Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Desember 2010

belajar dari (teori) mestakung

Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Yohanes Surya, PhD pada saat itu saya berkesempatan untuk berdialog dalam beda buku di IPB 2006. Berbicara soal fenomena alam, kejadian demi kejadian membuka ruang berpikir kita. Bahwa penciptaan ini tidaklah sia-sia. Dan satu hipotesis yang oleh Prof. Yohannes surya kembangkan adalah berasal dari fenomena kejadian sehari-hari yang kemudian dikenal dengan Mestakung.

Apa itu mensatakung? Rupanya sang profesor menyebutnya sebagai akronim dari Semesta Medukung. Seperti laiknya partikel dalam materi di jagad raya ini. Saat kondisi kritis akan menjadikan alam (lingkungan disekitar ikut kritis) dan membatu partikel tersebut untuk menjadi stabil. Satu cerita sederhana adalah Gunawan  tiba-tiba dikejar Anjing, dengan penuh keringat gunawan berlari sekencang mungkin. Dalam kondisi kritis, seluruh sel dalam tubuh bekerja lebih ekstra.  dan anehnya dalam kondisi tersebut Gunawan dapat melompati pagar setinggi satu setengah meter. Hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Salah satu kisah menarik lainnya dari fenomena ini adalah saat Muhammad Ali (saat itu bernama Cassius Clay) dijadwalkan akan bertanding dengan Juara Dunia. Lalua apa yang dilakukannya, ia berlari setiap sore mengetuk ketuk pintu  rumah tetangganya dan berkata “esok aku akan menjadi Juara Dunia!” sebagian besar tetangga menganggapnya sinting atau gila. Namun yang sesungguhnya dilakukan Ali adalah menciptakan kondisi kritis pada dirinya dan lingkungannya.  Ali berlatih keras bahkan sangat keras Sehigga jika hal yang dilakukannya tidak tercapai orang akan benar-benar mencapnya Omdo (omong doang) dan gila. Saat pertandingan baru berlangsung ronde tujuh. Sang Juara Dunia tersebut menyerah karena merasa kesakitan dibahu kanannya, akibat cedera saat latihan.

Lalu apa yang menarik dari Mestakung? Tahukah bahwa kita. Dalam beberapa keadaan kritis membuat semua sel, hormon bereaksi lebih ekstra untuk bekerja dan menciptakan energi yang luar biasa. Begitulah paparan lanjut dari prof. Yohanes Surya.  Sesungguhnya dengan mengetahui Mestakung tersebut setiap kita dapat menjadi pribadi yang luar biasa. Dalam novel Negeri 5 Menera terdapat hal yang membantu dalam motivasi kita. Sesungguhnya orang sukses tersebut tidaklah berbeda dari yang lain. Sedikit saja berbuat lebih dari yang lain. Seorang perenang dapat menjadi juara dalam suatu kompetisi renang. Karena ia melakukan sedikit saja lebih cepat dari lainnya. Sekali lagi sedikit saja seorang pembalap formula satu menjadi pemenang dalam arena sirkuit hanya terpaut sepersekian detik dari pembalap lainnya. Hanya sedikit saja lebih baik, lebih cepat, lebih tepat dari lainnya. Hal inilah yang dimaksud dengan going for extra mile! Dan hasil yang didapat sungguh luar biasa!

 Terinspirasi dari buku mestakung ;strategi sukses tim olimpiade fisika Indonesia

Selasa, 05 Oktober 2010

Madu dan Racun (Dunia)

Hari ahad kemaren, sebelum pulang dari walimahan kaka dan kawanku (Dua bulan: Januar - Mei)  di Tangerang. di bawah meja belajar kak janu ternyata tersusun rapi buku-buku bacaan. Sembari menunggu mengurangi "kegabutan" saat itu. mulai deh jari-jari ini beraksi, cari-cari, sana-sini, dan ...

kepincut dengan buku ini.
Judulnya : Cewek bikin kamu makin girly!
penulis    : Syifa D. Gumaisha
penerbit  : Dar Mizan.
terbit      : 2006

Dari nama penulis sama penerbit nya sebenernya udah ngegambarin gimana buku itu dan tujuanpenulisannya. Tidak lain dan tidak bukan untuk Dakwah (beuh....). eniwei, segini dulu aja prolog tentang buku itu.
sesuai dengan judul postingan saya kali ini.
tapi gada hubungannya dengan lagu jadul yang diaransmen oleh J-rock. hehe.


lalu hubungannya apa dong?
jadi begini merujuk pada buku itu lagi. (tulisan ini juga adalah ulasan dari buku itu ding. dengan beberapa tambahan dikit). Buku yang ditulis syifa itu bergenre panduan remaja begitu dituliskan besar-besar di halaman awal. jadi isinya ringan (bisa dibilang intinya sebenernya jauh lebih sedikit dari pengantar yang disajikan dalam obrolan penulis-pembaca).
buku itu bertutur tentang cewek a.k.a perempuan alias  wanita. (sekali niat awal saya baca juga buat iseng2 mengisi waktu kelewaat luang). Mulai dari sejaraah panjang wanita yang jaman arab jahiliyah, persia, romawi, hamurabi, hingga era modern sekarang ini. Tapi yang paling aku suka adalah di bagian akhir dari buku ini dalam bab. Keistimewaan wanita. (udah mulai sedikit alay niy,hihi)

Salah satu keisimewaan wanita adalah sebagai Madu (dunia)


"kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan" ( QS. Annahl [16]:69)


Rasanya tak perlu berpanjang kata untuk menjelaskan madu dan peranananya. yang ingin saya sampaikan ada dalam dua kata: pemanis dan sebagai pengobat. Syifa menuliskan kalo wanita itu bisa seperti madu. Sebagai pemanis dan pengobat. Dalam sejarah baginda Nabi saw pun. Sesaat beliaun menerima wahyu pertama di gua hira dan kali pertama bertemu ujud jibril dalam bentangan malam. menggigillah beliau. hingga rasul berujat "Selimutilah aku!" dan Allah pun mengabadikannya dalam surah Al-Mudatsir. Sosok khadijah ra-lah sebagai pengobat atas kegalauan ini. Seorang istri rasulullah.

sebagai sosok pemanis. rasa-rasanya cukup digambarkan dengan gambar ini,




(bersambung)
sebenernya jatah nge-net gw dah abis...hii

Jumat, 17 September 2010

Idealisme Drucker tentang kepemimpinan

kepemimpinan tidak bisa diciptakan atau dipromosikan. Juga tidak bisa diajarkan atau dipelajari. Manajemen tidak bisa menciptakan pemimpin. Manajemen hanya menciptakan kondisi yang memungkinkan kualitas kepemimpinan yang potensial menjadi efektif, atau sebaliknya, menghalangi potensi kepemimpinan”



 Dengan kata lain, pemimpin besar dilahirkan, bukan diciptakan. Drucker merasa pemimpin alami itu sangat jarang. Ia menulis argumentasinya dalam dua buku pertamanya pada tahun 1946 dan 1954. Namun setengah abad kemudian, pandangannya melunak. Kebesaran tidak bisa dipelajari, tapi manajemen bisa diajarkan.

Untuk menjadi pemimpin yang efektif, seseorang harus memiliki hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin. Seperti yang dinyatakan Drucker sebelumnya, “kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal yang benar”. Para pemimpin yang paling efektif, mereka yang mendapat nilai tertinggi dari Drucker, memiliki karakteristik dan kecenderungan berikut :

Pertama karakter, kemudian keberanian:
Menurut penulis buku Good to Great, Jim Collins, Drucker adalah seorang yang “menyatu dengan kemanusiaan...menyatu kasih sayang yang sungguh dalam terhadap individu”. Sejak awal Drucker mengakui bahwa karakter bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari atau diperoleh, karena seorang pemimpin, jika melanggat integritasnya, berarti sekali lancung di ujian, seumur hidup tidak bisa dipercaya. “Akhirnya, visi dan tanggung jawab morallah yang mendefinisikan seorang manajer,”

Menciptakan misi yang jelas :
Para pemimpin efektif melukis gambar yang jelas mengenai hal-hal yang perlu dituntaskan: “fondasi kepemimpinan efektif adalah berpikir melalui misi organisasi, mendefinisikannya, dan membuatnya mapan, secara jelas dan lugas,” Pemimpin menetapkan tujuan, menetapkan prioritas, dan menetapkan serta memelihara standar. Namun, sebelum menerima kompromi, pemimpin efektif harus berpikir apa yang benar dan apa yang diinginkan. Tujuan pemimpin adalah meniup terompet yang menyuarakan bunyi yang sangat jelas.

Menanamkan loyalitas
Drucker menegaskan bahwa manajer paling efektif menginspirasi loyalitas di seluruh jajarannya. Meskipun demikian, loyalitas tak bisa dibeli. Seseorang harus mendapatkannya dengan berusaha. Manajer yang menginspirasi loyalitas meningkatkan moral anak buahnya, yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja.

Berfokus pada kekuatan:
Para pemimpin berfokus pada kekuatan: kekuatan mereka sendiri, kekuatasn orang lain, dan kekuatan organisasi. Salah satu kunci manajemen efektif adalah membuat “kekuatan menjadi efektif dan kelemahannya menjadi tidak relevan”.
Sebagai contoh, Drucker menunjuk dua presiden Amerika Serikat : “dalam memilih anggota kabinetnya, baik Roosevelt maupun Truman mengatakan untuk jangan memdulikan kelemahan pribadi. Pertama, beritahu saya apa yang masing-masing dari mereka lakukan.”

Tidak takut pada anak buah yang kuat:
Pemimpin idaman Drucker tahu bahwa ia bertanggungjawab terhadap kesehatan dan kelangsungan organisasi. Oleh karena itu, tegas Drucker, ia tidak takut pada kekuatan yang dimiliki teman atau bawahan.  Pemimpin efektif menginginkan rekan-rekan yang kuat. Karena manajer bertanggungjawab atas kesalahan yang dibuat rekan dan bawahannya, ia juga melihat kemenangan rekan dan anak buahnya sebagai kemenangannya dan tidak menganggapnya sebagai ancaman.

Meraih loyalitas melalui konsistensi :
Ketika seseorang kehilangan kepercayaan, ia kehilangan pengikutnya sehingga membuat kepemimpinan efektif menjadi mustahil. Mempercaiyai pemimpin bukan berarti menyukainya, bukan pula setuju dengannya. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sang pemimpin bersungguh-sungguh pada apa yang dikatakannya. Tindakan seorang pemimpin dan kepercayaan yang dianutnya harus sejajar, atau setidaknya sesuai

Mengembangkan pemimpin masa depan:
Kesalahan terbesar bagi seorang pemimpin adalah runtuhnya perusahaan yang dipimpinnya begitu ia wafat atau meninggalkan perusahaan itu, seperti yang terjadi di Rusia ketika  Stalin meninggal dunia dan seperti yang banyak terjadi di banyak perusahaan. Pemimpin efektif tahu ujian terakhir kepemimpinan adalah menciptakan energi insani dan visi insani. Demikian syarat terakhir untuk menjadi pemimpin efektif yang ditulis Drucker.

Dikutip seperlunya dari:
Inside Drucker’s brain. Jeffrey A. Krames. Hlm. 109-114

Cinta : Fahri hingga Ayyas

Awalnya saya mengira ini akan sama saja dengan tema yang ditawarkan dari karya sebelumnya. Dengan Judul yang mirip dan lagi-lagi soal cinta. Ternyata tidak juga. Ketika membuka halawan awal, saya langusng disuguhkan dengan prolog yang kuat. Dua karya sebelumnya kembali digambarkan dengan gamblangnya. Mengajak pembaca yang telah tergila-gila dengan cinta semakin setia menantikan karya berikut dan berikutnya. Benar saja. Sosok yang ditampilkan memang berbeda. Bukan sekedar romatika picisan. Dan sepertinya saya pun telah jatuh cinta.


Adalah kang abik, begitu sapaan akrabnya. Dua Karya besarnya sebelumnya telah selesai saya baca: Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Berasbih 1&2. Pun, film yang disadur dari novel tersebut telah saya nikmati. Maka tidak salah, jika genre novel pembangun jiwa melekat dalam karyanya. Kembali dalam prolog yang disampaikan dalam karya yang baru saja saya nikmati watak, alur, dan romantika yang dijalinnya. Bumi cinta, benar-benar berbeda. Sosok Ayyas berbeda dengan Fahri berbeda juga dengan Azzam. Setting tempat pun berbeda, tidak lagi mesir dan timur tengah. Tetapi Rusia dan Eropa.  Begitu yang disampaikan oleh seorang adikarya yang dimiliki bangsa ini.

Rupanya kang abik benar-benar mengelola novelnya sebagai wajihah atau sarana dakwah islamiyah. Akan saya kutip tulisan dalam catatan awalnya :
 “Selama ini, novel-novel yang  saya tulis, sesunggunya merupakan hasil tadabbur saya terhadap ayat-ayat suci Allah dalam Al Quraanul Kariim.
Sehingga Al-Quran bisa benar-benar hidup dan, menjadi pedoman hidup yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
 Ya, benar saya ingin menjadikan tokoh utama dalam novel-novel saya sebagai ‘Al-Quran berjalan’ ataun ‘ Al-Quran hidup “.

Subhanallah, saya baru tahu bahwa Al Quran sebagai mujizat terbesar dari Rasul pilihan menjadi nafas dari sang ustadz melalui kata-kata yang terangkai menjadi penyejuk, semangat, dan inspirasi dalam setiap karyanya.

Fahri terlahir dari tadabur surat  Az-zukhruf [43] : 67 “teman-teman akrab (yang berkasih-kasihan) pada hari itu sebagiaanya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”
 demikian dengan Azzam juga merupakan tadabur atas firman Allah dalam QS. At taubah [9] : 105 “ ..dan katakanlah, ‘bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu”

Seolah tokoh tersebut hidup dan hadir ditengah-tengah kita. Meskipun kerinduan ini belum terjawab. Masih adakah tokoh fahri, azzam, atau Ayyas itu hadir dalam ruang hidup kita? Sosok penghafal quran, ahli hadist, Fikih, Ibadah, Cerdik cendikia, Sederhana, Indah perangainya, Menjaga Kehomatan,  dan Rupawan. Sedemikian rupa tokoh-tokoh Cinta itu lahir untuk mengisi ruang Rindu kita. Pada sosok Agung, Kekasih Allah swt.

Tentu saya tidak akan menyandingkan Rasul dengan Fahri. Tetapi keteladanan itu bisa didapatkan dari siapa saja. Fahri tetaplah fahri. Cintanya menjadikan Maria yang tergila-gila, meskipun akidah mereka (pada awalnya) berbeda. Dan meskipun banyak juga yang kecewa terutama—afwan—dari akhwat yang saya tanya pendapatnya tentang ending dari Ayat-ayat Cinta. Kenapa sih harus ada poligami (?).  Meskipun sosok Aisha disana dituliskan sudah ikhlas bahkan meminta fahri untuk menikahi (juga) Maria.

Lain fahri lain Azzam. Serupa tapi tak sama. Dengan Setting timur tengah, lulusan ternama universitas di Mesir. Dengan lika-liku kehidupan. Jatuh Cinta dan Menikah. Tentu tidak sesederhana itu. Tokoh Fahri dihadapkan dengan benturan budaya Mesir dalam menghadapi tuntutan hukum atas fitnah yang menimpa dirinya. Disaat kebahagiaannya telah memper-istri Aisha yang tak dinyana adalah seorang wanita kaya raya. Sementara tokoh Azzam yang harus mengambil tanggunjawab, menggantikan ayahnya  yang telah wafat  menjadikannya memilih bekerja sambil  kuliah di Al-Azhar agar tidak putus di tengah jalan. Dan untuk membiayai adik-adiknya di tanah air. Meskipun harus dibayar mahal dengan usia kuliahnya yang lebih lama. 

Demikan cinta seharusnya bertasbih dengan pengorbanan, kerja keras, mengelola tantangan menjadi peluang
Fahri dan Azzam adalah bentuk cinta terhadap Allah atas fitrahnya sebagai manusia. Cinta yang berlandaskan Iman dan takwa. Semangat hidup yang menyala-nyala untuk meneladani Rasulullah saw. Demikian kang abik bercerita mengupas novel yang telah sukses terlebih dahulu. Bahkan  sukes juga di film layar lebar.

Cinta Ayyas
Dan kemudian Ayyas merupakan pemikran mendalam atas QS. Al Anfal [8] : 45-47 
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”

Tokoh ayyas yang digambarkan dalam novel Bumi cinta merupakan sosok yang tidak mengharapkan pujian dan mengudang rasa kasihan. Benar saja kang abik bersuara. Tidak ada kejadian didalam novel setebal 546  halaman yang menelikung tiba-tiba. Alur nya tertata dalam konflik yang terjaga. Seperti yang saya tulis di awal. Cinta Ayyas berbeda. Lagi-lagi serupa tapi tak sama.

Sama seperti fahri dan Azzam. Ayyas pun lulusan pesantren yang mendapatkan beasiswa hingga dapat terbang mengenyam pendidikan di timur tengah. Kefasihan dalam berbahasa Arab membuatnya diterima di universitas Medinah, Arab saudi. Tetapi latar medinah sama sekali tidak hadir. Dan inilah yang membuat saya berdecak kagum. Jikalau kang abik piawai dalam bercerita mesir dan timur tengah. Itu karena sang ustad pernah merasakan kehidupan disana. Sebagai lulusan Al-Azhar kairo, Mesir. Tetapi Ayyas di tampilkan di kota Moskwa, Rusia. Dengan suhu esktrem yang mencapi minus tiga puluh derajat di puncak musim dinginnya. Sampai-sampai bagian tubuh yang tidak tertutupi pakaian khusus musim dingin dapat membeku, akibatnya fatal. ‘Amputasi atau kau akan kehilangan seluruh tubuhmu’. Terang saja saya bergidik membayangkannya. Lho wong, menerabas gunung Gede-Pangrango saja yang suhu udaranya mungkin sepuluh sampai lima belas derajat. Sudah menggigil dibuatnya.

Ayyas datang ke moskwa, ibukota rusia menjadi visiting fellow dalam rangka  menyelesaikan tesis magisternya: Sejarah Islam modern di masa Stalin dan Lenin. Konflik batin langsung terjalin di  bab-bab awal dimana Ayyas harus mati-matian membela keimanannya di negeri yang paling merdeka dalalm urusan syahwat. Bahkan budaya free sex merupakan bagian dari keseharian muda-mudi Moskwa dan Rusia.  Empat tokoh utama yang ditampilkan menjadi bersanding peran dengan Ayyas memiliki porsi tersendiri dan menarik hingga akhir cerita. Devid, Yelena, Linor, dan Dr. Anastasia Palazzo

Bagi yang sudah  membacanya. Mungkin punya pertanyaan yang sama seperti saya. Bagaimana ending  tokoh Dr. Anastasia. Dosen pembimbing sekaligus rekan diskusi sekaligus menyimpan perasaan cinta terhadap Ayyas. Diawal saya mengira Dr. Anastasia-lah yang kelak akan menjadi pilihan hati Ayyas yang masih lajang untuk dijadikan istri-nya. Ternyata Linor, meskipun di akhirnya hal tersebut tidak benar-benar terjalin seperti Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih. Dan—Ah—lagi-lagi saya terkagum dengan tokoh yang satu ini.

Dabro pozhalovath v Moskve; kak Dela; Dabro dent; spasiba balshoi; Zhelayu uspekha! Tak perlu kamus Rusia untuk mencari arti kata-kata tersebut. Catatan kaki yang ditulis di halaman bawah kata-kata tersebut berarti : Selamat datang di Moskwa; Apa kabar; selamat siang; terimakasih banyak; semoga sukses. Masih banyak istilah umum lainnya seperti stolovaya untuk kantin atau tempat makan. Palto untuk mantel musim dingin yang sangat tebal. Dan Ukha merupakan sup ikan kegemaran orang Rusia.
Inilah ciri khas yang di bawa Habiburahman El Shirazy. Di Novel Ayat-ayat Cinta pun demikian lebih dari selusin istilah umum untuk percakapan sehari-hari timur tengah dituliskan lengkap dengan catatan kaki terjemah di setiap halamannya. Paling tidak kita diajak untuk ber lingua franca seperti tokoh dan latar yang dihadirkan.

Dan seolah kita juga ikut terbawa kedinginan seperti tokoh yelena yang hampir-hampir mati karena salju ekstrem setelah mendapat perlakuan kekerasan oleh mafia dan dibuang begitu saja di luar. Jangan salah, penggambaran kedinginan disini bukan ditunjukkan dengan kalimat ‘suhu menunjukkan kira-kira sepuluh atau lima belas derajat dibawah nol celcius’ tetapi
 ‘daun telinga kanannya tidak dapat diselematkan. Daun telinganya sudah menjadi es ketika dia kaubawa kemari. Hidungnya hampir mengalami hal yang sama. Kata dokter tatania, terlambat tiga menit saja mengangkat Yelena dari dinginnya Salju. Yelena akan kehilangan daun telinga, hidung, dan jari-jari tangannya, bahkan bisa lengannya. Kalau terlambat lima menit ya nyawanya sudah hilang karena lehernya membeku, pernafasannya putus, jantungnya berhenti berdetak’ (hlm. 190)

Darimana saya dapat menilai alur konflik yang terjaga? Subjektif memang. Tetapi lebih baik dari tokoh fahri yang tiba-tiba mendapat fitnah yang mengantarnya ke bui. Padahal sejenak lalu, puncak kebahagian bersanding menemaninya. Tetapi Ayyas tidak demikian. Sedari awal masuk kota Moskwa sudah dihadang konflik bertemu dengan devid yang mengaku—maaf—sudah tak percaya adanya Tuhan. Linor dan Yelena satu apartemen dengan Ayyas tak ubahnya seperti Zulaikha dalam Kisah Nabi Yusuf As. Hanya iman kepada Allah sang penggenggam jiwa setiap makhluk yang menyelamatkan Yusuf dan (juga) Ayyas.

Tetapi yang menakjubkan menurut saya. Adalah ketika Linor diketahui merupakan salah satu agen Mossad yang tak lain adalah zionis yahudi dengan segala daya upaya menyusun serangkaian konspirasi jahat dunia dengan dalih merupakan ‘kewajiban’ ajaran yang dibawa untuk mengangkat anak Yehwa (sebutan bagi keturunan yahudi) berjaya di atas muka bumi ini. Konspirasi yang dibangun dalam novel ini adalah Aksi pemboman di pusat  kota moskwa dan menuduh dikerjakan oleh gerakan ekstremis Islam.  Dalam hal ini Ayyas, sebagai tokoh Islam utama direncanakan merupakan pelaku teroris tersebut. Tetapi Allah berkehendak lain, alibi seterang matahari dimiliki Ayyas—pada saat yang sama. Ayyas dan Dr. Anastasia live di stasiun televisi.

Setelah Linor terbang ke kiev (Ukraina) untuk menemui sang ibu. Sekaligus ‘cuci tangan’ atas konspirasi yang telah di kerjakan dengan rekan yahudi lainnya. Yang ternyata gagal tersebut. Linor menemukan jati diri yang sebenarnya. Sang ibu meminta Linor untuk menonton film dokumentasi tentang kebiadaban tentara Israel meluluhlantahkan kamp Palestina di Libanon. Gadis kecil yang selamat itu ternyata adalah Linor itu sendiri. hampir-hampir tidak percaya. Seorang agen mossad seperti Linor adalah seorang palestina. Ah bisa saja kang abik membuat tokoh seperti Linor yang akhirnya berganti nama menjadi Sofia Ezzudin, sama seperti pemberian ibu kandungnya. Hingga akhirnya Linor atau sofia menjadi muslimah.

Bicara soal alur cerita memang mengasikan. Tetapi lebih dari itu ada ilmu baru yang baru saya ketahui dari membaca novel tersebut. Tentang Atheisme yang terbagi menjadi Atheime materialisme, atheisme psikologi, atheisme marxisme, atheisme eksistensialisme, dan atheisme neo positivisme. Intinya sama saja, merupakan pemikiran yang menihilkan adanya Tuhan. Penjabaran jenis atheisme tersebut adalah dialog sarapan antara ayyas, linor, dan yelena. Ringan tapi tetap berbobot. (hlm. 329-339)

Bukti Mujizat Al Quran sebagai wahyu Allah yang diturunkan untuk sekalian manusia pun tak luput dan digambarkan apik melalui kisah Dr. Gary Miller, Dr. Murice Bucaille, dan Dr. Keith Moore. Ilmuwan dunia yang akhirnya masuk Islam dengan menyakini kebenaran ilmiah Al- Quran yang baru diketahui melalui ilmu pengetahuan modern sekitar abad ke-19. Padahal Al-quran sudah ada lima belas abad yang lalu. Kisah apik ini tak lain diceritakan ayyas dalam dialog live di stasiun televisi yang di saksikan seluruh rakyat Rusia. (hlm. 432-442).

Kemudian fakta lain yang  turut ditulis adalah kota Moskwa yang masih menyimpan 1001 kisah sejarah dengan bangunan tua yang masih kokoh berdiri tak lekang oleh waktu. Tentang asal kata moskwa, legenda istana bersejarah ‘kremlin’ dengan lapangan merahnya yang sangat terkenal mulai dibangun pada abad ke-12 (hlm. 511-514).

Auto kritik pun tak luput dari perhatian kang abik melalui monolog ayyas seperti berikut ini: ‘Lain rusia lain indonesia. Jika anak indonesia sekarang ini ingin melihat seperti apa kira-kira bentuk istana kesultanan Demak yang legendaris itu, maka keinginannya itu hanya akan menjadi keinginan yang tidak akan tertunaikan. Jangakan melihat bentuk istanya, bahkan bekas pondasi istana nya pun tidak ditemukan’

Demikian rumusan kegunaan Sejarah sebagai edukatif, instruktif, inspiratif, dan rekreatif melalui sastra yang indah membuat kita teragum dan takjub dibuatnya. Namun sayang, saya masih kesulitan untuk membuat peta di kepala saya. Tentang kota moskwa. Selain karena namanya sedikit asing. Penulis tidak membuatkan peta kecil di awal novel ini sebagai penggambaran awal pembaca untuk membantu memproyeksikan latar cerita.

ciamis, 2 Syawal 1431 H

Sabtu, 28 Agustus 2010

Berkelana dalam pilihan

Judul diatas merupakan salah satu bagian dalam buku karya Salim A. Fillah yang baru saja selesai saya baca. Banyak pelajaran dan hikmah menarik yang saya ambil dari sana. Sesakali tersungging senyum menahan tawa atas kejenakaan polah tingkah Sahabat dan Sahabiyah. Dan tak dinyana pipi saya turut hangat karena lelehan air mata karena haru menahan pilu atas syahid sahabat. Pengorbanan untuk Allah dan rasul Nya. Judul Buku tersebut adalah Jalan Cinta Para Pejuang


Dalam tulisan ini saya ingin meng-share hal yang membuat saya tersungging senyum menahan tawa
berikut saya tuliskan dari buku tersebut :
Alkisah, seorang pemuda dihinggapi perasaan gelisah saat kuliah. Godaan yang mengancam yang agama dan kehormatannya terasa kian keras mendera. Puasa dan aktivitas positif telah dilakukannya. Tetapi kadang justru itu, aktivitas dakwah justru mempertemukannya dengan si jilbab biru yang selalu tertunduk malu. si Jilbab hitam yang elegan, dan anggun, juga si jilbab pink yang lucu, manis, dan cerdas. Hatinya kian gerah. kepada ayahanda dan bunda diungkapkan perasaannya. dikuatkan hatinya untuk berkata : " Pak..bu, boleh gak saya nikah sekarang?"

tentu saja ada empat mata yang terbelalak di ruang tengah selepas isya hari itu
" nikah....nikah....? ngomong opo kamu, gundhul-mu"
kepalanya menunduk.
"Mbok ya sadar nak.." kali ini suara yang terdengar lebih lembut, sang ibu kembali menambahkan " Ibu tidak pernah melarang aktivitas mu...opo iku?"
"da'wah bu.."
"iya da..wah! yo jangan aneh-aneh. Nikah saat kuliah, emangnya anak-istrimu mau kamu kasih makan apa? Sudah dipikirkan sana dulu. Jangan ngomong nikah dulu. Sebelum kamu lulus ya!"

"tapi, banyak godaan bu, Nggak kuat!"
"Puasa..puasa..!katanya belajar agama, gitu aja gak ngerti" sang ayah menambahkan
wajah pemuda itupun terdiam tergugu. sendiri. Matanya berkaca-kaca. Hatinya pecah-belah.

beberapa waktu berlalu, hingga tibalah esok adalah hari wisuda yang dinanti-nanti. Maka malam ini adalah saatnya bicara, begitu sang pemuda bergumam "Pak..ehem, saya sudah sudah lulus...tentang pernikahan?"

"eh..lulus itu artinya kamu pengangguran baru lho.." sang ayah beringsut masuk kamar dan tak berkata-kata lagi. Harapan yang berkecambah kini telah tersiram air panas.
Waktu berganti. Dan kini pekerjaan pun sudah dalam genggaman.
"pak..bu...Emm,...saya sudah kerja sekarang"

" kerja apa kamu, serabutan gitu! gak nyambung degan kuliahmu! H-h, gini dengarkan bapakmuabaik-baik! kamu kerja dulu yang mapan. Baru kita bicarakan pernikahan"

pucuk harapan kembali pupus, hangus terbakar.
Tetapi Allah Maha Kuasa, beberapa waktu berjalan. Pekerjaan di Instansi bergengsi pun didapat. Dengan berseri-seri wajah pemuda itu menghadap Ayahanda " Bapak, saya sudah bekerja seperti harapan bapak."
"lha..kamu ke kantor saja masih pake motor yang Bapak belikan. Ngomongin nikahnya nanti saja, kalau kamu sudah punya mobil..."

beberapa waktu kemudian.
"Pak, bu'e... saya sudah punya mobil. Alhamdulillah pendapatan kerja juga sudah lumayan.."
"Tapi nanti kamu mau tinggal dimana nak?" sang ibu menambahkan " Masa kamu mau ajak istri dan anakmu nanti di rumah ini. Coba ya, kamu usahakan punya rumah dulu?!" luluh juga hati karena perkataan ibunda tersayang. Ia menyerah lagi.

hingga suatu hari.
"Bapak..ibu...saya sudah mendapatkan pekerjaan tetap, mobil, dan rumahnya alhamdulillah sudah jadi! jadi, kapan saya dinikahkan??"
Bapak dan ibunya saling berpandangan. Dan mereka menangis...
" Aduh Nak..Usiamu sudah 55 tahun. Siapa.. yang mau??"




(Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A. Fillah, Hlm. 122-124)