Selasa, 25 September 2012

Holiday Camp: Kali Mati

Hi sobat muda! Melanjutkan postingan sebelumnya Holiday Camp : Ranu Kumbolo. Kali ini memasuki hari ke -2. Check this out! :D

Sabtu, 29 Juni 2012

Pk. 04.30 terbangun bukan lantaran jam alarm yg meraung biasanya. Tapi kedinginan. Selimut, sleeping bag, jaket, kaos tangan, kaos kaki. Basah. Rupanya suhu semalam turun drastis entah berapa oC. Seingatku di Dresden lalu sedingin ini mencapai 2-3oC Bertayamum untk menunaikan sholat subuh. Setelahnya sudah gak minat lagi berkemul lantaran lembab semua. Makin dingin. Resleting tenda dibuka sebagian. Samar-samar dari arah ufuk timur. Persis diantara celah dua bukit. Berkas mentari pagi. Jingga.

Tetangga sebelah anak2 SMA anggota Pramuka Kwarcab Lumajang dan SMKN 2 Blitar sudah mulai beraktifitas pagi. Menyalakan kompor, memanaskan air, dan membakar apa saja (sampah-sampah) untuk menghangatkan tangan, badan, kaki serasa memegang balok es berjam-jam.
Published with Blogger-droid v1.7.4

Senin, 02 Juli 2012

Holiday Camp : Ranu Kumbolo

Hi sobat muda! Kali ini gue mo posting perjalanan 3 hari 2 malam ke semeru (tapi blm sampe puncaknya) baru di kakinya aja. Next agenda oktober nanti, semoga sempat. Eniwei, sesuai judul postingan ini "Holiday Camp" alias kemping liburan. Liburan anak sekolah dan mahasiswa. Makanya eventnya juni-juli menyesuaikan agenda liburan anak sekolah. Event ini diselenggarakan sama anak2 PAS (Pecinta Alam Semeru). Dan foto yg gue posting di atas adalah Ranu Kumbolo, danau diatas gunung, 2400 mdpl. Untuk dapetin suasana kereen kya foto diatas emang gak mudah. Ada jalan terjal berliku mendaki dan berdebu. Saya mo cerita agak panjaang. Jadi akan ada beberapa postingan untuk menggambarkan suasana holiday camp itu. Stay tune y sobat muda!


Senduro - Rani Pani

Jumat, 29 Juni 2012. Suasana pagi itu mendung. Pukul 07.00 mnrt agenda nya sih kudu dah ngumpul di pasar agro, Senduro, Lumajang. Sesampai di pasar Agro. Saya, uswah, dymas, phyto. Tiga lainnya asli lumajang. Tapi hanya phyto aja yg pernah ke kumbolo tahun sebelumnya.

Baru sekitar pk. 07.20 baru ramai anak2 yg mo ikutan trip kumbolo. Dilihat dr kaos2nya mereka anak2 Smp-Sma sebagian anak Pramuka. Karena dpt kabar bakal ngaret. Kita sempetin mampir ke Babebo. Sejenis distro buat jualan second hand kaos, jaket, jeans dll. saya nyari celana pelatihan (baca:training). Buat jaga2 klo suhu disana makin ekstrim. Kabar terakhir seminggu lalu minus dua.
Bener aja, jam 8.20 ada 3 truk yg datang ke pasar agro senduro. Moda transportasi yg bakal angkut peserta hingga Ranu Pani.

Rani Pani adalah titik mulai pendakian ke ranu kumbolo. Ada dua alternatif jalan ke Ranu Pani. Pertama via Tumpang, Malang, dan biasanya lebih dikenal jalan dari sini. Karena akses jalan dan moda transportasi tersedia. Nah yg kedua via senduro, Lumajang. karena memang kordinasi event ini oleh anak2 PA Semeru Senduro-Lumajang. Sebenernya jauhnya sama aja sih 2-2,5 jam perjalanan. Tapi senduro kurang dikenal sebagai titik ke ranu pani. Karena akses dan moda transport kurang mendukung sepertinya.

Dua jam kami tempuh hingga Ranu Pani. Melewati desa Burno, Jalan berliku naik turun, pepohon pinus di kiri kanan, dan lebar jalannya gak cukup buat dua arah. Alias kudu ada yg ngalah klo berpapasan. Pk 10.50 sampai di lokasi Ranu Pani. Suhu udara mulai dingin adem dan baru kerasa pas ambil air wudhu buat sholat Jumat. Brrr, dah kaya es balok di cemplungin.

Proses registrasi berlangsung satu jam lebih. Ngumpulin surat keterangan sehat, fotokopi identitas dan retribusi daerah. Klo g salah Rp 5000/orang nya. Pendaftaran sdh di urus temen2 PAS. Ini lah salah satu enaknya kegiatan yg dikordinir. Bayar Rp. 50rebu dah dpt Kaos + angkutan senduro-ranu pani PP.

Pk. 12.30 usai jumatan sebagian peserta putera. Langsung bersiap untuk mendaki. Matahari saat itu lagi TOP hangatnya. Cuman ga sepanas di surabaya atau ibukota. Terik tapi kelembaban sekitar 20-25% dengan suhu 20-22C.

Masing-masing peserta sudah siap dengan carrier di punggungnya. Saya pun demikian. Sekitar 20 kilo ada kali. Isinya macem2. Tenda, sleeping bag, jaket, sweater, kaos, dan bahan panganan. Gue dah baca2 terutama liat di ekspedisi cincin api Kompas. Yg juga pernah ke semeru. Normalnya jarak Ranu Pani- Ranu Kumbolo bisa ditempuh 4 jam perjalanan. Dan saya pun menargetkan demikian.

Langkah demi langkah. Mendaki. Berliku. Jalan setapak hanya untk satu orang. Tidak boleh saling mendahului atau kalau berpapasan dua arah. Harus ada yg berhenti menepi. Sepanjang rute ranu pani-ranu kumbolo ada empat pos (normalnya ditempuh 50-60 mnit jarak tiap posnya). Baru sekitar 80 menit perjalanan kita dapati pos 1 Semacam bangunan mirip pos ronda untk duduk-duduk Gue dan tiga temen (satu group) mulai gelar matras dan bekel makan siang. Pk. 14.30 peserta mulai jalan lagi. Sepanjang jalan pandangan lebih diarahkan ke bawah drpada lurus kedepan. Lantaran jalannya berpasir dan sisi kiri jurang. Kalo diperhatikan saksama jalan setapak hingga pos 1 ini di paving blok. Ngebayangin the kuliers ngangkut2 batu paving, semen, pasir. Keren abis

Peehitungan saya bukan lagi jarak tempuh dalam hitungan meter. Entah sudah berapa kilo hingga pos 3. Saat itu sudah pk. 17.00 dan angin semilir angin dikejauhan mirip suara kereta melintas. Suhupun drastis menurun kira2 suhu AC minimal lah. Dan guepun yg awal berangkat cuma pake kaos. Mulai membuka ransel untuk ambil sweater dan sarung tangan. Selama lewatin pos 1 hingga pos 3. Jalanan masih lumayan datar, kemiringan paling tidak 7-12o. Setelah pos tiga, siap-siap dengan kemiringan sd 15-17o. Benar-benar mendaki bukit. Gak lama. Hitungan gue 15 menit. Setelah itu. Kita dapati hamparan awan. Subhallah keren abis. Awan-awan di kejauhan sana seperti dibawah kaki. Diujung lainnya tampak gagah mahameru dan pepasirnya yg buat kami terus melangkah. Kegusaran mulai singgah. Lantaran sang Ranu belum juga tampak padahal sudah 5 jam perjalanan.

Pk. 17.20 Mulai gelap, pencahayaan hanya melalui senter-senter yg kami bawa dan berkas cahaya rembulan. Rembulan setengah ini bak lampu alam yg cukup menerangi jalan setapak kami. Pendakian berangsur berganti menurun. Diantara suasa gelap dan menurun. Tingkar risiko lbih tinggi lagi. Lantaran jalanan berpasir dan rentan terpeleset.

Dan, berkas cahaya rembulan memantul oleh air. Itulah ranu yg dicari. Tiba di pos empat pk. 17.40 meskipun ranu sudah terlihat sepelemparan batu. Tapi bukan disini tempat camp nya. Jelas panitia. Padahal punggung, betis, dengkul dah bukan maen ngilunya. Pengen segera nge camp. Jalan kembali, kali ini kita melewati pinggir ranu yang berceruk. Di depan sana sudah menanti bukit yg akan didaki. Tujuan kita adalag melintas sisi sebelah ranu yang menagarah ke Barat. Di kejauhan sudah terlihat lampu berkilapan. Rupanya sudah banyak yg ngecamp. Melewati bukit terakhir ini pun perlu ekstra hati-hati. Lantaran dibawah adalah ranu. Suhu udara saat itu mungkin 13-15c. Ditambah angin dari celah gunung.

'Selamat Datang di Ranu Kumbolo 2400 mdpl."

Tulisan dipapan menyambut kami. Ini toh destinasi 6,5 jam perjalanan kami. Danau diatas gunung lebih luas 5-10x ranu pani di awal tadi.
Pk. 18.30 tiba di lokasi. Tenda mulai didirikan. Api mulai dinyalakan dr kompor portable yg kita bawa menghangatkan badan sekaligus menyiapkan makan malam sekedarnya yg bisa dimasak. Apalagi kalo bukan mie instan :)

Pk. 19.30 suhu udara benar-benar tidak bersahabat diluar tenda. Bahkan menyentuh air ranu pun enggan. Bertayamum untuk Sholat djama isya - maghrib di dalam tenda. Kaos kaki berlapis dua, sweater berlapis, dan sleeping bag pun digelar bersiap hadapi suhi ekstrim yg kabarya bisa mancapai minus di tengaj malam.


Bersambung
Published with Blogger-droid v1.7.4

Sabtu, 12 Mei 2012

Masjid ke Masjid

Saya pernah memiliki keinginan, sampai sekarang masih ada ingin itu. Yakni rukuk dan sujud di setiap masjid masjid agung di Indonesia. Biasanya di setiap kota setiap provinsi memiliki setidaknya masjid besar yang jadi simbol atau ikon kota tsb.

Sebut saja istiqlal, kalau tidak salah masih memegang rekor masjid terbesar di ASEAN. Kemudian ada Samarinda Islamic Centre yg juga tidak kalah megahnya. Beraksitektur seperti kompleks masjid Nabawi di Madinah sana. Di Tangerang, kota dimana saya tinggal juga ada masjid unik dimana struktur bangunannya tidak memiliki tiang tengah penyangga dengan kubah bersusun tiga seperti di Brunei Darusalam.

Masjid lain yang pernah saya kunjungi : masjid agung Riau di Pekan baru dengan empat menara menjulang di sisi sisinya. Bila diperhatikan saksama, mirip dengan Taj Mahal yg masyhur itu. Kemudian masjid At tin, TMII. Masjid At taawun, puncak Bogor. Masjid Islamic Centre Cirebon. Masjid Agung Keraton Surakarta. Masjid Nasional Al Akbar Surabaya. Hingga Masjid di Paris peninggalan masa kekhalifahan.

Saya sempat mengungkapkan niatan ini pada kawan : Wawan Dinawan, Junasah, dan Sepriyadi Rihi. Pertengahan Maret 2011 silam. Saaat itu, di Masjid At taawun Puncak. Kami namakan kegiatan kami itu sebagai padepokan sambel. Yang kepanjangannya saya lupa. Dimana kegiatan kedepannya, kami akan menjelajah masjid ke masjid rukuk dan sujud disana, bertafakur, dan ikut menyelam dalam sejarah masjid tersebut. Rencana saat itu, kami akan memulai roadshow ke masjid agung Bekasi (Bekasi Islamic Centre) sekalian mampir ke rumah agan Wawan. Kemudian ke Jakarta Islamic Centre di Jakarta utara sekalian mampir ke Agan Junasah dan terakhir ke masjid Kota Tangerang sekalian mampir ke rumah saya. Namun sayang, setelah dari taawun sampai saat ini padepokan sambel belum melakukan kegiatan lagi. (Atau saya nya saja kali ya yg blm sempat bareng2 kalian lagi. Hehe). Eniwei, demikian postingan kali ini. Have a nice weekend. *siap2nyuci*

Wasalam
Published with Blogger-droid v1.7.4

Jumat, 11 Mei 2012

Milad di Sushi Tei

24th Milad di Sushi Tei

Saya sedang bergairah untuk menulis. Selagi masih dapat jaring wifi. Inspirasi bisa datang dari mana saja. Termasuk dari foto -foto yang saya simpan di HP saya ini. Salah satu gambar yang akan saya ceritakan adalah seperti terlihat diatas.

Saya akan perkenalkan kawan kawan yang turut serta dalam judul : Buka shaum bersama (meskipun saya tidak berpuasa). Senin 13 Februari 2012 lalu. Dr. Edi Sukur, Intan Sutarto , Riska Ayu, Wulan Prima, Abdul Rohman, Sofa Multazam, dan Raditya Sunu.

Berawal dari ajakan iseng sore-sore setelah meeting atau lebih tepatnya silaturahim. Karena tidak ada bahasan khusus saat itu. Saya, Wulan, dan Burhan dari BIC, Serpong. Hendak mampir ke markas MITI di Alam Sutra, Serpong. Tidak jauh memang jaraknya, hanya saja kadang kepadatan kendaraan di sore hari membuat jarak menjadi jauh oleh waktu tempuh. Kedatangan kami pun sederhana. Ingin berjumpa dengan kawan-kawan Intertek Intan dan Radit yang oleh karena satu dua hal saat itu mereka diminta untuk bergabung di MITI.

Singkat cerita, sesaat sebelum pulang tercetus idea untuk makan-makan sebagai pembuka shaum. Saya awalnya, ingin langsung pulang saja. khawatir jalanan sepi menjelang Isya. Pertimbangan lainnya adalah, sayang banget tawaran ini ga disambut (#mentalmahasiswa). Saya, Burhan, Rohman, membawa Motor. Sisanya ikut di Freed nya pak Edi. Kami mengikuti dari belakang, hendak kemana masih belum tahu. Ikut aja dulu. Dan tak dinyana, saya kehilangan jejak di bundaran terakhir pintu utama Alam Sutra. Merasa kehilangan jejak saya putar arah dan berhenti di sisi jalan dan mengirim pesan via wasap ke wulan dan riska (gada pulsa sms/Telp saat itu). Saya biarkan sejenak dua jenak menanti jawaban.

 Sambil terus berjalan ke arah Pom Bensin untuk mengisi bahan bakar. Masih mennti jawaban, belum ada yang merespon. "saya kehilangan. kalian ada dimana?" Sejurus kemudian. Saya kirim pesan ke Burhan. tidak ikut langsung pulang ke Depok, jawabnya. Maka tinggallah saya di persimpangan. Langsung pulangkah, saat itu adzan maghrib mulai bersahutan. Saya dapat panggilan dari Riska. Sedang dimana? Saya jawab masih disekitar bundaran utama Alam Sutra yang ada jam gedenya itu. Saya sebutkan nama restoran saat itu. kalau kalau mereka ada disana. Saya minta dikirimkan sms saja. Karena suara panggilannya kalah bersaing dengan bising jalan.

Masuk ke Alam Sutera lagi. Seberang mall sebelahn sama Starbucks ada Sushi Tei. Saya parkirkan motor di depan, entah salah atau tidak di samping persisi Freed pa Edi. Kemudian, mendapati mereka duduk duduk, sesampainya saya datang. Agak kagok pas ditanya. Pesen apa? Liat-liat menu yang disajikan. Waduh mau pesen apa? Tanya ke Sunu, Riska, Wulan mereka pesen apa. Kemudian saya juga tanya ke mba-mba nya. Yang enak apa y mba? kemudian diperlihatkan menu dari ikan salmon. Okeh, tapi saya pilih yang dimasak dan ada kecap dan sausnya plus pake nasi (saya lupa namanya) dan minumnya teh hijau dengan buih semacam cream.

menu pesanan saya :9
Salmon segar dan telurnya diatas nasi

Kemudian, Pa Edi sebagai alumni Jepang dan bertahun tahun tinggal disana. Mulai memberikan kuliah umum tentan per sushi an termasuk cara memakan Salmon segar dengan di campur wasabi (sambal ala jepang warna hijau dari dedaunan serupa mint, aneh gimana gitu). Sebagai tambahan oleh pihak sushi tei. Bagi yang berulang tahun pada bulan itu akan mendapatkan paket tambahan seperti pada gambar dibawah. Paket Salmon segar yang dibentuk menyerupai Mawar dengan Lilin diatasnya dan ditaburi telur ikan  diatas nasinya. Awalnya menggoda, tapi lidah saya mengecap berbeda. Alhasil, tidak jadi saya makan tapi pak Edi dengan berbaik hati mau menghabiskannya biar ga mubazir. Setelah ritual makan malam ini usai. Tak disangka pa Edi yang mengakomodir ini semua (baca : Traktir). Padahal, kalo saya lihat di buku menunya untuk minuman yang saya pesan saja 20 rb lebih. ;) tks Pa Edi dkk. Perayaan Milad yang mengesankan. Selamat milad pa Edi (9 Feb) dan Riska (20 Feb). Ingin ke Sushi Tei lagi tapi dengan komposisi personel yang berbeda dan Tempat yang juga berbeda. Berdua aja #ngayal. Hehe.. Sekian

Ziarah Alm Joni Hermawan


Nur Hidayat bersama Ayah Almarhum Joni

Tulisan ini adalah perjalanan saya dan beberapa rekan-rekan TIN43 ke Serang, Banten. Dalam rangka untuk berziarah salah satu rekan kami (Alm) Joni Hermawan, wafat 2008 lalu. Ahad (11/3/2012), Sehari setelah menghadiri walimatul ursy Arief dan Yulia (Njul) di kawasan Bekasi semalamnya. Personel yang ikut serta : Ahmad D.Muthi (pencentus idea dan penyedia sarana/ mobil), Ari ( Juragan Callina sekaligus bendahara perjalanan), Ahmad Faisal (penunjuk jalan) sisanya adalah regu penggembira : Nur hidayat, Nurul Fitriyanty, Dian Fajarika, dan Saya.

Kami berangkat dari kediaman Muthi di kawasan Jati Bening, Bekasi. Sudah diduga akan ngaret dari jam 6 perjalanan di rencanakan. Karena memang saat itu kami kelelahan karena kegembiraan di WU arief-yulia, hingga pukul 1 Malam kami masih asyik berbicara ini-itu. Maklum, kawan lama yang ketemu lagi, setelah mengecap Alumnie. He.. Setelah berbenah diri, mobil meluncur ke kediaman Nurul di kawasan Kp. Cerewed, Bekasi (nama tempatnya menggambarkan orangnya :). Disana, ada personel yang tidak jadi ikut serta sdr Budi dan Norma sekaligus berganti mobil  jadi Kuda (jangan bayangin kuda sungguhan, berasa ke jaman Majapahit dong, tapi masih jenis mobil keluaran Mitsubishi). Setelah ritual sarapan pagi dan menyeruput teh hangat yang disajikam tuan rumah cerewed. Kami diijinkan berangkat sekitar pukul setengah delapan. Sejurus kemudian, sang Kuda berangkat, kami harus melewati kawasan UKI Cawang untuk menjemput personel lain yang turut serta : Nur Hidayat. Dan perjalananpun dimulai.

Melewati ruas utama ibukota, menikmati hari tanpa macet itu adalah anugerah, terang salah satu personel yang saban hari setengah enam sudah harus berdiri berjejal di bus kota. Personel lain yang tidak merasakan hal itu, merasa bersyukur. He. Lalu cerita-cerita mengalir, tentu dengan celoteh celoteh gak karuan dari masing-masing personel dengan kekhasannya. Masuk dalam ruas tol Jakarta-Merak. Bekal camilan dari Dina dan Yulia (sang pengantin baru) ikut menemani, krauk-krauk. Hingga dua jam kemudian, sekitar pukul sembilan, memasuki pintu tol Serang Timur dan menyusur jalan mencari lokasi yang disebutkan (Faisal yang ingat nama jalan menuju rumah alm Joni tersebut). Pepatah bijak menyebutkan : Malu bertanya sesak di Jalan. Maka, kami bertanyalah kepada mereka yang beruntung untuk kami tanya. Nur hidayat yang menjadi algojo untuk bertanya. Sambil menyebutkan nama lokasi. Sang Mamang-mamang memberitahu jawaban absurd yang akan membuat kami tetap fokus dengan pelajaran matematika dasar. "Gak jauh kok, tiga pom bensin dari sini deket Alfamart" Maka, mulailah kami berhitung. Satu..Dua..Tiga.. dan mencari-cari tanda-tanda Alfamart disekitarnya. Mengandalkan juga ingatan yang terbatas saat saya, muthi, dan faisal dulu pernah juga menjenguk ke Almarhum saat masa sakitnya. Itu hampir 4 tahun yang lalu.

Dan, nama tempat yang dituju sampai juga dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan mamang-mamang sang penjawab tadi. Ingatan pun kembali hadir, karena memang seingat saya tidak jauh dari pabrikan penyedia pakan ternak terbesar di negeri ini, asal Thailand itu. Kembali menyusur jalan desa yang kami bersepakat Jasa Pencucian Steam Motor akan sangat laku di desa itu. Dan kami pun berpikir jika hujan dan malam tiba, lebih baik tidak usah kemana-kemana, kecuali itu adalah kegiatan yang perlu dan mendesak. Tidak berapa lama, komunikasi via sms Faisal dengan adik almarhum memberikan isyarat rumahnya tidak jauh dari pasar desa. Sejurus kemudian tiba jua di rumah kediaman Orang tua Almarhum. Berupa bangunan Rumah Toko (Toko klontong di depannya). Sang Adik sudah mengetahui kehadiran kita, karena mobil yang melaju kejauhan parkir dan harus putar balik.

Ziarah Makam Almarhum 


Sesampainya, kami keluarkan beberapa "bawaan" kami. Pepaya Super Calllina dua keranjang dan beberpa penganan ringan titipan dari Sang Pengantin Baru (Yulia-Arif).Kami disambut hangat oleh orangtua Almarhum. Tikar sudah disiapkan sebelumnya di ruang tengah. Mengalirlah dialog- dialog hangat kami dan sang pemilik rumah. Ibu Alharhum menanyakan Praja, kawan kami yang secara intens berkomunikasi dengan keluarga almarhum termasuk sesaat sebelum kami berangkat. Karena alasan tugas pekerjaan, kami katakan Praja tidak dapat ikut serta. Kemudian, berdatangan beberapa tetangga atau mungkin juga saudara dari orangtua almarhum. Setelah berbasa basi, kami ketahui Ia adalah guru ngaji Almarhum. Kemudian kami mulai mengenang riwayat Almarhum hingga pada tahun ke empat ini. kami semapatkan untuk berkunjung kembali. Saya pribadi, pertama kalinya datang, pada saat berita wafatnya tidak dapat hadir dalam pemakamannya. Tidak lama, kami utarakan, melalui sdr Muthi maksud berkunjung untuk juga berziarah ke makam almarhum. Yang menarik disini, sang Ayah berseloroh bahwasanya hingga saat ini (sejak pemakaman hingga hari kami berkunjung) belum bisa melupakan Almarhum, termasuk untuk datang ke Makam yang tak jauh dari kediaman. Kami mafhum hal itu.

Kemudian, kami bergegas jalan kaki dengan diantar kerabat keluarga ke Makam Almarhum. Sekita 200 meer kami berjalan. Tidak tampak area  pemakaman. Hanya saja beberapa nisan dibiarkan teronggok begitu saja. Dengan rumput yang meninggi. Hampir-hampir saja saya tidak menganli bahwa gundukan itu adalah makam. Karena tidak berbeda dengan tanah lapang lainnya, bahkan tidak ada nisan diatasnya sebagai penanda. Kerabat tersebut sudah mempersiapkan membawa cangkul untuk membersihkan seadanya. Kami pun bersimpuh dan ikut hanyut dalam doa doa yang dibacakan. Saya kembali teringat sosok Almarhum yang belum lama jua dikenal, hanya dua semester kebersamaan di kelas saat itu. Kemudian, saya juga teringat dengan catatan-catatan kecilnya, saat berada di kamar kosan saat itu. Ia anak baik, rajin, dan cerdas. Sang orangtua Almarhum pun menuturkan hal yang sama. Tetapi jika Allah sudah berkehendak maka tak ada makhuk satupun yang mampu. Selesai membacakan doa-doa untuk Almarhum. Kami kembali berjalan ke kediaman. Saat jalan itu, kami sudah berbincang akan langsung pulang agar tidak terlalu sore sampai Jakarta/ Bogor.

Pantang pulang sebelum kenyang :) 

Rencana itu harus kami batalkan karena Orangtua Alm sudah mempersiapkan menu makan siang diatas tikar di ruang tengah tadi. Nasi, Sayur Sop, Ayam goreng, serta buah penggoda selera Pepaya Callina dan Duku. Tidak tanggung tanggung dua tangkup nasi porsi besar disediakan. Kamipun diminta untuk menghabiskan lauk yang masih ada. Saya pribadi sudah kesulitan untuk berdiri jika harus mengikuti pesan dari Orangtua Almarhum tersebut. Sebagai gantinya Pepaya, Jeruk, dan Duku jadi target penutup.

Selepas Sholat Djama Dzuhur dan Ashar kami berpamitan. Waktu menunjuk jam 14.30 sore. Kemudian kami berfoto bersama (ada di Kamera Faisal hasil jepretan ini). Dan amplop kecil yang sudah kami siapkan, titipan dari kawan-kawan yang tidak turut serta kami berikan ke Adik Almarhum yang sedang berkuliah semester dua di Balaraja sana. Demikian catatan perjalanan saya dan rekan-rekan dalam Ziarah ke Alm. Joni Hermawan. Serang, Banten. Semoga Allah melapangkan Kubur dan dibukakan pintu-pintu maghfirah dan Rahmat Nya. Amin




Kembali Hadir

Secangkir Kopi di Berlin (Okt-Nov 2011)
Saya kembali menulis. Setelah semalam ada yg meminta untuk kembali update Blog lagi. Bukan karena tidak ada bahan untuk ditulis. Bukan karena kesibukan yang menyita. Lagi lagi, inilah biang kerok dari mulai hilangnya akal dan ilmu semoga tidak. Malas. He..

Blog ini saya dedikasikan untuk diri saya. Bukan narsis. Tapi ini semacam Live Journal. Buku harian yang (sengaja) untuk dibaca orang lain. Tidak seperi dahulu saya kecil. Hingga saat itu buku buku diary dilengkapi gembok yang dapat dikunci. Kemunculan blog sebagai live Journal. Hingga ketika saat aku tiada nanti. Orang akan mengenalku dari tulisan tulisan ini. Oke sekian dulu post siang ini. (sambil Mikir Mo posting apa yg oke?!). Salam

Senin, 06 Februari 2012

Intermediasi Teknologi Untuk Memperbaiki Mutu Kakao Rakyat


Bersaing dengan kakao dari Pantai Gading dan Ghana. Posisi Indonesia menempati posisi ketiga dalam produksi biji kakao dunia. Sekitar 450,000 ton dihasilkan setiap tahunnya. Dan sekitar 89 % diantaranya berasal dari kakao milik rakyat. Namun, dari sisi kualitas kakao yang dihasilkan milik rakyat tersebut masih rendah.
Dalam Press Relase kedutaan besar Amerika tentang penilaian pihak AS atas biji kakao Indonesia (Oktober 2005). “Bahwa jumlah ekspor biji kakao ke AS ini menurun. Bukan semata automatic detention atau pemotongan harga. Sebagian besar biji coklat yang diterima dari Indonesia, dalam keadaan Mouldy (berjamur atau bulukan). Hal tersebut dapat disebabkan oleh proses pengeringan yang tidak dilakukan dengan benar. Disamping itu, biji kakao Indonesia tersebut, rentan dengan serangan Cocoa Pod Borer yaitu sejenis hama yang akan memakan biji kakao.”
Laporan tersebut menunjukkan pandangan negara pengimpor kakao seperti AS misalnya terhadap Kakao Indonesia. Terdapat banyak faktor memang yang mempengaruhi mutu kakao itu sendiri. Salah satu hal yang mengakibatkan mutu biji kakao rendah, berawal proses fermentasi yang kurang sempurna. Pada tahapan fermentasi ini sebagian besar petani kakao enggan untuk melakukannya karena memerlukan waktu yang sedikit lebih lama. Perilaku pekebun ini dipicu salah satunya akibat fluktuasi harga yang cukup tajam bergantung pasar internasional. Pada saat harga berfluktuasi tajam, pekebun pada umumnya ingin cepat menjual hasil kebunnya tanpa melakukan pengolahan yang memadai, sehingga mutunya rendah.
Jika kita tarik hingga kehulu, masalah kakao ini cukup luas dan rumit. Persoalan tersebut mencakup sumber daya manusia dan kebijakan. SDM/pekebun itu sendiri umumnya kurang memperhatikan soal mutu/kualitas. Tahapan dalam budidaya kakao ini dimulai dari pemilihan benih, budidaya, pemeliharaan hingga panen. Pasca panen hingga mendapatkan biji kakao berkualitas juga cukup banyak meliputi pemeraman, pemecahan buah, dan fermentasi. Upaya ini memerlukan penanganan tenaga lapang/penyuluh maupun upaya peningkatan kapasitas pekebun melalui serangkain kegiatan pelatihan.
Masalah lain yang juga memicu permasalahan adalah upaya pemerintah yang masih kurang memperhatikan peningkatan mutu. Terlebih adanya kebijakan yang membuka peluang ekspor kakao dalam bentuk biji tanpa fermentasi (unfermented). Padahal, harga biji kakao tanpa fermentasi ini lebih rendah dari setelah fermentasi, sekitar US$ 300/ ton.

Inovasi Teknologi Kakao Fermentasi

Adalah Dr. Misnawi dari Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia di Jember. Berhasil melakukan invensi riset dalam upaya peningkatan mutu kakao non-fermentasi melalui reaktifasi enzim. Inovasi tersebut juga tercatat dalam buku “100 Inovasi paling prospektif Indonesia” yang dikeluarkan oleh Kementrian Riset dan Teknologi, Republik Indonesia, Agustus 2008 lalu.
Inovasi tersebut dilatarbelakangi keprihatinan akan mutu kakao rakyat yang rendah. Sebagai akibat fermentasi yang dilakukan terhadap biji kakao masih kurang sempurna. Serta adanya potensi kehilangan uang negara sekitar Rp 750 M (US$ 84 juta) setiap tahunnya, atas potongan harga atau penolakan dari negara pengimpor.
Teknologi yang dilakukan pun terbilang sederhana, mula-mula biji kakao kering atau kurang fermentasi di bersihkan dari pengotornya. Kemudian mengaktivasi enzim dengan melembabkan biji kakao, meniriskan sisa air, kemudian menginkubasi pada suhu 45o C. Inkubasi inilah yang dikenal sebagai inkubasi in-vitro. Optimasi refermentasi pada biji kakao tersebut disesuaikan dengan lama waktu enzim beraktifitas selama 72 jam (3 hari).
Tim inventor tersebut menemukan, melalui inkubasi in-vitro. Inkubasi biji kakao kurang fermentasi dalam skala laboratorium dapat meningkatkan nilai uji belah (cut test) dan cita rasa setara dengan kakao fermentasi. Lebih lanjut, tim peneliti juga sedang melakukan serangkaian pengujian untuk melindungi biji kakao menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat akan diaplikasikan dalam proses inkubasi (refermentasi). Dengan demikian, biji kakao yang dihasilkan tidak hanya bermutu tinggi, tetapi juga tahan simpan dan terbebas dari kontaminasi mikotoksin, khususnya aflatoksin dan okratoksin.

Intermediasi Teknologi : Invensi menuju Inovasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Invensi berupa “penciptaan atau perancangan sesuatu yg sebelumnya tidak ada” adapun inovasi merupakan “(1) pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru; pembaharuan (2) penemuan baru dari yang sudah ada atau yang sudaj dikenal sebelumnya (gagasan, metode, alat)”. Sekilas dua kata tersebut serupa, dengan kata-kunci (keyword) : nilai baru, pembaharuan, penemuan. Namun dalam istilah yang umum dikenal dalam akademisi dan bisnis. Penciptaan nilai tambah dari suatu invensi baru bisa dikatakan inovasi. Dengan kata lain, inovasi adalah penemuan tersebut baik gagasan, metode, atau alat dapat diaplikasikan dan diserap pasar (market demand) serta mempunya sisi nilai bisnis.
Pada umumnya, terdapat perbedaan paradigma dari sisi akademisi. Dimana, dalam penciptaan nilai suatu produk hasil riset kurang memperhatikan kemauan pasar. Dapat dikatakan kurang dapat di-komersialisasi-kan. Dalam hal ini perlu ada suatu kolaborasi dari inventor dan pelaku usaha/industri. Namun, lagi-lagi terdapat rantai yang putus (missed link). Jika mengandalkan inventor dan pelaku usaha untuk bersinergi. Seringkali terdapat beberapa hal yang kurang sreg atar kedua pihak tersebut. Pemerintah, melalui dukungan kebijakan atau dukungan peraturan dan kelembagaan pun seringkali salah sasaran.
Sinergi ABG (akademisi, bisnis, dan pemerintah) sudah waktunya dioptimalisasikan dengan mendirikan lembaga yang bekerja di antara tiga element tersebut. Lembaga Intermediasi, begitu nama lembaga antara ini, dapat dibentuk oleh Pemerintah untuk menjembatani hal tersebut. Lembaga ini berfungsi secara spesifik untuk membawa invensi menjadi inovasi. Penerimaan pasar atas suatu penemuan dari lembaga litbang atau kampus dapat menambah nilai tambah tersendiri.
Di negara-negara maju yang sudah lebih dahulu menerapkan, seperti German misalnya. Lembaga intermediasi ini menyebut diri sebagai Technology Tranfer Centre. Membawa Teknologi menuju Pasar (Technology to the Market). Aktivitas yang dijalankan pun adalah upaya mensinergikan pemain-pemain kunci dalam produk teknologi.
Lembaga intermediasi teknologi ini dapat dikembangkan untuk membantu dalam upaya membawa hasil invensi. Teknologi refermentasi kakao tersebut agar dapat dikomersialisasikan menjadi suatu bisnis tersendiri. Untuk menyelamatkan potensi kehilangan negara, yang oleh Dr. Misnawi tersebut mencapai Rp 750 M setiap tahunnya. Dana sebesar itu adalah potensi dari pemotongan harga ekspor biji kakao sebesar US$ 270-300/ton.
Sebagai asumsi, total produksi kakao Indonesia setiap tahunnya sebesar 475,000 ton. Sekitar 106,533 ton (22,4%) dihasilkan dari kakao milik rakyat di Sulawesi Selatan. Bila lembaga intermediasi ini berhasil mengambil hati 8-10% petani kakao Sumsel untuk bekerja sesuai prosedur dan mutu baku pengelolaan pasca panen kakao untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Sekitar 5,300 ton biji kakao dapat di 'selamatkan' dengan teknologi refermentasi in-vitro ini dan dapat menghindari pemotongan harga yang tidak perlu akibat mutu yang rendah tersebut. Dengan mengalikan jumlah ton terselamatkan dan US$ 300/ton maka didapat angka yang luar biasa sebesar US$ 1,590,000 (1,5 juta Dollar AS). Meskipun diakui memang tidak sesederhana itu, dalam praktiknya. Terdapat hal lain diluar mutu produk itu sendiri yang mempengaruhi harga, terlebih dalam perdagangan internasional.
Terdapat sedikitnya tiga hal peran lembaga intermediasi teknologi ini dalam menerapkan invensi menjadi inovasi. Pertama, mendirikan dan mengelola inkubasi bisnis (business incubation) dan pilot project. Meskipun sudah dinilai cukup baik teknologi invitro refermentasi ini dalam skala lab. Namun, di lapangan perlu dilakukan pengujian dan ekperimen medalam kembali dengan skala/jumlah yang lebih besar dengan peralatan dan kondisi yang biasa dilakukan oleh petani. Membuat pilot project misal untuk 2-3 ton biji kakao menerapkan teknologi invitro refermentasi tersebut.
Kedua, Para intermediator harus pandai-pandai menarik hati kliens (petani kakao, pelaku usaha/industri kakao, dan pemerintah daerah setempat). Dengan membuat kegiatan forum yang mempertemukan ketiga elemen tersebut. Dalam forum tersebut juga akan membuka peluang pembicaraan yang lebih lengkap tentang peran masing-masing.
Ketiga, intermediator juga dapat membuka pasar baru (a new market) dengan menjadi fasilitator untuk mengembangkan produk (biji kakao terfermentasi) menjadi produk turunan bernilai tambah ataupun dapat bermain untuk memotong rantai pasok eksporter. Dalam hal ini, kejelian menangkap kebutuhan pasar baru harus dimiliki para intermediator.
Sekurang-kurangnya rangkain proses diatas dapat dilakukan dalam 12-15 bulan melalui berbagai pendekatan dan cara yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Jika ini berhasil, lembaga intermediasi (tim intermediator) turut serta dapat menyelamatkan potensi kehilangan harga biji kakao karena rendahnya kualitas. Sekaligus mendorong invensi menjadi inovasi



Tangerang, 6 Februari 2012 (15:28)


Selasa, 31 Januari 2012

Java-Bali Agroindustrial Fieldtrip TIN43



Masih inget lagu ini : " seminggu setelah kau pergi, kau masih sembunyi..." suara khas Duta, sheila on 7. Terus diputer2 di Bus satu. Tentu yang saya ingat itu, karena saya ada di dalamnya. Saat itu, serombongan, 103 mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor dengan jaket almamater khas nya. Memperkenalkan diri dari Fakultas Teknologi Pertanian, jurusan Teknologi Industri Pertanian. Bang Tatang yang saat itu didaulat untuk mengkordinasikan kegiatan besar ini.

Agroindustrial Fieldtrip, itu nama kerennya yang juga disandang untuk proposal, tapi istilah kita "jalan-jalan, makan-makan, tidur-tidur, susah-susah, sempit-sempit,  seneng-seneng bareng Jawa-Bali" dengan 2 armada bus yang mendampingi kami. Ada yg sempet terkunci di toilet umum dekat Ciwalk, Bandung. Ada yang menggaje di bus. Ada yang nyoba cerita sereum tapi gagal. Ada yg duniaaaa gelaaap alias tiduur terooos selama perjalanan. Ada yg mencoba menggombal dengan gitar. Ada yang ngerjain orang pake "asbak". Ada yg bikin tebak-tebakan garing seduniaa. Ada-ada aja deh.

Karena saking Ada-ada aja. Maka kegiatan ini wajibun ada. Sempet pasrah, terbentur, lantaran dana yang terlanjur banyak untuk paket kegiatan ini. Semua kompak, semua jalan, semua usaha. Ada Erlin yang jadi motor nge-danus kripset (kripik setan) di kelas, Bang Yoga dan Aria buat urusan jasa entry data. Bos Rudy yang kesna kemari nyari peluang Danus. Great Job. Semua dilaluin. Keren. Sampai satu kelas ikut. Tercatat hanya dua teman yang gak ikut saat itu dengan alasan tersendiri.

Makasih buat tya yang kereeeen banget buat ngejaga perut kita terus diisi dengan paket konsumsi yang ajib. Termasuk sesaat sebelum nyebrang ke Bali via Banyuwangi. Semper uring-uringan karena belom makan malam. (lupa nama daerahny), setelah PLTU itu kita nongkrong di POM Bensin. Sang komandan konsumsi nan cekatan, berinisitif untuk membelikan perorang Pop mie dan minum. Thanks berat tya. Temen-temen yang juga nyediain rumahnya untuk disinggahi, sekaligus ngasih suguhan ajib Mas Aria saat di Ungaran sebelum ke PTPN pala. Terus ada, mba Norma (akhirnya ketemu juga dengan kembarannya Nirma) di Gresik sebelum ke Pupuk Petrokimia Gresik dan PT. KML. Lanjut ada bli Syahrun, ajib banget dah Bali juga punya jalan-jalan berkelok-menanjak kaya di Nagrek-di Singaraja, Bali. Big Thanks for you guys!

Di Bali, seru-seruan makin meggila, ditambah pemandu-nya yg berceloteh terus, alih-alih ternyata ada unsur-unsur yang bisa dimengerti oleh segelintir orang. Thanks buat Budi, Hamka, Ari, Aziz, yang dah buat kita "connected" sama si Bli-Bli itu (waduh namanya bli siapa ya?). Terus ada yang tiba-tiba 'menghilang' dari rombongan saat tema2 yg laen seru2an naek banana-boat, snorkling, ataupun cuman maen bola plastik di atas pasir pantai, yang laen -yang gak ngapa2in, duduk aja sambil tentu saja, futu-futu-unyuu (apadeh).

Bali, hmm... saat matahari mulai tenggelam,  saat mega mulai menampak di garis batas, Jingga. Di Pantai kuta, kita pernah bersama, membentangkan spanduk hasil design bang Ago. Ditiup angin pantai. Saat itu belum trending istilah "galau". Dan memang saat itu gak boleh ada yang galau. Harus Asyik. Harus seru! Have fun go mad. Saat matahari yang sedari siang membakar, senja itu menampak merona. Menggenggam dalam cahaya. Seperti bang Jae yang mengabadikan dalam foto "menggenggam matahari" awesome!

hah, apa lagi yaa.. Big Thanx buat semua-muanya! TINers 43. Kompak. Prod of You! Proud to be agroindustrialist! kalo waktu jaman MPF/MPD kalo ada yg masih inget (komti kita part 1, bung Randi) berujar " kenapa saya memilih masuk IPB? karena saya (kami) bertanggung jawab untuk memberi makan 210 juta masyarakt indonesia!(melalui pertanian)"
Dan kita tahu, kita sekarang sudah menapak masa pasca-kampus. Saat kegemilangan di Kampus dijadikan dasar atau pendahuluan, menemukan jati diri di era seprti sekarang kita tapaki bersama #tsaah #sisiranponi
Termasuk bekal atas perjalanan hebat kita selama 10 hari ini (9 -19 Februari 2009). Semua kenangan ini bukan hanya kenangan. Masi inget jargon kita?! TIN : tin..tin..we are T, we are I, we are N, we are TIN jaya. Versi lainnya: T, tumpak tingting I, tumpaktingtin N, Te I eN, haha. (lupa aye juga redaksinya). Yang pasti Jargon awal kita tetep : We are not superman, We are Superteam. !!


Laman video- slideshow foto2nya- bisa dilihat dimari :
 http://www.4shared.com/video/A8ZdbU_s/tin43ft.html
(bisa di preview kok, karena filenya cukup gede sekitar 67 MB, format .flv, khawatir jd melemotkan bandwith yg ada, kecuali pake koneksi WI-fi dewa. Monggoh di sruput, durasi 18men it54detik)

Minggu, 29 Januari 2012

Dreams Dont Turn to Dust



video yutub diatas adalah pengalaman kami (saya dan tim internship) saat berada di Dresden, Germany selama bulan November 2011. Untuk melakukan internship (pemagangan) di TU-Dresden. Pada Jumat, 18 November 2011. Mr. Sven Schellin, supervisor kami, setelah pulang dari mengunjungi Waste Management Centre milik TU-Dresden. Secara mengejutkan, beliau mengajak kami untuk bertualang ke Saxony-Swizz.

Kami tidak ada persiapan khusus sebelumnya. Kami kira seharian akan ada di ruang kelas atau mengunjungi pusat inkubasi dan yg terkait. Sayangnya, tim kami tidak lengkat. Salah satu rekan saya, Mba (drh.) Intan Sutarto, sedang menjalani pemagangan di tempat lain. Terkait Animal Medicine and Welfare, selama satu pekan. Dan, tentu saja, kami merahasikan kegiatan ini sampai kami tiba di hostel, kami ceritakan dengan video dan foto-foto. Sambil cengara-cengir kami tunjukkan foto-foto di saxony swizz. Jahat banget ya kitah. Hmm.. gak juga ding.

Eniwei, saxony swizz adalah cagar alam atau national park yang dimiliki Dresden, Germany. Berupa bukit bebatuan, dengan jembatan (Bastei Bridge) yg terkenal diatasnya, menggantung diantara dua batu besar, sekitar dua ratus meter diatas suangai Elbe yang membentang di bawahnya. Entah kenapa namanya ada kata "Swizz" mungkin karena swizz itu terkenal untuk urusan natural view-nya Eropa. Jadi, kalo ada lanscape alam yang menawan, orang akan ingat dengan nuansa alam yang menawan di Swiss kali (versi ngarang). Entahlah.

Oia, satu lagi, awalnya (kalo tidak diajak tiba2 dengan Mr. Sven ini), kami merencanakan untuk pergi sendiri (bersama Tim, ber-6) esok sabtunya, 19 November 2011. Rencana awalnya demikian. Lantaran, saat kami berkunjung sehari ke Prague, Rep Cesk, dua pekan sebelumnya, 5 November 2011. Kami melihat Bastei Brdge itu dari balik kaca kereta kami. Spontan saja saat itu, "sebelum kita meninggalkan Dresden ini, kita wajib kujjungi jembatan itu (saat itu belum tau namanya Bastei)" hufh... Selalu ada keajaiban dari setiap ingin-ingin kami. Subhanllah..

Judul postingan ini sebenarnya adalah judul salah satu hits Owl City. Saya pakai untuk mengiringi (backsound) video diatas. kayanya relevan dengan isi video tsb. Monggoh kalo mau liat liriknya, saya postingkan dibawah ini :

Dreams Don't Turn To Dust

Splashdown in the silver screen,
Into a deep dramatic scene,
I swim through the theatre,
Or maybe I'm just a dreamer!

Like a kite in the bright midday,
Wonder stole my breath away,
Shy sonata for Mercury,
The stars always sing so pretty.

This picnic will soon depart,
Real life, I'm sad to see you go,
I'll miss you with all my heart,
But I'd rather be alone.

'Cause I couldn't live without,
The sunsets that dazzle in the dusk,
So I'll drag the anchor up,
And rest assured, 'cause dreams don't turn to dust!
Dreams don't turn to dust.

I made for the countryside,
And my eyes never grew so wide,
Apple, raspberry, river blue,
I don't wanna leave without you,

In the sound I'll gladly drown,
Into the emerald underground,
And I rub my eyes 'cause it's hard to see,
Surrounded by all this beauty.


This picnic will soon depart,
Real life, I'm sad to see you go,
I'll miss you with all my heart,
But I'd rather be alone.

'Cause I couldn't live without,
The sunsets that dazzle in the dusk,
So I'll drag the anchor up,
And rest assured, 'cause dreams don't turn to dust!

When tiger eyes begin making you blush!
When diamonds boast that they can't be crushed,
Let 'em go 'cause dreams don't turn to dust!

This picnic will soon depart,
Real life, I'm sad to see you go,
I'll miss you with all my heart,
But I'd rather be alone.

'Cause I couldn't live without,
The sunsets that dazzle in the dusk,
So I'll drag the anchor up,
And rest assured, 'cause dreams don't turn to dust!
Dreams don't turn to dust!
Dreams don't turn to dust!
Rest assured, 'cause dreams don't turn to dust.

( From: http://www.elyrics.net/read/o/owl-city-lyrics/dreams-don_t-turn-to-dust-lyrics.html )


Selasa, 24 Januari 2012

#mozaik 2011

judul postingan diatas adalah hastag atau tagar (tanda pagar) yang saya gunakan dalam akun twitter (@aria_sky) untuk sekedar kilas balik apa saja yang telah saya lakukan, satu tahun yang lalu, di 2011. Ternyata untuk menemukan hastag tersebut saya membutuhkan waktu lamaa dengan manual. Karena dalam waktu 20 hari terakhir ini saya telah melakukan aktivitas tweeting hingga 1000 tweets. hoho. Jumlah yang gak sedikit. Maka dari itu, saya gak bisa cari dengan manual melalui web. Saya googling dengan kata bantu : " mencari tweet lama dan ketemu web ini : http://snapbird.org/

berikut skrinsut saya dengan kata pencarian #mozaik 2011 dalam snapbird


snapsut dengan snapbird untuk #mozaik 2011 :)

bagi sobat muda, yang pengen tau apa aja yang saya tweet dengan senang hati saya posting dimari. cekidot ya.. (sori ya, batja nya dari bawah ya..)



Ternyata sodara2, tweetnya kepotong.. huhu...padahal ada banyak kisah tuh di Januari- April 2011. 
Mending #konser aja ahh..