Selasa, 02 November 2010

Rintangan rintangan




Mereka berdiri, sebagian lain duduk-duduk saja.
Menunggu seseorang membawakan kunci.
Tanpa pernah tahu,
bahwa pintu-pintu itu tak pernah terkunci.

Dikutip secara bebas dari halaman depan buku Barbara & Levitt. Buku bertema psikologi modern. Berjudul "Brain Writing". Tentang disipilin ilmu, bukan nujum. Perihal periwayatan seseorang, tentang tabiat, kebiasaan, tingkah laku, dan pola pikir. Melalui informasi tulisan tangan. Iya, inilah yang sering dijumpai dalam seleksi dan rekrutmen perusahaan multinasional. Dalam catatan penyidikan. Dalam mengungkap fakta. Melalui garis, lengkungan, ketebalan, arsiran dari sebuah tanda tangan. Istilah lebih umum : grafologi.

Saya tidak berbicara buku tersebut. Tapi catatan yang saya kutip di awal tulisan ini. Tentang kunci dan pintu. Dua hal yang terkait erat mesra. Keduanya.

Kita seringkali terjebak dalam kotak besar bernama labirin. Terkecoh kita dibuatnya. Lantaran sisi yang terlihat menyerupai. Diajaknya kita berpikir untuk memilih, menelusuri kelokan, hingga tak jarang jalan buntu yang kita temui. Tetapi keniscayaan jalan keluar itu ada. Hanya saja, pilihan dan keputusan itu terkadang membebani. Aku menyebutnya rintanga-rintangan.

Drucker menyebutnya sebagai "virus" kegagalan. Tentang bagaimana otak bekerja, merespon, merekam, dan memeberikan perintah. Ini bukan soal kecerdasan untuk menemukan pintu keluar dari kotak besar labirin tersebut. Hanya saja "beban" otak tersebut yang memberikan instruksi yang keliru. Ketahuilah, bahwa kecerdasan itu tidak semata soal otak. Ini yang disebut emosi dan spritual, bung. Konon, menjadi pandemi baru untuk beragam pelatihan dan seminar di penjuru dunia.


Mereka berdiri dan sebagian duduk-duduk saja --merupakan sindiran tentang bagaimana seseorang menilai seseorang dari hal yang terlihat (tentu saja ini adalah bagian otak untuk menerjemahkan indera penglihatan)--menunggu seseorang membawakan kunci. Sekali lagi, Drucker menyinggung bahwa: "Kesuksesan itu diraih oleh orang-orang yang siap". Ini bukan soal bagaimana ia telah menjalani ribuan kali tes psikologi dan wawancara kerja di banyak perusahaan. Dan semuanya gagal. Kesiapan itu dibangun, diinisiasi, dan berjalan melalui kaidah sunatullah. 


Adakalanya menunggu itu adalah hal baik. Tapi Singa dan Rusa tidak bisa saling duduk diam menunggu. Ada yang harus terus berlari agar tak tertangkap pemangsa. Dan ada yang harus mengejar untuk bertahan hidup. Inilah yang disebut Covey dalam 7 habits dalam urutan pertama : Be proactive. ayolah lakukan sesuatu, do something, lakukanlah apa saja. Kenapa harus menunggu seseorang membawakan kunci.


Demikianlah Allah memberikan otak manusia, termasuk didalam neocortex bagian yang bertanggung jawab terhadap sistem berpikir kita. Inilah yang disebut logika. Seperti tertulis dalam Madilog-Tan Malaka: Induksi, deduksi, dan verifikasi adalah pekerjaan yang terutama dari logika. Axis adalah sumbunya. Maka berputarlah ia atas pengamatan dan peralaman (observation and experiment). Maka benarlah, tidak selamanya yang benar itu benar karena atas logika. Kotak itu putih, kotak itu hitam. Tidak bisa benar semua, salahsatunya saja menurut logika.

Lalu kenapa tidak kau pegang gagang pintu itu. Berikan dorongan atas usahamu. Jika ia berderak atau berdecit barang sedikit. Kau tahu bahwa, pintu itu tak terkunci. 




dituliskan dalam suasana "aneh" di sudut ruang berbejana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung ke ariawiyana.co.cc