Jumat, 11 Mei 2012

Ziarah Alm Joni Hermawan


Nur Hidayat bersama Ayah Almarhum Joni

Tulisan ini adalah perjalanan saya dan beberapa rekan-rekan TIN43 ke Serang, Banten. Dalam rangka untuk berziarah salah satu rekan kami (Alm) Joni Hermawan, wafat 2008 lalu. Ahad (11/3/2012), Sehari setelah menghadiri walimatul ursy Arief dan Yulia (Njul) di kawasan Bekasi semalamnya. Personel yang ikut serta : Ahmad D.Muthi (pencentus idea dan penyedia sarana/ mobil), Ari ( Juragan Callina sekaligus bendahara perjalanan), Ahmad Faisal (penunjuk jalan) sisanya adalah regu penggembira : Nur hidayat, Nurul Fitriyanty, Dian Fajarika, dan Saya.

Kami berangkat dari kediaman Muthi di kawasan Jati Bening, Bekasi. Sudah diduga akan ngaret dari jam 6 perjalanan di rencanakan. Karena memang saat itu kami kelelahan karena kegembiraan di WU arief-yulia, hingga pukul 1 Malam kami masih asyik berbicara ini-itu. Maklum, kawan lama yang ketemu lagi, setelah mengecap Alumnie. He.. Setelah berbenah diri, mobil meluncur ke kediaman Nurul di kawasan Kp. Cerewed, Bekasi (nama tempatnya menggambarkan orangnya :). Disana, ada personel yang tidak jadi ikut serta sdr Budi dan Norma sekaligus berganti mobil  jadi Kuda (jangan bayangin kuda sungguhan, berasa ke jaman Majapahit dong, tapi masih jenis mobil keluaran Mitsubishi). Setelah ritual sarapan pagi dan menyeruput teh hangat yang disajikam tuan rumah cerewed. Kami diijinkan berangkat sekitar pukul setengah delapan. Sejurus kemudian, sang Kuda berangkat, kami harus melewati kawasan UKI Cawang untuk menjemput personel lain yang turut serta : Nur Hidayat. Dan perjalananpun dimulai.

Melewati ruas utama ibukota, menikmati hari tanpa macet itu adalah anugerah, terang salah satu personel yang saban hari setengah enam sudah harus berdiri berjejal di bus kota. Personel lain yang tidak merasakan hal itu, merasa bersyukur. He. Lalu cerita-cerita mengalir, tentu dengan celoteh celoteh gak karuan dari masing-masing personel dengan kekhasannya. Masuk dalam ruas tol Jakarta-Merak. Bekal camilan dari Dina dan Yulia (sang pengantin baru) ikut menemani, krauk-krauk. Hingga dua jam kemudian, sekitar pukul sembilan, memasuki pintu tol Serang Timur dan menyusur jalan mencari lokasi yang disebutkan (Faisal yang ingat nama jalan menuju rumah alm Joni tersebut). Pepatah bijak menyebutkan : Malu bertanya sesak di Jalan. Maka, kami bertanyalah kepada mereka yang beruntung untuk kami tanya. Nur hidayat yang menjadi algojo untuk bertanya. Sambil menyebutkan nama lokasi. Sang Mamang-mamang memberitahu jawaban absurd yang akan membuat kami tetap fokus dengan pelajaran matematika dasar. "Gak jauh kok, tiga pom bensin dari sini deket Alfamart" Maka, mulailah kami berhitung. Satu..Dua..Tiga.. dan mencari-cari tanda-tanda Alfamart disekitarnya. Mengandalkan juga ingatan yang terbatas saat saya, muthi, dan faisal dulu pernah juga menjenguk ke Almarhum saat masa sakitnya. Itu hampir 4 tahun yang lalu.

Dan, nama tempat yang dituju sampai juga dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan mamang-mamang sang penjawab tadi. Ingatan pun kembali hadir, karena memang seingat saya tidak jauh dari pabrikan penyedia pakan ternak terbesar di negeri ini, asal Thailand itu. Kembali menyusur jalan desa yang kami bersepakat Jasa Pencucian Steam Motor akan sangat laku di desa itu. Dan kami pun berpikir jika hujan dan malam tiba, lebih baik tidak usah kemana-kemana, kecuali itu adalah kegiatan yang perlu dan mendesak. Tidak berapa lama, komunikasi via sms Faisal dengan adik almarhum memberikan isyarat rumahnya tidak jauh dari pasar desa. Sejurus kemudian tiba jua di rumah kediaman Orang tua Almarhum. Berupa bangunan Rumah Toko (Toko klontong di depannya). Sang Adik sudah mengetahui kehadiran kita, karena mobil yang melaju kejauhan parkir dan harus putar balik.

Ziarah Makam Almarhum 


Sesampainya, kami keluarkan beberapa "bawaan" kami. Pepaya Super Calllina dua keranjang dan beberpa penganan ringan titipan dari Sang Pengantin Baru (Yulia-Arif).Kami disambut hangat oleh orangtua Almarhum. Tikar sudah disiapkan sebelumnya di ruang tengah. Mengalirlah dialog- dialog hangat kami dan sang pemilik rumah. Ibu Alharhum menanyakan Praja, kawan kami yang secara intens berkomunikasi dengan keluarga almarhum termasuk sesaat sebelum kami berangkat. Karena alasan tugas pekerjaan, kami katakan Praja tidak dapat ikut serta. Kemudian, berdatangan beberapa tetangga atau mungkin juga saudara dari orangtua almarhum. Setelah berbasa basi, kami ketahui Ia adalah guru ngaji Almarhum. Kemudian kami mulai mengenang riwayat Almarhum hingga pada tahun ke empat ini. kami semapatkan untuk berkunjung kembali. Saya pribadi, pertama kalinya datang, pada saat berita wafatnya tidak dapat hadir dalam pemakamannya. Tidak lama, kami utarakan, melalui sdr Muthi maksud berkunjung untuk juga berziarah ke makam almarhum. Yang menarik disini, sang Ayah berseloroh bahwasanya hingga saat ini (sejak pemakaman hingga hari kami berkunjung) belum bisa melupakan Almarhum, termasuk untuk datang ke Makam yang tak jauh dari kediaman. Kami mafhum hal itu.

Kemudian, kami bergegas jalan kaki dengan diantar kerabat keluarga ke Makam Almarhum. Sekita 200 meer kami berjalan. Tidak tampak area  pemakaman. Hanya saja beberapa nisan dibiarkan teronggok begitu saja. Dengan rumput yang meninggi. Hampir-hampir saja saya tidak menganli bahwa gundukan itu adalah makam. Karena tidak berbeda dengan tanah lapang lainnya, bahkan tidak ada nisan diatasnya sebagai penanda. Kerabat tersebut sudah mempersiapkan membawa cangkul untuk membersihkan seadanya. Kami pun bersimpuh dan ikut hanyut dalam doa doa yang dibacakan. Saya kembali teringat sosok Almarhum yang belum lama jua dikenal, hanya dua semester kebersamaan di kelas saat itu. Kemudian, saya juga teringat dengan catatan-catatan kecilnya, saat berada di kamar kosan saat itu. Ia anak baik, rajin, dan cerdas. Sang orangtua Almarhum pun menuturkan hal yang sama. Tetapi jika Allah sudah berkehendak maka tak ada makhuk satupun yang mampu. Selesai membacakan doa-doa untuk Almarhum. Kami kembali berjalan ke kediaman. Saat jalan itu, kami sudah berbincang akan langsung pulang agar tidak terlalu sore sampai Jakarta/ Bogor.

Pantang pulang sebelum kenyang :) 

Rencana itu harus kami batalkan karena Orangtua Alm sudah mempersiapkan menu makan siang diatas tikar di ruang tengah tadi. Nasi, Sayur Sop, Ayam goreng, serta buah penggoda selera Pepaya Callina dan Duku. Tidak tanggung tanggung dua tangkup nasi porsi besar disediakan. Kamipun diminta untuk menghabiskan lauk yang masih ada. Saya pribadi sudah kesulitan untuk berdiri jika harus mengikuti pesan dari Orangtua Almarhum tersebut. Sebagai gantinya Pepaya, Jeruk, dan Duku jadi target penutup.

Selepas Sholat Djama Dzuhur dan Ashar kami berpamitan. Waktu menunjuk jam 14.30 sore. Kemudian kami berfoto bersama (ada di Kamera Faisal hasil jepretan ini). Dan amplop kecil yang sudah kami siapkan, titipan dari kawan-kawan yang tidak turut serta kami berikan ke Adik Almarhum yang sedang berkuliah semester dua di Balaraja sana. Demikian catatan perjalanan saya dan rekan-rekan dalam Ziarah ke Alm. Joni Hermawan. Serang, Banten. Semoga Allah melapangkan Kubur dan dibukakan pintu-pintu maghfirah dan Rahmat Nya. Amin




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc