah. Paket Salmon segar yang dibentuk menyerupai Mawar dengan Lilin diatasnya dan ditaburi telur ikan  diatas nasinya. Awalnya menggoda, tapi lidah saya mengecap berbeda. Alhasil, tidak jadi saya makan tapi pak Edi dengan berbaik hati mau menghabiskannya biar ga mubazir. Setelah ritual makan malam ini usai. Tak disangka pa Edi yang mengakomodir ini semua (baca : Traktir). Padahal, kalo saya lihat di buku menunya untuk minuman yang saya pesan saja 20 rb lebih. ;) tks Pa Edi dkk. Perayaan Milad yang mengesankan. Selamat milad pa Edi (9 Feb) dan Riska (20 Feb). Ingin ke Sushi Tei lagi tapi dengan komposisi personel yang berbeda dan Tempat yang juga berbeda. Berdua aja #ngayal. Hehe.. Sekian

Ziarah Alm Joni Hermawan


Nur Hidayat bersama Ayah Almarhum Joni

Tulisan ini adalah perjalanan saya dan beberapa rekan-rekan TIN43 ke Serang, Banten. Dalam rangka untuk berziarah salah satu rekan kami (Alm) Joni Hermawan, wafat 2008 lalu. Ahad (11/3/2012), Sehari setelah menghadiri walimatul ursy Arief dan Yulia (Njul) di kawasan Bekasi semalamnya. Personel yang ikut serta : Ahmad D.Muthi (pencentus idea dan penyedia sarana/ mobil), Ari ( Juragan Callina sekaligus bendahara perjalanan), Ahmad Faisal (penunjuk jalan) sisanya adalah regu penggembira : Nur hidayat, Nurul Fitriyanty, Dian Fajarika, dan Saya.

Kami berangkat dari kediaman Muthi di kawasan Jati Bening, Bekasi. Sudah diduga akan ngaret dari jam 6 perjalanan di rencanakan. Karena memang saat itu kami kelelahan karena kegembiraan di WU arief-yulia, hingga pukul 1 Malam kami masih asyik berbicara ini-itu. Maklum, kawan lama yang ketemu lagi, setelah mengecap Alumnie. He.. Setelah berbenah diri, mobil meluncur ke kediaman Nurul di kawasan Kp. Cerewed, Bekasi (nama tempatnya menggambarkan orangnya :). Disana, ada personel yang tidak jadi ikut serta sdr Budi dan Norma sekaligus berganti mobil  jadi Kuda (jangan bayangin kuda sungguhan, berasa ke jaman Majapahit dong, tapi masih jenis mobil keluaran Mitsubishi). Setelah ritual sarapan pagi dan menyeruput teh hangat yang disajikam tuan rumah cerewed. Kami diijinkan berangkat sekitar pukul setengah delapan. Sejurus kemudian, sang Kuda berangkat, kami harus melewati kawasan UKI Cawang untuk menjemput personel lain yang turut serta : Nur Hidayat. Dan perjalananpun dimulai.

Melewati ruas utama ibukota, menikmati hari tanpa macet itu adalah anugerah, terang salah satu personel yang saban hari setengah enam sudah harus berdiri berjejal di bus kota. Personel lain yang tidak merasakan hal itu, merasa bersyukur. He. Lalu cerita-cerita mengalir, tentu dengan celoteh celoteh gak karuan dari masing-masing personel dengan kekhasannya. Masuk dalam ruas tol Jakarta-Merak. Bekal camilan dari Dina dan Yulia (sang pengantin baru) ikut menemani, krauk-krauk. Hingga dua jam kemudian, sekitar pukul sembilan, memasuki pintu tol Serang Timur dan menyusur jalan mencari lokasi yang disebutkan (Faisal yang ingat nama jalan menuju rumah alm Joni tersebut). Pepatah bijak menyebutkan : Malu bertanya sesak di Jalan. Maka, kami bertanyalah kepada mereka yang beruntung untuk kami tanya. Nur hidayat yang menjadi algojo untuk bertanya. Sambil menyebutkan nama lokasi. Sang Mamang-mamang memberitahu jawaban absurd yang akan membuat kami tetap fokus dengan pelajaran matematika dasar. "Gak jauh kok, tiga pom bensin dari sini deket Alfamart" Maka, mulailah kami berhitung. Satu..Dua..Tiga.. dan mencari-cari tanda-tanda Alfamart disekitarnya. Mengandalkan juga ingatan yang terbatas saat saya, muthi, dan faisal dulu pernah juga menjenguk ke Almarhum saat masa sakitnya. Itu hampir 4 tahun yang lalu.

Dan, nama tempat yang dituju sampai juga dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan mamang-mamang sang penjawab tadi. Ingatan pun kembali hadir, karena memang seingat saya tidak jauh dari pabrikan penyedia pakan ternak terbesar di negeri ini, asal Thailand itu. Kembali menyusur jalan desa yang kami bersepakat Jasa Pencucian Steam Motor akan sangat laku di desa itu. Dan kami pun berpikir jika hujan dan malam tiba, lebih baik tidak usah kemana-kemana, kecuali itu adalah kegiatan yang perlu dan mendesak. Tidak berapa lama, komunikasi via sms Faisal dengan adik almarhum memberikan isyarat rumahnya tidak jauh dari pasar desa. Sejurus kemudian tiba jua di rumah kediaman Orang tua Almarhum. Berupa bangunan Rumah Toko (Toko klontong di depannya). Sang Adik sudah mengetahui kehadiran kita, karena mobil yang melaju kejauhan parkir dan harus putar balik.

Ziarah Makam Almarhum 


Sesampainya, kami keluarkan beberapa "bawaan" kami. Pepaya Super Calllina dua keranjang dan beberpa penganan ringan titipan dari Sang Pengantin Baru (Yulia-Arif).Kami disambut hangat oleh orangtua Almarhum. Tikar sudah disiapkan sebelumnya di ruang tengah. Mengalirlah dialog- dialog hangat kami dan sang pemilik rumah. Ibu Alharhum menanyakan Praja, kawan kami yang secara intens berkomunikasi dengan keluarga almarhum termasuk sesaat sebelum kami berangkat. Karena alasan tugas pekerjaan, kami katakan Praja tidak dapat ikut serta. Kemudian, berdatangan beberapa tetangga atau mungkin juga saudara dari orangtua almarhum. Setelah berbasa basi, kami ketahui Ia adalah guru ngaji Almarhum. Kemudian kami mulai mengenang riwayat Almarhum hingga pada tahun ke empat ini. kami semapatkan untuk berkunjung kembali. Saya pribadi, pertama kalinya datang, pada saat berita wafatnya tidak dapat hadir dalam pemakamannya. Tidak lama, kami utarakan, melalui sdr Muthi maksud berkunjung untuk juga berziarah ke makam almarhum. Yang menarik disini, sang Ayah berseloroh bahwasanya hingga saat ini (sejak pemakaman hingga hari kami berkunjung) belum bisa melupakan Almarhum, termasuk untuk datang ke Makam yang tak jauh dari kediaman. Kami mafhum hal itu.

Kemudian, kami bergegas jalan kaki dengan diantar kerabat keluarga ke Makam Almarhum. Sekita 200 meer kami berjalan. Tidak tampak area  pemakaman. Hanya saja beberapa nisan dibiarkan teronggok begitu saja. Dengan rumput yang meninggi. Hampir-hampir saja saya tidak menganli bahwa gundukan itu adalah makam. Karena tidak berbeda dengan tanah lapang lainnya, bahkan tidak ada nisan diatasnya sebagai penanda. Kerabat tersebut sudah mempersiapkan membawa cangkul untuk membersihkan seadanya. Kami pun bersimpuh dan ikut hanyut dalam doa doa yang dibacakan. Saya kembali teringat sosok Almarhum yang belum lama jua dikenal, hanya dua semester kebersamaan di kelas saat itu. Kemudian, saya juga teringat dengan catatan-catatan kecilnya, saat berada di kamar kosan saat itu. Ia anak baik, rajin, dan cerdas. Sang orangtua Almarhum pun menuturkan hal yang sama. Tetapi jika Allah sudah berkehendak maka tak ada makhuk satupun yang mampu. Selesai membacakan doa-doa untuk Almarhum. Kami kembali berjalan ke kediaman. Saat jalan itu, kami sudah berbincang akan langsung pulang agar tidak terlalu sore sampai Jakarta/ Bogor.

Pantang pulang sebelum kenyang :) 

Rencana itu harus kami batalkan karena Orangtua Alm sudah mempersiapkan menu makan siang diatas tikar di ruang tengah tadi. Nasi, Sayur Sop, Ayam goreng, serta buah penggoda selera Pepaya Callina dan Duku. Tidak tanggung tanggung dua tangkup nasi porsi besar disediakan. Kamipun diminta untuk menghabiskan lauk yang masih ada. Saya pribadi sudah kesulitan untuk berdiri jika harus mengikuti pesan dari Orangtua Almarhum tersebut. Sebagai gantinya Pepaya, Jeruk, dan Duku jadi target penutup.

Selepas Sholat Djama Dzuhur dan Ashar kami berpamitan. Waktu menunjuk jam 14.30 sore. Kemudian kami berfoto bersama (ada di Kamera Faisal hasil jepretan ini). Dan amplop kecil yang sudah kami siapkan, titipan dari kawan-kawan yang tidak turut serta kami berikan ke Adik Almarhum yang sedang berkuliah semester dua di Balaraja sana. Demikian catatan perjalanan saya dan rekan-rekan dalam Ziarah ke Alm. Joni Hermawan. Serang, Banten. Semoga Allah melapangkan Kubur dan dibukakan pintu-pintu maghfirah dan Rahmat Nya. Amin




Kembali Hadir

Secangkir Kopi di Berlin (Okt-Nov 2011)
Saya kembali menulis. Setelah semalam ada yg meminta untuk kembali update Blog lagi. Bukan karena tidak ada bahan untuk ditulis. Bukan karena kesibukan yang menyita. Lagi lagi, inilah biang kerok dari mulai hilangnya akal dan ilmu semoga tidak. Malas. He..

Blog ini saya dedikasikan untuk diri saya. Bukan narsis. Tapi ini semacam Live Journal. Buku harian yang (sengaja) untuk dibaca orang lain. Tidak seperi dahulu saya kecil. Hingga saat itu buku buku diary dilengkapi gembok yang dapat dikunci. Kemunculan blog sebagai live Journal. Hingga ketika saat aku tiada nanti. Orang akan mengenalku dari tulisan tulisan ini. Oke sekian dulu post siang ini. (sambil Mikir Mo posting apa yg oke?!). Salam