Sabtu, 28 Agustus 2010

Berkelana dalam pilihan

Judul diatas merupakan salah satu bagian dalam buku karya Salim A. Fillah yang baru saja selesai saya baca. Banyak pelajaran dan hikmah menarik yang saya ambil dari sana. Sesakali tersungging senyum menahan tawa atas kejenakaan polah tingkah Sahabat dan Sahabiyah. Dan tak dinyana pipi saya turut hangat karena lelehan air mata karena haru menahan pilu atas syahid sahabat. Pengorbanan untuk Allah dan rasul Nya. Judul Buku tersebut adalah Jalan Cinta Para Pejuang


Dalam tulisan ini saya ingin meng-share hal yang membuat saya tersungging senyum menahan tawa
berikut saya tuliskan dari buku tersebut :
Alkisah, seorang pemuda dihinggapi perasaan gelisah saat kuliah. Godaan yang mengancam yang agama dan kehormatannya terasa kian keras mendera. Puasa dan aktivitas positif telah dilakukannya. Tetapi kadang justru itu, aktivitas dakwah justru mempertemukannya dengan si jilbab biru yang selalu tertunduk malu. si Jilbab hitam yang elegan, dan anggun, juga si jilbab pink yang lucu, manis, dan cerdas. Hatinya kian gerah. kepada ayahanda dan bunda diungkapkan perasaannya. dikuatkan hatinya untuk berkata : " Pak..bu, boleh gak saya nikah sekarang?"

tentu saja ada empat mata yang terbelalak di ruang tengah selepas isya hari itu
" nikah....nikah....? ngomong opo kamu, gundhul-mu"
kepalanya menunduk.
"Mbok ya sadar nak.." kali ini suara yang terdengar lebih lembut, sang ibu kembali menambahkan " Ibu tidak pernah melarang aktivitas mu...opo iku?"
"da'wah bu.."
"iya da..wah! yo jangan aneh-aneh. Nikah saat kuliah, emangnya anak-istrimu mau kamu kasih makan apa? Sudah dipikirkan sana dulu. Jangan ngomong nikah dulu. Sebelum kamu lulus ya!"

"tapi, banyak godaan bu, Nggak kuat!"
"Puasa..puasa..!katanya belajar agama, gitu aja gak ngerti" sang ayah menambahkan
wajah pemuda itupun terdiam tergugu. sendiri. Matanya berkaca-kaca. Hatinya pecah-belah.

beberapa waktu berlalu, hingga tibalah esok adalah hari wisuda yang dinanti-nanti. Maka malam ini adalah saatnya bicara, begitu sang pemuda bergumam "Pak..ehem, saya sudah sudah lulus...tentang pernikahan?"

"eh..lulus itu artinya kamu pengangguran baru lho.." sang ayah beringsut masuk kamar dan tak berkata-kata lagi. Harapan yang berkecambah kini telah tersiram air panas.
Waktu berganti. Dan kini pekerjaan pun sudah dalam genggaman.
"pak..bu...Emm,...saya sudah kerja sekarang"

" kerja apa kamu, serabutan gitu! gak nyambung degan kuliahmu! H-h, gini dengarkan bapakmuabaik-baik! kamu kerja dulu yang mapan. Baru kita bicarakan pernikahan"

pucuk harapan kembali pupus, hangus terbakar.
Tetapi Allah Maha Kuasa, beberapa waktu berjalan. Pekerjaan di Instansi bergengsi pun didapat. Dengan berseri-seri wajah pemuda itu menghadap Ayahanda " Bapak, saya sudah bekerja seperti harapan bapak."
"lha..kamu ke kantor saja masih pake motor yang Bapak belikan. Ngomongin nikahnya nanti saja, kalau kamu sudah punya mobil..."

beberapa waktu kemudian.
"Pak, bu'e... saya sudah punya mobil. Alhamdulillah pendapatan kerja juga sudah lumayan.."
"Tapi nanti kamu mau tinggal dimana nak?" sang ibu menambahkan " Masa kamu mau ajak istri dan anakmu nanti di rumah ini. Coba ya, kamu usahakan punya rumah dulu?!" luluh juga hati karena perkataan ibunda tersayang. Ia menyerah lagi.

hingga suatu hari.
"Bapak..ibu...saya sudah mendapatkan pekerjaan tetap, mobil, dan rumahnya alhamdulillah sudah jadi! jadi, kapan saya dinikahkan??"
Bapak dan ibunya saling berpandangan. Dan mereka menangis...
" Aduh Nak..Usiamu sudah 55 tahun. Siapa.. yang mau??"




(Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah, Hlm. 122-124)

2 komentar:

  1. hahaha...
    beneran ketawa2 pas baca ujungnya
    Pengarangnya keren, mengkritik secara menggelitik :)

    BalasHapus
  2. makasih untuk kunjugan blognya..

    BalasHapus

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc