Selasa, 10 Januari 2012

Wonocolo gang modim

31 desember 2011, setahun yg lalu :-P saya resmi pindah kosan dari pengungsian di Rungkut Asri Utara. Lebih tepatnya menempati rumah kawan, M.Rifan, yg katanya sudah dua tahun dibangun tapi belum ditempati. Kata ayahya bangunan itu untuk mba nya ( sudah menikah).

Di depan rumah ini terhampar halaman luas, yang rencana kedepannya akan dibuat bangunan, kata ayah rifan. Bangunan depan dan menyatu dengan bangunan yg ada saat ini. Pantas saja sudah teronggok batu batu gunung khas untuk pondasi dan coran didekat pagar masuk. Juga ada genting genting merah yg tersusun menumpuk, dibiarkan kehujanan tanpa terpal.

Memang rada unik sih bangunan yg saya tempati sebagai tempat berbaring dan menggalau *eh. Pasalnya begitu masuk. Didepan, dua kamar mandi/WC berlokasi bersebelahan, sukuran 3x2m. Berbentuk letter dari luar. Dua didepan berupa WC tadi dan tiga disisi lain adalah kamar-kamar berukuran 3x3m. Dan kamar yang saya tempati berada di ujung paling kiri dari bangunan ini.

Sebenarnya ada slot kecil berupa meja beton yg dipasang letter L di siku antara kamar mandi dan kamar ujung kanan yang bisa dipakai untuk dapur. Untuk meletakkan kompor dan rupa perlengkapan dapur lainnya. Tapi untuk saat ini dibiarkan kosong saja. Selain saya biasa untuk menaroh satu mangkuk, dua piring, dua sendok, satu garpu, dan gelas--perlengkapan awal yg saya punya untuk saat ini. Hihi

Begitu kali pertama menjejak dengan dua ransel dan satu travelling bag. Kamar yg akan saya tempati sudah ada lampu, gorden merah jambu (saya ulangi, merah jambu :-*) menggantung hingga menutup lubang angin atas tapi tanpa 'kawat nyamuk', sebuah tempat tidur + kasurnya dengan ukuran 2x2 ( yg ternyata disusun dari dua kasur kapok 2x1m). Semua tampak sudah siap. Tapi lantaran, tidak dipakai, lazim adanya debu-debu yg menempel di lantai dan sarang laba2 di langit2 juga nyamuk2 dikolong2nya.

Sekitar dua jam beberes. Nyapu, ngepel, menjemur kasur dan bantal2, merendam seprei2nya, membilas lantai dan bak kamar mandinya. Siang yang cerah [dan panas khas surabaya]. Suguhan siang itu soto suroboyo khas buatan ibunya rifan pas banget.

Satu dari tiga itu nantinya akan dibuat ruang kerja tim. Lanjut rifan. Sambil menunjuk ruang kosong di ujung sebelah kanan dekat dapur itu. Rencananya akan ada meja komputer dan kursi-kursi [mungkin jg karpet]. Oleh karenanya kamar kosong itu saya biarkan kosong tidak dipakai. Ruang disebelahnya yang juga ruang tengah bangunan ini. Saya hamparkan sajadah untuk sholat [ untk solat sunah dan klo gak keburu berjamaah dimasjid. He]

Sore, 31 desember 2011. Hujan sedemikian lebatnya. Yang konon katanya malam di hari itu akan jadi malam pergantian tahun dan sudah ramai berita dimana2 di kota2 lain. Ancaman hujan terhadap pesta2 kembang api yg direncanakan itu. Dan, hujan masih sedemikian derasnya hingga magrib menjelang. Saya sih masih asyik aja bercericit, berbagi kegalauan di twitter. Hingga.. Saya dapati halaman depan kamar yang beraneka rupa rumput teki dan lalang ini menjadi kubangan sedalam mata kaki. Dan diluar sana, anak anak sudah hingar berteriak yang saya lihat dari kejauhan di kamar. Rupanya mereka asyik berjalan jalan di jalanan gang yang mendadak jadi kolam seukuran betis orang dewasa atau 25-30 cm. Dan lagi, dua rumah sebelah kosan saya airnya masuk kedalam rumah. Malang sekali mereka. Saya keluar rumah untk sholat maghrib berjamaah. "ini banjir yg pertama selama saya tinggal disini" begitu seluroh ibunda rifan. Saat kami makan malam, yang lauknya masih soto surabaya khas.

Wow! Untuk kali pertamanya saya datang kesini dan banjir *ngayal klenik. Tapi saya gak bawa apa2 kesini. Yaiyalah secara, keluarga rifan sudah belasan tahun disini. Dan ini terjadi di akhir 2011 jelang 2012. *kemudian hening

Jarak kosan saya (baca: rumahnya rifan yg pinjamkan ke saya) dan.rumah rifan terpaut empat rumah. Yang katanya rumah-rumah diantara masih ada hubungan alias sodaraan. Tepat didepan kosan terdapat semacam pengepul barang bekas rongkosan. Mulai dari plastik, kertas, ban dalem sampe sepeda bekas/besi tua. Campur2 disana. Yang pada banjir lalu itu, khawatir kalo-kalo sampah2 besi tuanya. Menciderai pejalan kaki atau motor yg dipaksa menerabas. Dipaksa karena boleh jadi muda-mudi saat itu ingin merayakan mlm tahun baru yg juga satnight. Kemudian jarak kosan ke masjid terdekat hanya berselisih 12 rumah. Tapi saya sering terlambat sholat disini. Lantaran biasa di kampus, ipb, atau di rumah, tigaraksa, bada adzan ada selisih 15 menit sebelum iqomat. *ngeles hehe.

Nama jalan ini gang modim. Entah apa artinya. Kalau di djakarta doeloe say pernah tinggal ada namanya gang haji sanip, haji ali, sampe haji mansyur. Lantaran mereka-mereka tuan tanah disana waktu sekaligus tokoh. Di gang ini juga ada pesantren mahasisma. Semacam al inayah dan al iffah di ipb yg masyhur itu. Santri/wati nya adalah juga mahasiswa IAIN surabaya [masih IAIN bukan UIN]. Sehingga penampilannya pun, untuk akhwat, berkerudung sedada dan banyak juga yang bergamis, amat sedikit disini yang memakai jeans pencil dan maaf u can see jilbabnya. Maka dari itu, mereka tampak manis dan *plokk udah keburu digampar gw. He. *Sabar2, sebentar lagi ada yg lebih manis kok, gula jawa. *opoo
_____
Inilah sekilas info. Ngisi waktu sore2 ngegaje di kosan. Sambil mulut tetep ngunyah penganan dari magetan, kue carang mas, ubi jalar yang diiris tipis2 dan dibuat sedemikian rupa dengan gula merah sebagai perekatnya mmbentuk bulatan. He

10 jan 12 / 16.32
Published with Blogger-droid v1.7.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc