Selasa, 20 Desember 2011

tentang aria

Febby Ariawiyana, akrab disapa Aria sejak di bangku kuliah di kampus IPB.  Lelaki kelahiran Jakarta, Februari 23 tahun saat ini bekerja di kemenristek sebagai “tenaga bantu” dalam upaya mensukseskan program Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang menjadi bagian dalam MP3EI (Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) 2011-2025.

Sejak diterima sebagai mahasiswa IPB tahun 2006 melalui jalur SPMB. Ia hijrah dari rumahnya di Tangerang ke Bogor. Meskipun jarak Tangerang-Bogor tidak terlalu jauh, hanya dua jam saja.  Ia sibukkan diri dengan bergabung dalam organisasi kemahasiswaan. Tercatat ia aktif sebagai dewan perwakilan mahasiswa (senat) di awal semester di IPB.  Kemudian bergabung di Himpunan profesi kemahasiswaan Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Menjadi asisten lab pernah dijalaninya pada tahun 2008 dan 2010. Masing-masing bidang ‘Pengantar Bahan Agroindustri’ dan ‘Teknologi minyak, lemak, dan oleokimia’. ia juga tercatat sebagai peserta beasiswa Program Pembinan SDM Strategis (PPSDMS) Nurul-Fikri (2008-2010). Program tersebut membuatnya berkeinginan kuat untuk menjadi salah satu pemimpin di masa mendatang untuk Indonesia lebih baik dan bermartabat. 

Menamatkan pendidikan SMA tahun 2006 di SMAN 1 Serpong. Kini berganti menjadi SMAN 2 Kota  Tangerang Selatan. Perjalanan untuk menempuh sekolah SMA dilaluinya dengan menggunakan moda kereta api setiap hari, setengah enam. Kereta api ini menjadi satu-satunya moda yang mengantarkan ratusan karyawan dan pedagang bersesakan setiap harinya. Jika hari itu kereta terlambat atau dibatalkan. Hampir dapat dipastikan puluhan orang terpaksa kembali kerumah. 

Keluarga adalah bagian penting dari pria yang menyukai kuliner Indonesia apa saja, terutama dari olahan tempe dan sambal kacang ini. Anak pertama dari pasangan Suryana-Widiasih, memiliki tiga orang adik yang masing-masing bersekolahh di SMK kelas 3, SD kelas 6, dan SD kelas 2. Berkeinginan besar untuk mengangkat perekonomian keluarga, salah satunya mendorong adik-adiknya untuk turut juga berprestasi. 

Pengalaman menakjubkan yang pernah di laluinya adalah selama masa training dan internship dari kementrian riset dan teknologi (Kemenristek-RI) di Jerman selama dua bulan. Timbunan Mapple yang menguning, merontok di jalan-jalan di awal oktober. Hingga barisan berjejar pepohon tanpa dedaun di akhir november menjadi saksi elok keindahan Eropa di jalan-jalan yang ia susuri. 

Aria dapat dijumpai di laman weblognya di ariasky-32.blogspot.com atau dapat juga surel melalui cyberfre@gmail.com hobi baru yang membuat ia keranjingan kini adalah twitter. Ikutan bercericit di @aria_sky. (ar)


Selasa, 08 November 2011

Max planck institute : cerita singkat

Pagi kemarin (7/11) saya ngetweet gini.
"heading to max-plank institute #dresden #intertek2011 "
Karena twitter (@aria_sky) terhubung dengan facebook. Maka, tweet tersebut juga masuk jadi status di fb saya (aria wiyana).

Setelah berselang beberapa saat. Saya cek juga akun fb. Dan terdapat beberapa komentar salah satunya dari sdr riska ayu (@rizuka_sarachsi). Yang katanya pengn banget ke sana. Hee (aku doakan kamu juga bisa kesini,someday yaa nak) *berdoamulai

Maka dengan ini saya ingin berbagi.cerita singkat kunjungan kami ( saya dan lima orang sahabat). Dalam rangkaian internship #intertek2011 di #dresden ini.

Johannstadt

Kami bertemu dengan mr. Sven seperti biasanya di technische universität dresden. Kali ini di halte muchsterplatz, tepat didepan kampus. Perfect, begitu turun dari trem 03 yang kami tumpangi dari albertplatz. Kami bertemu dgn mr. Sven dan putar balik naik trem 03 kembali dan turun di halte dekat kardstat (salah satu kompleks-pusat belanja/mall di dresden). Kemudian pindah naik buslinien 062 menuju johannstad. Sekitar 25 menit dari kardstat tadi.

Sesampainya, saya belum menemukan papan nama penunjuk max-planck yang terkenal itu. Tetapi masuk kawasan kawasan kampus Tü dresden faculty medicine (kya kedokteran gitu kyanya). Lalu berjalan mengikuti Mr. Sven berjalan cepat-cepat. Kami yang langkahnya setengah dari langkahnya harus bergerak cepat-cepat-cepat juga.

Ach so! Akhirnya, ini toh rupanya inatitut riset yang terkenal itu. *mata berkaca-kaca

Dinamika MPI-CBG

Max-planck institute yang kami kunjungi pagi tadi adalah atau fokus dibidang biologi molekuler (cell, biology, and genetic; CBG). Begitu membuka pintu (sebenernya ga perlu dibuka sih, karena dengan baik hati, pintunya sudah terbuka). Suasana yang terlihat adalah meja-meja bulat dangan empat bangku di sisinya. Meja dan kursi untuk minum kopi atau hanya sekedae berbincang singkat. Dan memang demikian, maksud dari desain interior bangunan ini, tutur mr. Florian. Mr. Florian frisch namanya, public relation Mpi-Cbg. Diajaknyalah kami duduk di auditorium, mendengar dan bertanya singkat kegiatan mpi-cbg saat ini. Sekitar 20 menit didalam auditorium tersebut. Diajaknya kami turun satu lantai menuju ruang riset. Rupanya adalah ruang riset untuk.pembenihan zebra fish. Disini para researcher yang adalah phD student dan atau post.Doc, lanjut mr. Florian dipilih 40-45 orang/tahunnya dari 1000an aplikasi yang masuk berasal lebih dari 109 negara.

Melakukan upaya untuk mencari data lebih lanjut tentang sains dasar (basic sains) adalah kekhasan max-planc institute. Sekitar 16 mio euro digelontorkan dari pemerintah federal jerman untuk MPI. Sebagai bentuk dukungan besar pemerintah terhadap kegiatan riset/RnD. Jerman
menempati posisi kedua dunia, soal dukungan dana setelah USA.

Hal menarik lainnya adalah, bagaimana upaya penelitan/riset dengan sumber daya (infrastruktur) dan target dapat dilakukan, meskipun hasilnya terkadang bukan luaran yang diharapkan. We always expected but also ready for unexpected. Mr florian menganalogikan. Seorang colombus berlayar menuju Hindia. Karena mekanisme alam. Ternyata ia mendarat di pulau lain yang ia pikir adalah Hindia. Karena "kesasar" columbus dianggap sukses sebagai penemu benua Amerika. Demikian juga dengan peneliti. 'Hindia' yang ditargetkan namun hasil yang didapat 'Amerika'. Tidak masalah.

Suasana organisasi pun dibuat ringkas. Tidak ada perintah atasan-bawahan. "you do this. And u do that" organisasi dibuat ringkas, tidak ada hierarki, flat. Dengan pembagian seperti kelompok kerja tim, yang bergabung dalam fokus riset yang sama. Sehingga ruang gerak-komunikasi lebih luas dan leluasa untuk bertukar ide. Apa yang sedang dan sudah dilakukan, how was it?! Bahkan, saban jumat sore. Di cafetaria depan pintu masuk. Disediakan wine time dan music, untuk berdiskusi santai. Tentu saja, karena sesama peneliti. Obrolannya pun soal penelitian yang sedang dikembangkannya. Demikian seloroh mr. Florian. Namun inilah keunikannya, bagaimana manajemen MPI. Mampu menghadirkan "kehangatan" untuk menjalin komunikasi apik didalamnya.

Selepas ruang riset 'zebra fish'. Kami diajak naik hingga lntai 4. Tiga lantai menaiki tangga yang dibuat melingkar, dengan kerangkeng kawat. Dugaan saya tepat. Desain tangga tersebut dibuat menyerupai struktur molekul DNA/RNA. Disetiap lantainya terdapat sofa dan meja. Untuk ruang tunggu atau sekadar menyeruput kopi hangat. Pun terdapat ruang untuk small meeting.

Desain interior ini mengakomodasi kelompok-kelompok peneliti. Untuk.bertukar informasi. Pun ketika diajaknya kami berkeliling masuk area lab lantai 4 ini. Deretan lemari berpintu kaca berisi bejana, gelas ukur, erlemenyer. Masuk dalam ruang-ruang para peneliti. Terkagum dengan yang dibalut perlengkapan mutakhir dan layout computerr set yang disekat kaca dengan alat2 lab. Peneliti dibuat nyaman antara peraga dan area menulis hasil. Karena memang luaran utama dari MPI adalah hasil.penelitian / project tersebut dapat dipiblikasi dalam jurnal ilmiah internasional.

International office

Dua blok dari gedung utam empat lantai tersebut. Terdapat sebuah bangunan tingkat tiga. Mengingatkan saya seperti asrama saat kuliah dahulu. Dengan deretan pintu-pintu penanda kamar-kamar.

Mr. Sven dan mr. Florian memberitahukan perihal kedatangan kami. Sebagai peserta magang untuk bidang technology-transfer dari Indonesia. Kepada wanita berambut pirang, yang lebih tinggi dari mr. Florian. Satu satinya orang yang kami temui di.sebuah ruang dilantai dua, bangunan seperti asrama itu.

Kegiatan utama 'international office' ini berbeda dari dugaan Neisya sebelumnya. Adalah membantu peneliti2 untuk dapat mengakses beberapa fasilitas yang diperlukan. Bagaimana prosedur mengurus paspor, visa, atau bahkan dimana dapat menyekolahkan anak-anak yang dibawa ilmuan-ilmuan tersebut selama masa riset di MPI. Bukan untuk mengurus paten dan atau berkunpulnya ilmuan internasional membahas masalah tertentu. Tambah mr. Florian, "it's a boring place" yang rambut pirangnya berponi hanya sebelah kiri, menutupi dahi, hampir menyentuh kacamata retronya yang besar. Seperti anak-anak muda era 80'an.

Dr. Christian Klose

11.45 waktunya lunch. Kembali ke gedung utama di lantai dasar. Terdapat kafetaria dan kantin, yang hanya buka saat sesi makan siang.
Sebelum masuk kantin tersebut. Mr. Sven tampak berbicara dengan koleganya. Seorang dengan roda sepeda di tangan kananya dan jeans yang digulung selutut di sebelah kanannya.

Setelah saya menghabiskan satu croissant dan secangkir kopi hitam, begitu pun dengan kawan yang lain. Entah untuk tujuan apa. Kami ikut saja di belakang mr. Sven, kembali ke lantai 4. Dalam ruangan small meeting untuk 8-10 orang. Meja.oval dan bangku disisinya dan sebuah monitor LCD 32" yang tak lain untuk menunjuk presentasi (biasanya dengan projktor kan O:-)).

Sebuah presentasi dari kordinator project yang menginisiasi teknologi-transfer dari riset yang ada di MPI-BCG ini. Begitu mr. Sven menjelaskan kepada siapa kami akan bertemu hari ini.

Ternyata orang yang ditemui mr. Sven didepan cafetaria siang tadi. Dengan macbook pro. Berbicara tentang lipotype, sebuah inovasi pengujian lemak darah dengan cepat (>5min) dengan bantuan software yang sedang dikembangkan untuk membaca spektrum lipid yang ada dlm darah uji.

Sampai pada, slide team management. Ternyata orang membawa roda sepeda dan bergaya anak muda itu dengan jeans dan kaos agak ketat itu Dr (doktor) Christian klose. I love your style, sir ;-)

Here we are..

Kiri - Kanan : Andri - Me - Intan - Mr. Sven - Burhan - Neisya (special photographer : Rif'an)
Published with Blogger-droid v1.7.4

Minggu, 06 November 2011

Dresden - prague

Lagi lagi selalu ada keajaiban. Satu.menit yang luar biasa, kawan. Jadi begini ceritanya :

Tiket reservasi menuju prague (praha) dari Dresden hauptbanhof (hbf) adalah pk.7.08. Dari hostel, kami berjalan dengan tenang dan hati gembira-syalalala. Menuju halte albertplatz, halte biasa menunggu trem 03 ke Technische universität Dresden. Sesampainya disana.. (naif mode). Ach so! Trem 03 baru ada 25 menit lagi. Jam saat itu menunjukkan pk.06.40. "Waduh gimana inih?"

Tetapi, ada jadwal trem 07 yang akan datang 11 menit lagi. Hitung estimasi waktu albertplatz-hbf, 11menit. Maka sesampainya didepan hbf, harus berlari 2 menit untuk mengejar kereta. Naik ke gleis 1 lantai 2. Oke sanggup dah.

06.58 trem 07 datang. Duduk didalam. Menghablur dingin yg menyergap. Menghitung menit ke menit yang dilalui di sepanjang.halte yang dilalui. 06.59, 07.02, 07.04 dan..ach so! Trem 07 ini tidak melalui hbf. Turun di halte dekat kardstat 07.05, 3 menit buat lari ga mungkin dah. "yaudahlah, ga sempet men!"

Yang kepikir saat itu. Tiket kami untuk reservasi jadwal yang 07.08 ( meskipun ada juga, kereta selanjutnya pk.9.30). Mulai bermunculan pertanyaan di kepala "tiket + reservasi kita bisa balikin ga yah? Lumayan men 48€".
Udah bermunculan opsi lain, cari starbucks atau sejenisnya untuk pesan hot choclate dan makan roti. Belum sarapan. Sekaligus cari tau money changer. Ternyata praha, chezk belum pake euro. Ach so! Bisa aja sih semua dilakuin buat ngebunuh waktu.

Sambil terus jalan. Enam orang nekad ini. 170 hauptbahnhof, dipapan petunjuk jalan terpampang (gatau artinya apa. 1,7km kah, entah). Emang ga mngkin juga sih buat sprint 3 menit. Tapi niatan usaha terus ada. Akhirnya jalan cepat dan lari2 kecillah kami. Sudah 07.08, posisi saat itu baru setengah jalan lagi.

Jalan terus, semakin dekat, hauptbanhof nord, 2 menit lagi jalan dan...
Intan teriak, "itu keretanya kali. Lari". Sekekita masuk pintu stasiun, lihat ke arah kereta itu, tapi itu gleis 19. Bukan gleis 1. Jalan cepat (dalam hati masih ada harap). Tapi kok di papan pengumuman besar yang biasa menunjuk jadwal "kok gada lagi tulisan apapun".

Rifan yang sudah didepan teriak. "ayo, praha 1 menit lagi" satu jarinya teracung. Disusul neisya, saya, andri. Melihat papan yan
g bertuliakan gleis 1 prag 1 min.

Belok kiri, berlari naik lantai ke 2. Huaaa.. Inilah keretanya. 7.18 disusul intan terakhir naik tangga dan masuk gerbong. Seketika itu juga. Sumringah bukan main. "gila ya kita, keajaiban lagi!" dan...pluit ditiupkan, lampu sinyal siaga. Pintu tertutup. Kami yang berada di gerbong untuk sepeda. Diminta bergeser ke gerbong kompartemen sebelah oleh petugas. Masih mengatur nafas dan cengar cengir "mantap men, satu menit lagi." "Untung aja kereta telat 10 menit" balas intan.
Berjalan kedepan terus diantara gerbong berkompartemen. Intan mengeluarkan tiket dan membaca gerbong dan no duduk. Tertulis 259. Ach so! Kita berada di gerbong yang tepat. Tinggal cari tempat duduk no 31-36. Dan inilah kami. Saya ngwteet : heading to prague *hampirsajatelatsatumenit


Pesan moral :
Jadwal ontime tidak selalu baik. Hee
Published with Blogger-droid v1.7.4

Dresden - prague

Lagi lagi selalu ada keajaiban. Satu.menit yang luar biasa, kawan. Jadi begini ceritanya :

Tiket reservasi menuju prague (praha) dari Dresden hauptbanhof (hbf) adalah pk.7.08. Dari hostel, kami berjalan dengan tenang dan hati gembira-syalalala. Menuju halte albertplatz, halte biasa menunggu trem 03 ke Technische universität Dresden. Sesampainya disana.. (naif mode). Ach so! Trem 03 baru ada 25 menit lagi. Jam saat itu menunjukkan pk.06.40. "Waduh gimana inih?"

Tetapi, ada jadwal trem 07 yang akan datang 11 menit lagi. Hitung estimasi waktu albertplatz-hbf, 11menit. Maka sesampainya didepan hbf, harus berlari 2 menit untuk mengejar kereta. Naik ke gleis 1 lantai 2. Oke sanggup dah.

06.58 trem 07 datang. Duduk didalam. Menghablur dingin yg menyergap. Menghitung menit ke menit yang dilalui di sepanjang.halte yang dilalui. 06.59, 07.02, 07.04 dan..ach so! Trem 07 ini tidak melalui hbf. Turun di halte dekat kardstat 07.05, 3 menit buat lari ga mungkin dah. "yaudahlah, ga sempet men!"

Yang kepikir saat itu. Tiket kami untuk reservasi jadwal yang 07.08 ( meskipun ada juga, kereta selanjutnya pk.9.30). Mulai bermunculan pertanyaan di kepala "tiket + reservasi kita bisa balikin ga yah? Lumayan men 48€".
Udah bermunculan opsi lain, cari starbucks atau sejenisnya untuk pesan hot choclate dan makan roti. Belum sarapan. Sekaligus cari tau money changer. Ternyata praha, chezk belum pake euro. Ach so! Bisa aja sih semua dilakuin buat ngebunuh waktu.

Sambil terus jalan. Enam orang nekad ini. 170 hauptbahnhof, dipapan petunjuk jalan terpampang (gatau artinya apa. 1,7km kah, entah). Emang ga mngkin juga sih buat sprint 3 menit. Tapi niatan usaha terus ada. Akhirnya jalan cepat dan lari2 kecillah kami. Sudah 07.08, posisi saat itu baru setengah jalan lagi.

Jalan terus, semakin dekat, hauptbanhof nord, 2 menit lagi jalan dan...
Intan teriak, "itu keretanya kali. Lari". Sekekita masuk pintu stasiun, lihat ke arah kereta itu, tapi itu gleis 19. Bukan gleis 1. Jalan cepat (dalam hati masih ada harap). Tapi kok di papan pengumuman besar yang biasa menunjuk jadwal "kok gada lagi tulisan apapun".

Rifan yang sudah didepan teriak. "ayo, praha 1 menit lagi" satu jarinya teracung. Disusul neisya, saya, andri. Melihat papan yan
g bertuliakan gleis 1 prag 1 min.

Belok kiri, berlari naik lantai ke 2. Huaaa.. Inilah keretanya. 7.18 disusul intan terakhir naik tangga dan masuk gerbong. Seketika itu juga. Sumringah bukan main. "gila ya kita, keajaiban lagi!" dan...pluit ditiupkan, lampu sinyal siaga. Pintu tertutup. Kami yang berada di gerbong untuk sepeda. Diminta bergeser ke gerbong kompartemen sebelah oleh petugas. Masih mengatur nafas dan cengar cengir "mantap men, satu menit lagi." "Untung aja kereta telat 10 menit" balas intan.
Berjalan kedepan terus diantara gerbong berkompartemen. Intan mengeluarkan tiket dan membaca gerbong dan no duduk. Tertulis 259. Ach so! Kita berada di gerbong yang tepat. Tinggal cari tempat duduk no 31-36. Dan inilah kami. Saya ngwteet : heading to prague *hampirsajatelatsatumenit


Pesan moral :
Jadwal ontime tidak selalu baik. Hee
Published with Blogger-droid v1.7.4

Minggu, 30 Oktober 2011

Berlin - dresden

Berada di gerbong belakang Regional Express. memandang keluar, pinus hijau yang menjulang, dikanan-kirinya pepohonan yang tengah memerah dedaunannya. Menunggu angin musim dingin menggurkan perlahan.

Hari ini, kami berjalan menuju satu daerah lain di Jerman ini. Membagi ruang gerak, menghablur dalam embun yang mulai membeku. Seperti salju. Memandangi ladang kentang yang terhampar memadang didepan. Memotret jenak kecerian anak kecil dalam kereta yang didorong orangtuanya.

Gerbong ini milik kami. Hari minggu, tampak bukan hari untuk mereka beraktivitas. Atau karena telah tumpah dalam pesta semalam. Tanpa jeda terus memandang sekeliling. Nuansa yang tak bisa kujumpa di tanah air. Atau aku harus bersabar, dan berkata, belum bisa kujumpa.

Infrastruktur yang sedemikian berainergi dengan manajemen yang tertata apik. Membuat tak boleh ada keterlambatan. Teratur bukan main. Masih tanpa jeda, berada di gerbong belakang yang sudah menjadi milik kami.

Continued
Published with Blogger-droid v1.7.4

Senin, 24 Oktober 2011

Eiffel I'm in love with my bestfrien

wait n see for th posting yaa.. repot klo ditulis pke android. hee
Published with Blogger-droid v1.7.4

Minggu, 16 Oktober 2011

Cek blogger android

just checkd
Published with Blogger-droid v1.7.4

cek blogger android

just checkd
Published with Blogger-droid v1.7.4

Sabtu, 08 Oktober 2011

#2 GA 88 : Soetta – Schippol

Ini adalah pengalaman pertama saya dan juga mayoritas dari kami, peserta pelatihan Intermediator Teknologi (#Intertek2011) Kementrian Riset dan Teknologi (RISTEK). Berkunjung kesalah satu negera maju di dunia tertutama dalam aplikasi inovasi-teknologi dalam Industri, Jerman. Jika 5 Oktober 2011 adalah tanggal paling bersejarah. Maka GA88 adalah pesawat yang paling bersejarah bagi 30 peserta dan 5 pendamping terbang dari Jakarta ke Amsterdam. Entah kenapa tidak langsung saja menuju Berlin, tetapi harus melalui Amsterdam. Kemungkinan maskapai Garuda tidak ada yang langsung ke Berlin. Tapi ga tau juga ding. Baiklah aku akan bercerita tentang perjalanan 18  Jam maraton dari Soekarno – Hatta, jakarta menuju Schippol, Amsterdam.
Kami tiba di bandara soetta terminal 2, Rabu 5 Oktober 2011 pukul 17.20 Wib. kemudian berbaris-baris berjejalan dengan kopor-kopor bawaan menuju gate E3 melewati pemeriksaan awal X ray, berjalan menuju petugas untuk diberikan tali pengikat tas yang akan dibagasikan. Berjalan menuju loket maskapai Garuda Indonesia menunjukan copian e-Ticket dan paspor, sementara kopor ditimbang untuk dibagasikan. Setelah membayar Airport Tax untuk perjalanan ke luar negeri Rp 150,000. Diberikan  kartu isian keberangkatan (nama, , tempat-tgl lahir, no paspor, tempat dan tangal pengeluar paspor)  dan boarding pass (urutan kursi di pesawat) serta bukti pengambilan bagasi. J
Setelah makan malam, hoka bento. Saya  menuju bagian imigrasi untuk mendapatkan stempel keberangkatan dan sholat maghrib-isya (jamak), sebelum solat saya ditelpon tante sruni yang sudah datang di gate E3 dekat loket Garuda. Membawa plastik besar yang berisi makanan kecil sebagai bekal. Pukul 19.20 kami harus bergegas untuk masuk ke lounge. Sebelumnya tetap dilakukan pemeriksaan x ray terhadap barang-barang yang dibawa ke kabin. Termasuk tas saya tak luput dan pemeriksaan itu. Dan alhasil, terjadi insiden kecil yang tak boleh diulang lagi. Pisau lipat ala swiss army yang saya taruh dibalik kain didalam saku tas kecil di dalam tas ransel masih saja terdeteksi. Terdapat dua opsi saat itu, di buang (baca : disita) atau dibagasikan. Opsi kedua yang dimaksud adalah memasukkan tas jinjing kedalam bagasi untuk ‘menyelamatkan’ pisau lipat itu. Itu artinya saya harus berlari ke pintu depan melewati pintu  bagian imigrasi dan ke loket penimbangan untuk dibagasikan. Demikian petugas jaga memnberi alternatif. Satu menit pertama saya berpikir. Kemudian setengah berlari menuju ke pintu depan tersebut. Tetapi dua menit kedua berikutnya.
“Buat apa saya berlari-bersusay payah-hanya karena pisau lipat itu. Huh.. buang aja. Alias hibahkan.”
Kemudian putar arah dan masuk ke pos penjagaan x-ray itu. Saya kira langsung saja bebas melenggang tanpa perlu memasukkan tas dan bawaan ke ban berjalan x ray itu. Ternyata diulang lagi. Kemudian tas di ambil setelah lewat ban berjalan dan pisau tersebut saya berikan saja ke petugas jaga.
anggap saja souvenir dari saya.heu”
Maju. Jalan. Masuk lounge gate E6. Menunjukkan paspor dan boarding pas ke petugas pintu masuk. Mencari tempat duduk. Dan menghalau nafas tadi. Huhu. Hampir saja. Jam menunjuk pukul 20.10 , masih ada waktu sekitar 20 menit untuk ‘Say Goodbye Indonesia’
 (to be continued)

*baru kali pertama gw ngopi dan ngenet di starbuck dan ini di Berlin :)

#1 kabar dari Berlin

Hari ini sabtu, 8 Oktober 2011. Saat aku memulai menulis jam di ponsel ku menunjuk 06.13 atau 11.13 wib. Perbedaan waktu Jakarta – Berlin 5 jam, (Berlin GMT+2). Hari ini adalah adalah hari ke-3 setiba kami dari perjalanan panjang pesawat dari jakarta menuju berlin pada 6 Oktober kemarin. Dari balik jendela kamar apartemen yang menghadap ke sisi jalan, gelap menyelimut dengan balutan suhu udara sekitar 9 – 13 derajat celcius. Oh iya, waktu subuh disini—hari ini—pukul 05.25, jadi wajar saja jika masih gelap menyelimut. Tapi tetap saja jam biologis tubuh tidak bisa dimanipulasi : laper. J Bawaan dari rumah, bengbeng hazelnut dan sukro dua kelinci habis sekali lahap.
Aparthementhaus 251
Aku ingin bercerita tentang bangunan bertingkat sepuluh ini yang akan menjadi tempat tinggal untuk 3 pekan pertama di Berlin ini. Apartemen yang saya tempati berada di lantai 5. Saya dan dua orang kawan : mas Dana (Pridana Nasution) dan mas Radit (Raditya Sunu ). Mas Dana adalah orang semarang asli, jangan salah yaa kata ‘Nasution’ di belakang namanya tidak menunjukkan identitas apapun soal marga batak atau sumatera utara J. Mungkin saja ayah-ibunya seneng betul dengan tokoh Jenderal bintang lima : A.H. Nasution. Tapi yasudahlah oleh si empunya nama, sudah  menjelaskan susah payah di awal pertemuan di Jakarta lalu. Dan mas Radit ini aseli Djogja.
 Mas Dana ini sudah berkeluarga alias sudah memiliki istri, dan kabarnya sedang mengandung usia 2-3 minggu. Oia, terdapat 4 dari 30 peserta pelatihan yang sudah menikah termasuk mas Dana, tiga lainnya: mas Eko (Eko Novianto), mas Dedi (Dedi Setiawan), dan mas Fikri (Fikri Amrullah Riva’i). mas Eko baru saja menikah 10 Juli 2011 lalu. mas Fikri dan mas Dedi pada 4 september 2011 lalu (berbarengan tapi tidak satu tempat, ya iyalaah). Kenapa saya menyebutkan siapa saja yang sudah menikah. Ini penting sodara-sodara. Karena terjadi kegalauan luar biasa bagi peserta lain yang masih jomblo (baca; belum merit) dan bagi yang 4 orang itu juga. Galau bagi para jomblowan/wati karena mupeng saat liat harubiru istri melepas sang suami di bandara Soetta kemarin. Dan Galau sekarang bagi sang suami karena kesulitan akses internet untuk ‘say hello, im okay in Berlin’.
Begitulah  apartemen kami tidak dilengkapi akses internet berupa wi-fi atau LAN. Konon, karena kami hanya menyewa satu b ulan. Karena umumnya untuk dapat akses berlangganan inet di dalam apartemen minimal menempati tiga bulan L. akses telepon?  Bisa saja sih, tapi perlu dicatat saat mas Dana menelepon sang istri di Semarang sana. Biaya panggilan satu menit mencapai 60 ribu rupiah atau sekitar 5 euro. Untuk sms bisa 4-9 ribu sekali kirim. Panggilan dan sms ini masih dengan operator Indonesia : Indosat/telkomsel dan dikenakan biaya roaming internasional, termasuk saat menerima panggilan dari Tanah Air sana.
Saya menempati  kamar 20881, lantai lima. Untuk mengaksesnya terdapat lift dan tangga. Untuk lift jangan harap dapat menjumpai lantai kami sekali langkah. Karena tombol yang tersedia hanya lantai E (lantai bawah), 3, 6, dan 9. Sehingga untuk ke lantai 5 dengan lift ini, silahkan tekan tombol 6 lalu keluar dan turun satu lantai dengan tangga menuju kamar kami. Begitu kamar dibuka, yang akan ditemui kali pertama adalah pintu besar tepat di depan pintu masuk apartemen, yang ternyata adalah pintu toilet/kamar mandi. Kemudian sebuah papan besar capstok untuk menggantunkan mantel/ jaket dan meja kecil di sisi kiri pintu masuk untuk menaruh sepatu/selop. Dan ruangan dapur dan kitchen set yang menawan disebelah kiri toilet. Seluruh ruangan dilapis karpet memberi kesan hangat.
Masuk ke arah kiri ada kamar besar yang sekarang ditempati mas Dana (sebenarnya kamar ini untuk dua orang, karena tersedia dua bed). Kamar ini menghadap jalan besar didepan apartemen dan terdapat balkon setelah daun jendala dibuka dengan sempurna. Sebelah kanan dari pintu masuk terdapat kamar mungil (inilah kamar ku). Kemudian disebelah ruang kamar ku terdapat ruang tengah untuk menonton TV dan atau ruang baca. Kemudian disisi kiri dari ruang tengah itu terdapat kamar skala menengah yang ditempati mas Radit. Jadi diurutkan dari terbesar – mungil adalah : kamar mas Dana, mas Radit, dan saya.
Suasana kamarnya sederhana  terdapat sebuah alamari besar dua pintu seinggi kira-kira 210 cm. Pintu pertama berisi empat sekat yang dipasang horisontal membentuk lima ruang yang bisa diisi untuk pakaian atau perlengkapan yang dibawa. Kemudian pintu kedua untuk pakain atau jaket yang menggantung. Perlengkapan lain yang ada di kamar adalah sofa yang dapat disesuaikan menjadi bed (lihat gambar). Pada sisi kanan setelah pintu masuk kamar terdapat meja yang bisa ditempati untuk buku-buku dan tas. Jendela besar di sisi depan kamar menghadap jalan masuk ke apartemen ini. Dan ada lampu kecil untuk malam dan sebuah penghangat ruangan yang dapat disetel dengan kenop putar berangka 1 sd 9 untuk menyesuaikannya. Aku tergagum-gagum dengan mekanisme membuka jendela apartemen ini. Sebuah mekanisme yang mungkin tidak ada di Indonesia sana. Jadi, posisi kunci pemutar berupa pemutar seperti keran pembuka yang dapat dibuka (seperti gambar)
Toilet disini membuat aku uring-uringan sendiri.Lantai toilet tidak tersedia saluran pembuangan air, rupanya toilet disini didesain untuk kering. Alhasil jika basah jadi becek-becekan, namun sudah disediakan sebuah sekop untuk mngantisipasinya. Tapi tetep aja rempong. Sebuah toilet duduk, wastafel dan jacuzzi (bathtub) dengan shower dan masing-masing memiliki keran air dingin panas yang dapat disesuaikan. Antara bathtub dengan toilet duduk dan wastafel terdapat pembatas dari gorden anti air untuk mengantisipasi air berceceran di lantai toilet yang didesain tetap kering itu. Alhasil jka ingin mandi langkah terbaik adalah berendam di bathtub tersebut dan atau ber-shower duduk.  
Dapur dengan kitchen set yang menawan nan fungsional ini membuat aku kesengsem bergaya modern tapi terlihat sederhana. Sebuah kompor besar empat api dan pemanggang menyatu dibadan kompor tersebut. Kemudian almari yang disusun untuk menyimpan berbagai keperluan dibagian bawah dan atas. Keran air untuk mencuci piring juga dipasang dua (air dingin dan hangat). Oia, standar air ledeng/pipa disini sudah bisa digunakan untuk minum (tidak perlu dimasak lagi). Bahkan saya, untuk menghemat waktu kemarin menyeduh kopi dengan keran yang mengalirkan air hangat, yang ternyata tidak melarutkan kopi (kurang panas). Walaupun ada kompor tapi tidak semudah di tanah air. Untuk menyalakkannya tinggal putar dan jeklek, api pun muncul. Disini diperlukan sebuah pematik tersendiri.  sementara kenop tetap diputar untuk mengeluarkan gas sambil pematikak didekatkan diantarnya. Begitulah kondisi apatmen kami untuk kami tinggali hingga akhir oktober nanti. Auf WiederhÖren!

Senin, 29 Agustus 2011

Alasan Gw..Wisuda(h)an (bag. 3)

Balik lagi soal rencana gw nulis "Alasan Gw di bagian ke .3 yang elo -elo udah pada tw, coz sempet gw bocorin isinya di postingan sebelumnya.

yup. gw mo cerita soal Wisuda(h) gw (klo ada yang nanya kenapa pake (h) , itu dibaca wisudah, kalo dipenggal jadi wis-udah artinya yaudah, puyeng ga lo?)

setelah gw dapet SKL pada 30 Maret 2011 itu. Esoknya 31 Maret 2011, betuul atau betuuul *gaya ust. Alm Zainudin MZ.

and the stories began


#sesuatubanget deh di hari ini, begitu gw pikir, setelah solat subuh, gw gak tidur lagi. Mandi, pake baju rapiih, kemeja berlengan panjang (emak, hari ini anakmu mo daftar wisuda, dan di foto buat ijazah, doakan aku ya mak :) 


gw bersemangat banget dah saat itu, secara gw dah diujung penantian, kabarnya tersedia 10-15 jatah kursi/quota buat wisuda nanti. jangan sampe deh. gara2 telat daftar, gw gajadi diwisuda (padahal SKL dah ditangan). bibip, SMS masuk dari @erateiha_ mengabarkan kalo @sandra_mariska dah sampe di depan loket daftar wisuda. gw liat jam 6.30. 




cepe deh... sampe sanah masih sepi cuma ada @sandra_mariska dan gw.


setelah itu baru datang @erateiha_ dan @namidamara ; Nunggu sampe jam 8.00 loket baru dibuka. Sambil memastikan berkas pendaftaran sesuai yang disyaratkan. Apa aja tuh beib? pokoknya rempong deh.


1. Bukti Bayar Wisuda ke BNI Rp. 525,000 (ini syarat utama, gak bayar gak boleh ikut! )
2. Surat Keterangan Lulus dari Fakultas (beres dah ditangan)
3. Fotokopi Ijazah SMA (beres )
4. Transkrip akhir Nilai akademik (termasuk nilai skripsi, beres)
5. Surat tanda bukti bebas pustaka perpustakaan LSI (dah dari oktober 2010 dah gw ambil, saking semangat membaranya gw, setelah itu gw sadar, klo gw gabisa masuk ke perpus lagi)
6. lembar pengesahan skripsi yang ditandatanganin dosen PA, ketua departemen, dan stempel fakultas (asli, rebes )
7. Lembar abstrak skripsi berbahasa Inggris, dan
8. Form isian wisuda termasuk foto 3x4 B/W didalamnya (dah dari maret, sebulan yg lalu gw ambil dan isi)


okeh, semua beres dalam satu map! tinggal ditukarkan dengan no. urut wisuda(h). Dan inilah saudara-saudara no sakti itu yang membuat gw berhak di wisuda.


no urut wisuda gw


sebagai apresiasi kepada @sandra_mariska, doi dapaet nomor 790, berturut-turut gw, @erateiha_ dan @namidamara : 791-793 (masih tersisa 7 quota lagi, mari bung rebuut kembalii..)


setelah no urut wisuda diberikan (dengan senyum ramah kepada bapak penjaga loketnya gw bilang: makasih ya pak, waktu itu belom trending frase #Sesuatubanget,,). Gw disuruh ke ruang sebelah, buat photo session (ampuun DiJE, whatt?! serasa artis aja loh?). Mo gimana lagi, inilah poto terbaik gw, secara formal. jadi gw kudu prepare. yoi mameen,,, dan inilah hasilnya bangbro 
*sori bagi yang puasa, kalo agak mual, mending langsung minum aja yah (saransesatdanngasal)


Gw dan jas almamater IPB
(bersambung)

#bangtoyib



 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 Dipa Argadyasto 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

 ariawiyana 

Update #BANGTOYIB lainnya

 Yoan Adeleida 
@ 

 Rizki Andrianto™ 

 Putri Ika Fiana 

 nonarray